top of page
  • Writer's pictureAkhi

Belia Kufah Pembawa Pesan Ukhuwah

Updated: Aug 10, 2022



Lebih dari seribu tahun yang lalu di perbatasan Basrah berhenti sebuah kafilah pasukan para sahabat Nabi yang mulia Kuda-kuda ditambatkan pejalan-pejalan kaki diistirahatkan tapi lihat apa yang dilakukan sang Komandan Ia turun dari kudanya berdiri menghadap Ka'bah yang berada di seberang sahara Ia mengangkat tangannya berkali-kali Allahu Akbar.. Allahu Akbar.. duduk dan berdiri, rukuk dan sujud Ia rebahkan pipinya air mata menggelegak mengalir membasahi pasir yang kering dalam desah nafas dan isakan kepedihan


"Ya Allah Pemelihara langit dan yang dinaunginya pemelihara bumi dan yang ditumbuhkannya Pemilik Arasy yang Agung, Inilah Basrah ... Kumohon kebaikan kota ini.. Lindungi aku dari kejelekannya.. Masukkan aku ke tempat yang baik.. Bukankah Engkau sebaik-baiknya yang menempatkan orang.. Ya Allah Mereka berontak kepadaku Mereka tentang aku Mereka putuskan bai'at kepadaku Ya Allah Peliharalah darah kaum Muslimin.." Ali bin Abi Thalib, bukan komandan baru pasukan mukminin di Badar, Uhud, Khaibar dan lain-lain Ia tak pernah ragu dalam menyerbu Ia tak pernah mundur Karrar ghair farrar... Di setiap pertempuran tubuhnya penuh luka sayatan pedang Ia tidak pernah menangis Ia tegar kekar sebagai Haidar Sang Singa Tapi kini ia menangis ia pandang Basrah seakan melihat Kota Musibah ia gumamkan kata-kata duka "Tuhan, peliharalah darah kaum muslimin." Pasukan pembangkang datang dengan gemerincing tombak dan pedang Ali berdiri mematung pedangnya bergantung Ia tidak segera menyambut musuh Ali yang tegar kini ragu dan lesu "Temui mereka ajak bersatu kembali hindari pertumpahan darah," katanya kepada Abdullah bin Abbas Ke tengah-tengah musuh yang meradang Ali meneriakkan pesan perdamaian Ia mengangkat Al-Qur'an, memandangi pengikutnya dan air mata itu masih menggelegak di pelupuk matanya "Adakah di antara kalian yang mau membawa mushaf ini ke tengah-tengah mereka.. Sampaikan pesan perdamaian atas nama Al-Qur'an.. Jika pedang memotong tangannya yang satu peganglah Al-Qur'an dengan tangan yang lain Jika tangan itupun terpotong gigit Al-Qur'an dengan gigi-giginya sampai ia terbunuh Sampaikan pesan perdamaian atas nama Al-Qur'an.." Seorang pemuda Kufah bangkit menawarkan dirinya dengan kepolosan remaja belia Ali yang tegar kini ragu dan lesu ia mencari yang lebih tua... tidak ada Ia serahkan Al-Qur'an ke tangan yang lembut dan indah "Bawalah Al-Qur'an ini ke tengah-tengah mereka Sampaikan pesan perdamaian.. atas nama Al-Qur'an.. Katakan jangan tumpahkan darah kami dan darah kalian." Ia melejit ke depan musuh mengangkat Al-Qur'an dengan kedua tangannya "Atas nama Al-Qur'an pelihara darah kami dan darah kalian." Di depan pasukan demi pasukan ia mengangkat Al-Qur'an "Atas nama Al-Qur'an pelihara darah kami dan darah kalian." Pedang menebas tangan kanannya ia angkat Al-Qur'an dengan tangan kirinya "Atas nama Al-Qur'an pelihara darah kami dan darah kalian." Pedang menebas tangan kirinya ia ambil Al-Qur'an dengan gigi-giginya Matanya yang jernih masih menyorotkan pesan perdamaian atas nama Al-Qur'an.. Dagunya diangkat ke atas dan darah menyiram seluruh tubuhnya Pedang menebas lehernya.. darah membasahi tubuhnya, Al-Qur'an dan tanah di bawahnya Pejuang perdamaian dan ukhuwah terbujur bersimbah darah Ali menggumamkan doa pilu di sampingnya "Ah, sampai juga saatnya kita harus berperang.." Sejak itu, abad demi abad.. kaum muslimin dicabik-cabik perpecahan tak jarang darah dengan sia-sia ditumpahkan Lebih dari 14 abad sesudah itu Muthahhari menyerukan pesan perdamaian di malam yang bisu dan gelap ia dibantai seperti pemuda Kufah ia jatuh bersimbah darah Dengan mengambil nama Muthahhari sebuah Yayasan didirikan untuk mendidik pemuda-pemuda Kufah modern yang akan serukan pesan perdamaian dengan Al-Qur'an dan ilmu pengetahuan Izinkan saya bertanya Di manakah Anda berdiri? Apakah Anda duduk di situ sebagai pembantai berdarah dingin Potonglah tangan-tangan kami tebas leher-leher kami demi Allah, sampai teriakan yang terakhir akan kami serukan pesan perdamaian walaupun dengan darah yang sudah kering Ataukah Anda berdiri di sini seperti Ali Amirul Mukminin serahkan Al-Qur'an ke tangan-tangan kami bantu topang dan perkokoh kami doakan kami dengan air matamu ketika tubuh-tubuh kami dikoyak-koyakkan oleh saudara-saudara kami yang berbeda paham dengan kami 20 Januari 1995


KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari www.scmbandung.sch.id, SMP Plus Muthahhari www.smpplusmuthahhari.sch.id, SMP Bahtera www.smpbahtera.sch.id, dan SMA Plus Muthahhari www.smaplusmuthahhari.sch.id).

31 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page