top of page
  • Writer's pictureAkhi

Bahaya Depresi dan Terapinya

Updated: Sep 28, 2022



DALAM penelitiannya, seorang tokoh kecerdasan emosional atau EQ (emotional quotient) bernama Daniel Bolman, menemukan bahwa kebahagiaan seseorang dalam hidupnya bukan ditentukan oleh kecerdasan intelektualnya atau IQ (intellectual quotient) melainkan oleh kecerdasan emosional atau EQ (emotional quotient). Kemampuan mengendalikan emosi itu kunci kesuksesan hidup. Di negara-negara maju seperti Amerika, kata Daniel Goleman, orang-orang yang lahir di atas tahun 1995 memiliki kemungkinan menderita depresi tiga kali lebih besar daripada generasi orang tua mereka, yang disebabkan oleh perasaan putus asa yang luas biasa. Terjadi penurunan kadar EQ dibanding generasi sebelumnya.


Seorang wartawan Amerika bertugas ke Lebanon. Ia melihat rumah-rumah yang hancur oleh serangan Israel dan perempuan-perempuan yang-anehnya, dalam keadaan tak menentu seperti itu—tampak bersinar. Mereka berkumpul bersama keluarga. Tak tergambar keputusasaan di wajah mereka. Wartawan itu mengatakan bahwa itulah yang disebut dengan inner beauty, kecantikan yang memancar dari jiwa mereka. Si wartawan juga mengatakan, keadaan seperti itu-wajah-wajah bersinar-pernah terjadi di Amerika saat perempuan-perempuan di sana masih konservatif. Mereka hidup dalam ikatan kekeluargaan yang erat sampai kemudian suatu era mengubah keadaan di mana televisi dan film mendidik mereka bersikap mandiri yang melampaui batas dan cenderung individualistis, tidak ada perhatian di antara sesama keluarga sehingga masing-masing menjadi diri yang terasing. Perempuan-perempuan yang tak meninggalkan gaya konservatif akan dianggap ketinggalan zaman. Konsumerisme menjadi gaya hidup seiring peningkatan kemakmuran material. Gejala seperti itu mulai terjadi dari tahun 1955 sampai sekarang. Namun, pada saat yang sama, depresi pada mereka juga mengalami peningkatan. Peningkatan kemakmuran material tak diimbangi dengan peningkatan kebahagiaan.


Seorang pendiri psikologi positif, Martin S. mengatakan bahwa saat ini kita berada di tengah epidemi depresi yang mengakibatkan penderitanya memilih bunuh diri. Dalam penelitiannya, ia menemukan bahwa depresi berat meningkat sepuluh kali lipat dibanding lima puluh tahun yang lalu, menyerang perempuan dua kali lebih banyak daripada laki-laki, dan menimpa orang-orang yang sepuluh tahun lebih muda daripada orang-orang pada masa nenek moyang mereka. Pada masa itu, penderita depresi kebanyakan orang-orang tua. Saat ini, orang-orang muda pun mudah mengalami depresi.


ADA beberapa penyakit yang muncul sebab depresi, antara lain penyakit jantung, osteoporosis, dan kanker. Ada juga yang disebut dengan apoptosis (berasal dari kata Yunani. “Apo” artinya “dari” dan “ptosis” artinya “jatuh”), yaitu proses kematian sel yang terprogram atau proses perusakan yang terkontrol terhadap diri sel itu sendiri. Apoptosis memiliki peran sangat penting dalam embryogenesis, penggantian jaringan yang rusak, perkembangan sistem imun, dan perlindungan melawan perkembangan tumor (tumor genesis). Peran penting apoptosis dalam embryogenesis tampak pada setiap jari tangan dan kaki kita yang terpisah dengan sempurna. Apabila apoptosis tidak sempurna, maka jari tangan/kaki kita akan tetap bertautan. Dan, salah satu penyebab ketidaksempurnaan apoptosis itu adalah depresi. Ada juga yang disebut dengan precious downward spiral atau spiral jahat yaitu depresi yang muncul saat seseorang menderita penyakit dan menghalangi proses penyembuhan penyakit tersebut. Sebab, obat-obatan yang diperuntukkan bagi kesembuhan penyakit harus bersaing dengan depresi.


Ada gejala depresi yang menyerang sewaktu-waktu dan tidak berkepanjangan. Namun, ada juga depresi yang berkepanjangan, menyerang dalam jangka lama. Ini yang disebut dengan gangguan bipolar atau manic depressive, yaitu suatu episode depresi di mana suasana hati dan energi meningkat tajam hingga melampaui batas normal. Fase ini disebut mania. Gejalanya mencakup berpikir dengan sangat cepat, cerewet, penurunan kebutuhan tidur. Bahkan, si penderita dapat terjaga selama berhari-hari tanpa tidur, tapi tidak menunjukkan tanda-tanda kehabisan energi. Gejala lain dari gangguan bipolar adakah perilaku yang sangat impulsif tanpa memikirkan konsekuensi. Orang yang mengidap depresi juga mengalami perubahan pola makan dan kehilangan rasa untuk menikmati hidup. Hal-hal yang dalam keadaan normal sebenarnya pantas dinikmati, bagi orang yang mengalami depresi seperti tidak berarti. Ia juga lebih mudah tersinggung dan selalu melihat sisi-sisi negatif orang lain. Kacamata yang ia pakai berwarna kelabu. Senyuman akan dilihatnya sebagai sindiran. Pujian tak dapat dinikmati sebagai sesuatu yang menyenangkan.


PENGIDAP depresi selalu berfokus pada kesedihan dan kesusahan yang ia alami. Ceritanya selalu diulang-ulang dalam pikirannya dan bahkan menambahkannya dengan kemungkinan-kemungkinan yang dramatis. Pikiran dan perasaannya selalu berguncang. Salah satu terapi mengikis hal itu adalah dengan berzikir dan membaca Al-Quran, untuk mengalihkan perhatian agar tak fokus pada satu pikiran yang menyusahkan. Dalam Al-Quran disebutkan, Ingatlah! Dengan berzikir kepada Allah hati menjadi tenang (al-Ra'd: 28).


Suatu ketika, seseorang berkonsultasi kepada Ibn Masud, salah seorang sahabat Rasulullah yang terkenal bagus bacaan Al-Qurannya. Seseorang itu barangkali sedang dirundung masalah, pikiran dan hatinya gelisah. Ibn Mas'ud lalu menasihati orang tersebut, “Bacalah AlQuran! Jika kau belum bisa membacanya, dengarkanlah bacaan orang lain. Jika dengan semua itu kau belum juga mendapatkan ketenangan, bangunlah tengah malam, berdoa kepada Tuhan, minta diberi hati yang baru. Karena, jika hati tak lagi tenteram di hadapan Al-Quran maka berarti ia telah dipenuhi oleh dosa dan nista Terapi lain untuk mengikis depresi adalah dengan silaturahmi. Rasulullah pernah mengatakan, “Jika ingin panjang usia dan banyak rezeki, perbanyaklah silaturahmi." Dengan silaturahmi, kita akan bertemu dengan orang-orang yang kita cintai, berbagi cerita dan sebagainya. Kita akan mendengar cerita kebahagiaan dari orang lain dan kita pun bercerita kepada mereka. Secara tidak kita sadari, semua itu melepaskan beban pikiran dan perasaan.



KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari www.scmbandung.sch.id, SMP Plus Muthahhari www.smpplusmuthahhari.sch.id, SMP Bahtera www.smpbahtera.sch.id, dan SMA Plus Muthahhari www.smaplusmuthahhari.sch.id).


109 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page