Akhi
BELAJAR DENGAN GERAKAN
“Gerakan adalah pintu menuju pembelajaran,” tulis Paul E. Dennison. Semakin kita memperhatikan hubungan timbal balik yang rumit antara otak dan tubuh, semakin jelas muncul satu hal: gerakan sangatlah penting bagi pembelajaran. Gerakan membangkitkan dan mengaktifkan kapasitas mental kita. Gerakan menyatukan dan menarik informasi-informasi baru ke dalam jaringan neuron kita. Gerakan sangat vital bagi semua tindakan untuk mewujudkan dan mengungkapkan pembelajaran kita, pemahaman kita, dan diri kita. Jadi dalam bab ini, saya akan menitikberatkan pada gerakan, terutama pada peranannya dalam pembelajaran. Apakah yang kita ketahui tentang pokok bahasan ini tercermin pada cara kita membesarkan anak-anak dan cara mereka diajari di sekolah? Apa yang terjadi bila bukan seperti itu?
Gerakan kita dalam rahim memberi kita pengindraan pertama akan dunia dan awal pengetahuan dan pengalaman akan hukum gravitasi. Berdasar pada gerakan itu, kita membentuk pandangan kita, untuk menjelajahi bidang dan bentuk lingkungan kita, dan untuk berinteraksi dengan orang dan energi di sekitar kita.
Setiap gerakan adalah kejadian sensoris-motorik, yang berkaitan dengan pemahaman kita akan dunia fisik, dunia tempat semua pembelajaran berasal. Gerakan kepala mengarahkan organ sensoris kita (mata, telinga, hidung, dan lidah) terhadap masukan dari lingkungan. Gerakan halus pada mata memungkinkan kita melihat jarak jauh, mempersepsi benda tiga dimensi, mencerap sekeliling dan memperhatikan huruf-huruf kecil di halaman buku. Gerakan lembut pada tangan memungkinkan kita menyentuh dan memanipulasi dunia kita dengan cara-cara yang amat luar biasa kompleksnya. Gerakan mengarahkan kita untuk mencium bebauan yang akan mengingatkan pikiran kita akan suatu kejadian, atau bebunyian yang akan membentuk citra internal untuk perlindungan dan/atau pemahaman. Gerakan memungkinkan kita untuk merasakan angin menerpa wajah kita, hanya demi pembelajaran.
Gerakan memberikan kemampuan pada wajah kita untuk mengungkapkan kebahagiaan, kesedihan, amarah, dan cinta dalam usaha kita untuk dipahami.
Yang terpatri dalam struktur otot/memori tubuh kita tidak saja pengetahuan bagaimana duduk, berdiri, berjalan, dan berlari, tetapi juga pengetahuan tentang tempat kita di dunia dan bagaimana bergerak dengan lembut dan berakal—dan bahkan untuk menciptakan sesuatu yang indah yang prosesnya amat rumit. Gerakan memberikan kemampuan pada wajah kita untuk mengungkapkan kebahagiaan, kesedihan, amarah, dan cinta dalam usaha kita untuk dipahami.
Setiap angka dan huruf memiliki gerakannya. Semuanya mempunyai bentuk yang dirasakan dan dicetak dalam sistem otot sehingga huruf dan angka itu dapat diulang dan direka lagi melalui gerakan menulis. Melalui pembelajaran selama bertahun-tahun (gerakan yang diintegrasikan dengan input sensoris), kita menjadi mampu untuk bermain, menghubungkan, dan menciptakan pemahaman baru. Melalui gerakan, kita dapat menyalurkan pemikiran dan emosi ke dalam kata-kata dan gerakan, serta memperkaya dunia dengan gagasan kreatif kita.
Setiap kali kita bergerak dalam cara yang teratur dan halus, otak akan diaktifkan secara penuh dan integrasi terjadi, pintu kepada pembelajaran terbuka dengan alami. Howard Gardner, Jean Ayres, Rudolph Steiner, Maria Montessori, Moshe Feldenkreis, Glenn Doman, Neil Kephardt dan para pembaharu ternama lainnya di dunia pendidikan telah menekankan pentingnya gerakan dalam proses pembelajaran.
Bersambung pada pembahasan selanjutnya Asumsi tentang Hal-Hal “Mental” dan Hal-Hal “Jasmaniah”
KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam)dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari, SMP Plus Muthahhari, SMP Bahtera, dan SMA Plus Muthahhari).