Akhi
Bersenang-senang untuk Menderita
As'ad al-Nas man taraka ladzatan fâniyatan
liladzatin baqiyatin
Manusia yang paling bahagia
adalah orang yang meninggalkan kelezatan
yang sementara untuk kelezatan yang abadi
Ali bin Abi Thalib as
Dr Dan Baker, Direktur The Life Enhancement Program at Canyon Ranch, New York, menceritakan kepada kita salah seorang kliennya. Berbeda dengan pasien-pasien yang datang kepada psikiater pada tahun 70an di Amerika, klien-klien milenium ketiga berasal dari orang-orang yang secara material sukses. Dalam pembahasan sebelumnya kita menggambarkan penderitaan orang Amerika setelah mengalami loncatan kenaikan pendapatan. Mereka menggunakan pendapatan yang begitu tinggi untuk meraih kebahagiaan. Tetapi di tengah jalan mereka mengacaukan kesenangan (pleasure) dengan kebahagiaan. Ada macam-macam kesenangan. Salah satu di antaranya ialah memiliki barang-barang yang mewah; bukan karena membutuhkan tetapi karena semata-mata menginginkan.
"Mereka bilang menanglah dia yang mati dengan mainan yang paling banyak," kata seorang eksekutif minyak Texas yang berusia 48 tahun sambil jari-jarinya mempermainkan kancing emas pada lengan jas berbahan kashmir. la berusaha meyakinkanku sebetulnya meyakinkan dirinya bahwa lebih baik dia mengambil pekerjaan baru. Pekerjaan yang ditawarkan kepadanya akan membantu dia untuk membeli dua buah "mainan" baru yang selalu ia inginkan: kapal, dan pesawat.
Tetapi, ia sudah punya pesawat turboprop berpenumpang delapan orang dan kapal pesiar berukuran 52 kaki. Jadi saya tanya dia apakah pekerjaan barunya menawarkan uang besar.
"Betul. Kompensasi keseluruhan untuk satu unit selama kontrak tiga tahun.
"Satu apa?"
"Sorry, satu unit adalah seratus juta." la tertegun dan menatap wajahku. "Dolar!."
"Pastilah mereka sangat menginginkan Anda."
"Tidak sebanyak seperti saya menginginkan pesawat itu."
Kukatakan kepadanya bahwa apa yang ia ceritakan tampak seperti nafsu untuk memiliki keinginan yang dipisahkan dari kebutuhan: aku menyebutnya keinginan ngawur (atau dalam bahasa orang Texas wanton wantin). Tetapi ia sudah keburu berceloteh menggambarkan secara bertele-tele tentang pesawat itu: Cruise pada 60.000 kaki, kecepatan 600 mil/jam, berbicara bahasa Jepang, membuat Suffles -pokoknya aku tidak tahu semuanya. Jenis Falcon 50 bermesin ganda yang ia inginkan baru muncul tahun yang lalu saja. "Aku sudah lama berburu pesawat seperti ini," katanya dengan pandangan rakus di matanya.
Aku masih ingat kata "berburu" yang ia pergunakan, karena pada saat itu kata-kata itu sangat pas dengan teori yang aku kembangkan. Keinginan untuk memperoleh benda-benda material berasal dari dorongan primitif untuk berburu – dorongan yang memungkinkan nenek moyang pemburu untuk mempertahankan hidupnya. Aku mengerti dorongan itu, karena aku sendiri telah menjadi pemburu sejak kecil. Bagiku tidak ada yang lebih menyenangkan selain tenggelam sepenuhnya di dalam alam, berburu binatang dan membawa pulang buruan untuk memberi makan keluarga. Kegiatan seperti ini memuaskan hatiku seperti juga kegiatan-kegiatan primitif lainnya seperti duduk di depan perapian atau terapung di telaga air yang hangat.
Di Canyon Ranch, aku sering mendengar orang berbicara tentang berburu -intan, pesawat, rumah, lukisan, dan kapal pesiar- tetapi apa yang sebenamnya aku dengar, di balik semua percakapan itu, adalah orang-orang yang berbicara tentang perburuan hadiah besar yang akan membebaskan mereka dari dua rasa takut yang menghantui manusia sejak zaman batu: Takut tidak punya cukup dan takut tidak dalam keadaan cukup.
Banyak di antara orang ini sangat terpaku dengan buruannya. Di tengah-tengah panasnya perburuan, mereka merasakan gairah yang penuh energi - yang mereka salah sebut sebagai kebahagiaan. Tetapi begitu perburuan itu selesai, mereka hampir tidak pernah puas... Memang terdengar aneh. Eksekutif yang menginginkan pesawat lebih besar itu tersiksa karena perasaan kurang yang samar-samar - I need more! yang menurut pikirannya dapat dihilangkan dengan kepemilikan mainan yang canggih...
Tetapi akhirnya aku meyakinkan dia bahwa menghasilkan lebih banyak uang dan kemudian membelanjakannya tidak akan membuat dia bahagia. Uang pada akhirnya akan membuat dia kurang bahagia karena ia harus mengikatkan dirinya dengan pekerjaan yang di situ tidak ada kenikmatannya. Lupakan uang, kataku, dan ikuti hatimu.
Aku menyuruh dia untuk mencari pekerjaan yang ia cintai. Tidak ada seorang pun meninggalkan kantorku tanpa berjanji melakukan sesuatu. Bicara saja tidak cukup. Bicara itu murah, kecuali ketika berbicara dengan psikiater di Park Avenue.
Dan untunglah ia benar-benar melakukan sesuatu. Sesuatu yang berat dan nyata. Ia mendapat pekerjaan di tempat perlindungan binatang, mengurus anjing anjing yang terlantar. Ia membersihkan seekor demi seekor, memberinya makan, membuatnya sehat dan segar, dan dengan menggunakan kemampuan menjualnya, ia meyakinkan orang-orang untuk memelihara anjing-anjing itu.
Pada hari pertama ia bekerja, ia merasa sudah gila. Pekerjaan itu kotor, memalukan, dan memerlukan perhatian kepada segala hal kecuali dirinya. Dilepaskan dari segala statusnya, ia harus berusaha bahagia dengan siapa dia dan bukan apa pekerjaan dia. Kemudian ketika keberuntungannya tidak tiba-tiba menguap, ketika orang masih senang kepadanya, dan ketika dunia tidak hancur tanpa bantuan dia, la mulai merasa sehat. Ia menyadari bahwa ia punya cukup, dan pekerjaannya meyakinkan dia bahwa ia cukup (ia tidak merasa kurang): ia menjadi penyayang, rendah hati dan iamerasaia ikut menentukan hidup matinya anjing-anjing yang disayanginya. la kemudian bercerita kepadaku bahwa itulah pekerjaan terbaik yang pernah ia kerjakan, Akhimya ia pindah kepada pekerjaan lain yang juga membuatnya bahagia. la berkata bahwa pekerjaan yang menyenangkan secara emosional adalah satu-satunya pekerjaan yang ingin ia lakukan, dan persetan dengan semua mainan itu. Ia tidak memerlukannya lagi.
la orang yang berani dan luar biasa. Bisakah Anda menjauh dari uang seperti itu untuk menemukan jwa Anda? Ia telah memperoleh hat-hal yang tidak ia dapatkan dengan hanya menerbangkan pesawat yang lebih cepat: altruisme, kebebasan, Kepuasan, dan kedamaian — kebahagiaan.
Pengusaha minyakitu mencari kebahagiaan dengan berburu kesenangan. Seperti kebanyakan orang-orang kaya, ia berburu “mainan”. Seperti kanak-kanak, ia merasa senang dengan memperoleh mainan dan mengumpulkannya. Seringkali ia tidak mempergunakannya. Orang seperti dia itu, menurut Erich Fromm, memperoleh kesenangan dalam memiliki bukan dalam mengada, dalam having bukan being.
Saya ingat ada banyak kenalan saya yang kaya raya merasa senang dengan mengumpulkan mainan berupa mabil-mobil mewah. Untuk itu, mereka mengeluarkan biaya yang jauh jauh lebih banyak ketimbang uang yang dikeluarkan untuk mengurus orangtua mereka. Hampir jarang mereka mengendarai mobil-mobil mewah itu. Mereka merasasenang karena mempunyainya; bukan karena memperoleh faedahuntuk dirinya.
Sebagian orangkaya lainnya mencari kesenangan dengan berbelanja. Mereka menghabiskan waktu lebih banyak di mal ketimbang di gereja, masjidatau rumah ibadat lainnya. Mereka mengumpulkan barang-barang yang umumnya tidak bermanfaat langsung baginya. Untuk menyimpan barang-barangnya mereka memerlukan rumah yang lebih besar. Di rumah itu disimpan segala hal kecuali diri mereka. Mereka telah kehilangan dirinya dalam pasar global.
Lalu, di manakah orang miskin mencari kesenangan? Mereka sebetulnya febih beruntung. Karena tidak punya uang, merekadapat mencari kesenangan dalam kegiatan-kegiatan, yang tidak memerlukan dana - mengobrol dengan tetangga, bercanda dengan anak-anak, menonton TV mendengarkan radio, berolahraga dengan alat-alat seadanya.
Tentu saja,ada juga orangmiskin yang mencari kesenangan dengan berlaga meniru orang kaya. Mereka melengkapi rumahnya dengan barang-barang kreditan dan membayar cicilannya dengan menjualnya kembali (tidak jarang berikut rumahnya sekalian!).
Tentu saja, ada kesenangan yang dinikmati baik oleh orang kaya maupun miskin, Mereka semuanya senang menikmati makanan enak dan minuman enak (Orang kaya merasa bahagia dengan minum minuman keras. Mereka semuanya memperoleh kesenangan dalam menghadiri hiburan, apa pun bentuknya. Mereka semuanya juga senang melancong ke objek-objek wisata (ke luar negeri bagi orang kaya atau cukup ke tepi pantai yang terbuka bagi orang miskin).
Bersambung ke pembahasan Hakikat Kesenangan Dan Kebahagiaan
KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari www.scmbandung.sch.id, SMP Plus Muthahhari www.smpplusmuthahhari.sch.id, SMP Bahtera www.smpbahtera.sch.id, dan SMA Plus Muthahhari www.smaplusmuthahhari.sch.id).