Akhi
Bahagiakan Dirimu Supaya Kamu Jadi Orang Baik!
The only thing that multiples by division is happiness
Anonim
Setiap kali saya pulang ke Bandung, saya hampir selalu mengambil jalan Pasteur. Bukan karena rute Pasteur kurang macet dibandingkan dengan rute Buahbatu. Saya selalu membatin setiap kali menyebut Pasteur. Ada orang asing, mungkin dari bangsa penjajah, yang namanya diabadikan sebagai nama jalan. Saya menyebut diabadikan, karena Pasteur tetap bertahan, ketika jalan-jalan lainnya di Bandung berganti nama setiap musim.
Apa yang membuat Pasteur istimewa? Louis Pasteur boleh disebut sebagai penghantar kepada paradigma kedokteran yang bersifat pathogenetis. Sebab-sebab penyakit dilacak pada virus, bakteri, dan pembawa penyakit dari luar diri manusia: Tugas dokter ialah menyembuhkan penyakit dengan menghilangkan sebab-sebabnya. Pada tahun 1870-an, ketika industri sutra Perancis diancam wabah penyakit yang membunuhi ulat-ulat sutra, Pasteur dipanggil. Ia menemukan sejenis protozoa sebagai "biang keroknya". Penyebaran penyakit itu akhirnya bisa dikendalikan dengan melenyapkan mikroba penyebabnya.
Sejak itu dimulailah perburuan berabad-abad untuk mencari "penjahat" yang menjadi penyebab penyakit. Satu dasawarsa berikutnya Robert Koch mengumumkan ke seluruh dunia bahwa ia menemukan penyebab tuberkulosis (alias penyakit "abjad") yakni, mycobacterium tuberculosis. Penemuan ini mengarahkan perhatian para ilmuwan pada agen penyakit dan mengalihkannya dari keadaan tubuh penderita. Pasteur sendiri tidak melupakan peranan dan perlawanan tubuh penderita. Bahkan setelah menemukan penyebab anthrax dan rabies sekalipun, Pasteur berkata: "Sekiranya aku melakukan penelitian baru tentang penyakit ulat sutra, aku akan memusatkan perhatianku pada upaya meningkatkan kekuatan tubuh ... Aku yakin mungkin aku dapat menemukan teknik untuk meningkatkan kekuatan tubuh ulat sutra dan membuatnya lebih tahan terhadap infeksi.
Pasteur berdebat dengan kawannya Claude Bernard tentang mana yang harus diperhatikan mikroba yang menjadi penyebab penyakit atau terrain, tanah atau faktor-faktor yang menyebabkan organisme mampu melawan penyakit. Menje ajalnya, manusia besar yang menyelamatkan jutaan nyawa itu berkata, "Bernard avait raison. Le germe nest rien, c'est le terrainqui est tout" (Bernard benar. Kuman tidak berarti apa-apa. Tanahlah segala-galanya).
Dahulu sebelum menemukan basil TBC, orang menghubungkan tuberkulosis pada kondisi terrain yang bersifat psikologis. Pada 1500 SM, tulisan-tulisan Hindu menyebutkan kesedihan sebagai penyebab penyakit ini. Hippocrates, Galen, dan tokoh-tokoh kedokteran Yunani lainnya menyebutkan peranan perasaan duka, marah, dan emosi negatif lainnya dalam mendorong tumbuhnya penyakit TBC. Selama abad 17 18, dan 19, di antara penyebab TBC adalah "perasaan duka yang berkepanjangan", "kecenderungan jiwa yang penyedih", "keinginan yang tidak tercapai", "cinta tak terbalas", atau "rasa melankolis yang mendalam"
Mungkin sebab-sebab itu seringkali ditemukan dalam kenyataan sehari-hari. Bukan hanya dokter, orang awam pun meyakininya sebagaimana bisa kita baca dalam karya-karya sastra pada zaman itu. Dalam tulisan Alexandre Dumas, La Dame aus Camélias dikisahkan tentang Marguerite Gauthier (nama yang kemudian menjadi judul terjemahan buku ini dalam bahasa Indonesia). la menjadi bintang pelacur di Paris -cantik, beradab, tetapi berpenyakit tbc. Armand Duval, seorang anak muda bangsawan yang kaya raya jatuh cinta kepadanya. Cintanya berbalas. Manisnya cinta itu menyembuhkan penyakit Marguerite. la meninggalkan kehidupannya yang liar. Tubuhnya tumbuh subur, dan wajahnya tambah cantik.
Kedua sejoli itu menikmati hari-hari bahagianya, sampai ayah Armand mengetahuinya. Dengan mengiba ia datang ke rumah Marguerite, memohon agar Marguerite meninggalkan Armand. Demi masa depan Armand, dan sebagai bukti kecintaan yang tulus kepadanya, Marguerite harus mengusahakan begitu rupa agar ia tidak menemui atau ditemui Armand lagi. Tentu saja dengan hati yang hancur, Marguerite mencampakkan pujaan hatinya. Entah karena Armand merasa dikhianati, mungkin karena ia menganggap Marguerite sudah mulai bosan, ia sengaja menggunakan setiap kesempatan untuk menghinanya. Lewat penuturan Dumas, ia melaporkan apa yang terjadi pada Maguerite:
... selama tiga minggu terakhir ini, aku tidak pernah melewatkan kesempatan untuk menyakiti Marguerite. Ulahku itu membuatnya sakit.. Marguerite mengutus orang untuk meminta belas kasihku. La memberitahukan kepadaku bahwa ia sudah kehabisan kekuatan fisik maupun emosional untuk menanggung apa yang aku lakukan padanya.
Karena penderitaan yang tidak tertahankan lagi, tbc-nya kumat, dan Marguerite menghembuskan nafasnya yang terakhir dalam kepedihan dan kesepian.
Walaupun tbc dinisbahkan kepada infeksi karena mikroba, penelitian kedokteran mutakhir menunjukkan kebenaran cerita Alexandre Dumas. Adanya basil tuberkel tidak selalu menimbulkan penyakit. Banyak orang yang diekspose dengan agen patogenis ini tidak terinfeksi. Di antara mereka yang terinfeksi, hanya 5 sampai 15 persen sakit secara klinis. Bila dilacak lebih cermat, ternyata situasi emosional pasien sebelumnya sangat memengaruhi perkembangan penyakit ini. Penderitaan memperparah dan kebahagiaan menyembuhkannya. Inilah yang dilukiskan Shakespeare dalam Loves Labour's Lost:
Had she been light, like you,
Of such a merry nimble, stirring spirit,
She might ha' been a grandam ere she died;
And so may you; for a light heart lives long
Psikologi positif, berbeda dengan aliran-aliran psikologi sebelumnya, mencurahkan perhatian pada efek kebahagiaan pada kehidupan kita. Betulkah orang yang hatinya bahagia bertubuh sehat dan berumur panjang, betulkah a light heart lives long?
Sampai akhir abad XX, para psikolog memusatkan penelitian mereka pada emosi negatif dan akibat-akibatnya. Takut dan cemas telah membawa orang pada fobia dan gangguan jiwa lainnya. Sedih telah menyiksa orang dengan depresi, menghancurkan sistem kekebalan tubuh. Marah telah menggiring orang pada serangan jantung dan kanker.
Kini kita lebih tertarik pada emosi positif –seperti keceriaan, semangat, kegembiraan- dan dampaknya yang positif pada kehidupan kita. Kalu emosi negatif menimbulkan dampak negatif, apakah emosi positif menimbulkan dampak positif? Apa dampak emosi positif pada kesehatan, kecerdasan, kreativitas, karakter dan produktvitas? Betulkah orang yang bahagia umumnya berakhlak mulia? Dengan menggunakan bahasa Martin Seligman, bapak psikologi positif, kita bertanya lagi, betulkah ada hubungan antara positive feeling dengan positive character? Bersambung ke pembahasan berikutnya.
KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari www.scmbandung.sch.id, SMP Plus Muthahhari www.smpplusmuthahhari.sch.id, SMP Bahtera www.smpbahtera.sch.id, dan SMA Plus Muthahhari www.smaplusmuthahhari.sch.id).