top of page
  • Writer's pictureAkhi

Buah Kecintaan kepada Nabi dan Keluarganya


Salah satu bukti kecintaan kita kepada Nabi Muahmmad saw adalah dengan berusaha mencintai keluarga Nabi Muhammad saw. Dalam sejarah banyak disebut betapa banyak penderitaan yang dialami oleh mereka yang menunjukkan kecintaan kepada keluarga Nabi saw.


Allah berfirman dalam Surat al-Syura ayat 20-24,” Allah berfirman dalam Surat Al-Syura ayat 20-24,”Barang siapa yang mengiginkan tanaman akhirat, Kami akan tambah tanamannya. Siapa yang menginginkan tanaman dunia, Aku berikan juga sebagian dari padanya, tetapi dari akhirat dia tidak memperoleh bagian sedikit pun.


Apakah mereka mempunyai sekutu-sekutu yang membuat bagi mereka syarikat-syarikat agama yang tidak diizimkan oleh Allah. Seandainya tidak ada kalimat yang sudah ditentukan oleh Allah tentulah sudah diselesaikan diputuskan diantara mereka. Sesungguhnya orang zalim itu bagi mereka azab yang pedih.


Orang-orang yang zalim merasa takut melihat amal-amal yang mereka lakukan yang hadir nyata dihadapan mereka. Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh Allah tempatkan dalam taman –taman surga. Bagi mereka apa yang mereka kehendaki di sisi Tuhan mereka dan itulah anugerah yang besar. Demikianlah yang Allah kabarkan sebagai kabar gembira kepada hamba-hamba-Nya yaitu yang beriman dan beramal saleh.


Katakan oleh kamu (wahai Muhammad) aku tidak meminta upah dari kamu semua kecuali kecintaan pada al-Qurba. Siapa yang melakukan kebaikan dengan mencintai keluarga Rasulullah saw, Aku tambahkan baginya kebaikan itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha Pembalas kebaikan dengan kebaikan.


Apakah mereka sudah berkata bahwa Muhammad ini sudah berbohong mengatas namakan Allah (padahal hanya untuk kepentingan keluarganya). Kalau Allah kehendaki Allah bisa menghapus kebaikan dan tegakan kebenaran dengan kalimatnya. Seungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang ada di dalam dada.


Pada umumnya, kitab tafsir memulai paragraf “Katakan oleh kamu…” Itu dari man kaana (siapa yang mengiginkan akhirat – ayat 20), tetapi Syayid Alamah Thabathaba’i, dalam tafsir Mîzân, memuai paragraf ini dari ayat 17. Jadi ketika Allah menjelaskan bahwa Dia menurunkan al-Kitab dengan kebenaran dan untuk menegakkan keadilan, di situ digambarkan ada orang yang tidak mau menerima kitab ini sebagai pedoman hidup mereka sehingga mereka berada dalam kesesatan. Dan setelah itu Allah menyuruh Rasulullah untuk menyampaikan kepada umatnya agar selain berpegang kepada al-Kitab, mereka juga jharus berpegang kepada kecintaan kecintaan keluarga Nabi saw seperti yang disebutkan dalam ayat 23 di atas. Dalam ayat 22, disebutkan bahwa orang-orang zalim ketakutan melihat amal yang mereka lakukan. Thabathaba’i menyatakan bahwa berdasarkan ayat inilah, orang kafir akan ketakutan melihat amal-amal mereka.


Cinta Yang Mendatangkan Syafa’at


Ada satu konsep yang menurut para ahli tafsir disebut dengan nama berwujudnya amal-amal kita. Artinya nanti amal-amal kita akan diberi wujud oleh Allah swt.. Al-Qur’an menyebut tentang hal itu seperti dalam Surat Al-Kahfi (QS 49-Cek-Recek ),” Mereka menemukan apa yang mereka amalkan itu hadir di depan mereka.” Dalam Surat Al-Zalzalah ditegaskan bahwa amal-amal manusia akan bisa dilihat nanti,” ( QS. 6).


Ibnu Qayyim Al-Jauzi meriwayatkan dalam salah satu kitabnya, Al-Rûh, tentang apa yang akan terjadi ketika kita meniggal dunia.


“Waktu itu para sahabat sedang berada di sekitar pemakaman. Saat itu Rasulullah datang bersama kami,” kata para sahabat. Lalu Rasulullah bercerita: Apabila seorang mukmin meninggal dunia, sejauh-jauh penglihatan terdapat malaikat—Katakanlah upacara penjemputan jenazah Mukmin. Para malaikat itu berbaris; sementara malaikat maut duduk dekat kepala si Mukmin dan berkata,”Hai ruh yang indah, keluarlah menuju ampunan Allah dan keridaan-Nya.” Lalu Rasul menggambarkan dengan indah nyawa mukmin itu seperti tetesan air dari wadah air. Begitu mudahnya ruh itu keluar, kemudian malaikat mengambil ruh itu dan tidak melepaskan dari tangannya sekejap mata pun. Ruh itu itu mengeluarkan bau semerbak yang memenuhi seluruh alam malaikat. Ketika ruh jenazah itu lewat, para malaikat bertanya,”Siapakah ruh ini?.” Malaikat maut menjawab,”Inilah ruh fulan bin fulan.” Lalu dibawalah ia ke langit untuk menghadap Allah swt, ia diterima oleh Allah dengan segala keridaan-Nya. Kemudia ia dikembalikan lagi ke alam barzakh dan saat itu datang malaikat yang menanyai siapa Tuhannya dan siapa yang diutus datang kepadanya. Ia menjawab pertanyaan malaikat itu bahwa Tuhannya adalah Allah dan utusan yang datang kepadanya adalah Rasulullah. Malaikat melanjutkan pertanyaanya; dari mana ia tahu tentang Rasulullah; dia menjawab bahwa ia mengetahuinya dari kitab, dan ia beriman dan mencintainya.. Mendengar jawab hamba Allah yang saleh itu terdengarlah suara keras dari langit.


Rasulullah melanjutkan ucapannya: Apabila seorang kafir atau ahli maksiat meninggal dunia, turunlah malaikat ke bumi dengan wajah yang menakutkan. Kemudian malaikat maut duduk di samping kepalanya dan berkata,”Hai jiwa yang kotor keluarlah kamu menuju kemurkaan Allah dan azab-Nya.” Betapa susah ruh itu keluar darinya, sampai-sampai seluruh tubuhnya seakan-akan akan pecah berkeping-keping. Dan ketika malaikat memegang ruh orang kafir itu, bau menyengat seperti bangkai memenuhi seluruh alam malaikat. Ketika malaikat bertanya siapakah ruh yang busuk itu, disebutlah ia dengan nama yang paling jelek di dunia ini. Kemudian ia dibawa ke langit dan pintu-pintu langit ditutup baginya, jenazahnya dilemparkan kebumi. Ketika malaikat bertanya kepadanya, ia tak sanggup menjawab pertanyaan itu dengan baik. Maka disempitkanlah kuburannya sesempi-sempitnya. Setelah itu datanglah makhluk yang wajahnya sanagt menakutkan dengan bau yang sanag menjijikan. Ketika ditanya siapakah dia? Makhluk itu menjawab,”Akulah amal burukmu, dan aku akan menemani kamu sejak barzakh sampai mahsyar nanti.”


Diriwayatkan ada sebuah kisah sufi yang menceritakan bahwa amal saleh dan buruk bisa berwujud kelak di akhirat. Diceritakan bahwa Malik bin Dinar (seorang sufi) pada mulanya adalah seorang ahli maksiat. Pekerjaanya setiap hari adalah minum-minuman keras. Suatu saat ia ditanya oleh seseorang,”Apa yang menyebabkan Anda kembali kepada jalan yang benar?” Malik bin Dinar menjawab,”Dahulu aku mempunyai anak perempuan yang aku sayangi. Setiap hari pekerjaanku meminum arak. Setiap saat aku hendak meminum arak, tangan anakku selalu menepiskannya kepada tanganku; seolah-olah ia melarang aku untuk meminumnya. Sampai suatu saat anakku meninggal dunia. Aku berduka luar biasa. Dalam keadaan duka aku tertidur dan bermimpi seakan-akan aku berada di padang Mahsyar. Saat itu aku seperti berada di tengah-tengah orang yang kebingungan. Dalam keadaan bingung aku melihat sosok seekor ular yang sangat besar. Ular itu bergerak dan mengejarku. Aku lari untuk menghindari ular itu, di tengah jalan aku berjumpa dengan seorang tua yang berwajah sangat jernih. Aku berhenti di samping orang tua itu dan meminta kepadanya perlindungan. Orang tua itu jatuh iba kepadaku. Sambil menangis ia berkata kepadaku,” Aku ingin menolong kamu tetapi aku terlalu lemah.” Karena rasa takut yang mencekam segera aku pergi dari sisi orang tua itu dan sampailah aku pada tepian neraka jahanam. Hampir saja aku loncat ke dalamnya karena rasa takut yang memuncak. Tetapi saat itu aku mendengar suara,”Tempat kamu bukan di sana.” Dalam keadaan lemah aku berlari mendekati orang tua tadi untuk meminta pertolongannya lagi, ia menjawab,” Aku tak bisa menolongmu karena aku terlalu lemah. Berangkatlah ke bukit Amanah, mungkin di sana ada titipan buatmu.” Aku berangkat menuju tempat itu, di sana aku bertemu dengan seorang anak-anak kecil yang wajahnya sangat indah. Tiba-tiba aku melihat anaku sendiri, ia mendekatiku dan memegang tanganku seraya berkata,.”Inilah bapakku.” Lalu dengan tangannya yang lain dia mengusir ular besar utu. Kemudian anak itu berkata,’Apakah belum datang kepada orang beriman untuk takut kepada Allah.’ Aku bertanya kepadanya,’Apakah kamu bisa membaca Al-Qur’an’ Anakku menjawab,’Pengetahuanku tentang Al-Qur’an di sini lebih baik daripada pengetahuan bapak.’ Kemudian aku bertanya tentang orang tua yang berwajah jernih, ia menjawab,’Dia adalah amal saleh yang setiap hari bapak lakukan, karena amal saleh bapak sedikit, amal itu menjadi lemah dan tidak sanggup membantu bapak.’ ‘Lalu siapakah ular itu?’ Anakku menjawab,’Itulah maksiat yang setiap hari bapak perkuat tenaganya karena dosa yang bapak lakukan.’ Sejak itu, kalau aku berbuat maksiat aku ingat bawa hal itu akan memperkuat ular berbisa yang menakutkan itu. Dan setiap kali aku lelah dalam beramal saleh, aku ingat hal itu akan memperkuat amal salehku.”


Cerita Malik bin Dinar itu sesuai dengan hadis yang menunjukkan bahwa amal-amal kita akan hadir di hadapan kita. Percayalah, kita akan di temani dua makhluk, makhluk yang baik dan buruk; keduanya akan bertarung di alam barzakh. Kalau makhluk yang baik itu menang, terusirlah makhluk yang jelek; maka kita di alam barzakh itu akan ditemani makhluk yang baik. Sebaliknya, amal jelek pun bisa mengusir amal baik yang perbnah kita lakukan.


Kita semua percaya bahwa amal saleh yang kita lakukan jauh lebih sedikit daripada amal salah yang sering kita lakukan. Oleh sebab itu, kita bisa menduga bahwa di alam barzakh nanti yang paling banyak menemani kita adalah amal buruk kita. Maka malang betul kita semua, kalau di alam barzakh itu kita hanya mengandalkan amal saleh yang kita lakukan. Oleh karena itu, karena kasih-Nya kepada kita, Allah swt memberi wewenang kepada Rasulullah saw untuk memberi syafaat kepada kita. Alangkah bahagianya kita di alam barzakh nanti ketika makhluk yang menakutkan berjubal penuh mengelilingi kita dan amal baik sudah terusir dari kita, lalu datanglah syafaat Rasulullah saw dan makhluk jelek itu tersingkir dan kita hanya ditemani oleh amal saleh kita sampai hari akhir. Tidak ada kebahagiaan yang paling besar selain memperoleh syafaat Rasulullah saw. Lalu, kepada siapakah syafaat rasulullah itu diberikan? Rasulullah bersabda dalam sebuah hadisnya,”Syafaatku aku khususkan kepada dia yang mencintai keluargaku diantara umatku.” Mudah-mudahan kita memperoleh syafaat rasulullah saw dengan wasilah kecintaan kita kepada keluarganya. (Tarikh Bakdad al-Khatib Al-Baghdadi juz II).


Siapa saja keluarga Nabi saw yang harus kita cintai? Azzamahsari meriwayatkan hadis ketika membaca ayat,”Aku tidak meminta upah kecuali kecintaan kepada keluargaku.”Ya Rasulullah siapa keluarga yang harus kita cintai itu? Rasulullah bersabda,”Ali, fatimah, dan keduaa naknya.”


Orang tua kita dahulu tahu bahwa kecintaan kepada Ali, Fatimah, dan kedua putranya bisa memadamkan bencana; terutama bencana di alam kubur. Mereka juga percaya bahwa hal itu bisa memadamkan bencana yang terjadi pada saat sekarang. Oleh karena itu, kalau ada bala bencana di sebuah kampung, mereka sering membaca syair:


Li khamsatun utfi bihâ haral wabâ wal khâtimah

Al-Musthafâ wal murtadhâ wabnahumâ wal Fâtimah

Aku mempersembahkan yang lima kepada Allah

Untuk memadamkan panasnya bencana yang mengerikan

Yaitu Al-Musthafa (Rasulullahsaw), Al-Murtadha (Sayidina Ali),

Dan kedua putranya (Hasan dan Husain) serta Fatimah.


Al-Fakhrurazi, dalam kitabnya Mafâtihul al-Ghaib, menyebutkan,”Sudah teguhlah dalil bahwa yang empat orang itu adalah keluarga Nabi saw. Dan apabila sudah teguh dalil itu, sudah pastilah mereka yang dikhususkan untuk kita muliakan dengan kemuliaan yang lebih dari manusia yang biasa. Tentang hal ini ada beberapa dalil. Pertama, adalah mawaddah bil qurbâ. Kedua, tidak meragukan lagi bahwa Nabi saw sanagat mencintai Fatimah. Rasul bersabda,”Fatimah adalah belahan jiwaku, sebagian dari diriku, siapa yang menyakiti Fatimah, ia menyakitiku.” Rasulullah juga mencintai Ali dan kedua cucunya ; Hasan dan Husain. Karena sudah teguh keadaanya, wajiblah bagi umatnya untuk meniru Rasulullah saw. Artinya, karena Rasulullah mencintai kereka , wajiblah kita mencintai mereka ; Allah berfirman,” Katkanlah: Hai manusia sesunguhnya aku aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan selain Dia. Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya. Dan ikutilah dia supaya kamu mendapat petunjuk.”(QS. Al-Araf: 158 ) dalam ayat lain Allah menyebutkan,”Maka hendaklah takut orang-orang yang menentang perintah Rasul.


Ketiga, sesungguhnya khusus untuk keluarga Nabi saw; dalam tasyahud, ketika salat, kita harus membaca shalawat kepada Muhammad dan keluarganya. Hal ini merupakan suatu kehormatan yangtidak diberikan selain kepada keluarga Nabi Muhammad saw. Semuanya itu, kata Al-Fakhrurazi, menunjukkan bahwa kecintaan kepada Muhammad dan keluiarganya adalah wajib.


Al-Fakhrurazi mengutip ucapan Imam Syafi’i,” Jika Rafidhi itu mencintai keluarga Muhammad, hendaklah jin dan manusia menyaksikan bahwa aku ini adalah Rafidhi.”


Hadis tentang Buah Cinta Kepada Ahlul Bait

Bentuk kecintaan kepada Nabi saw dan keluarganya diantaranya diwujudkan dengan membaca shalawat kepadanya. Berikut hadis tentang buah shalawat kepada Nabi saw dan keluarganya.


Seseorang bertanya kepada Aba Abdillah as tentang firman Allah swt, Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya (Al-Ahzab 56). Aba Abdillah asa berkata,” Shalawat dari Allah swt kepada Nabi adalah rahmat-Nya, dari malaikat adalah pensuciannya, dan dari manusia adalah doanya.” Adapun firman Allah swt wasallimû taslîmâ, yakni ucapkanlah salam kepadanya, kemudian ia berkata kepadanya,”Bagaimana kami mengucapkan shalawat kepada Nabi dan keluarganya?” Aba Abdillah berkata,” Katakanlah: ‘Shalawâtullâhi wa shalawâtu malâ’ikatihî wa an biyâihî wa rasûlihî wa jamî’i khalqihî ’ala muhammadin wa âli muhammad wasallamu ‘alaihi wa âlihim wa rahmatulâh wa barakâtuh.’” Lalu ia berkata, Apa balasan orang yang membacakan shalawat kepada Anabi saw? “Dikeluarkan dari dosa-dosanya, demi Allah sama seperti ketika ibunya melahirkan dia.”


Imam Ja’far Ash-Shadiq berkata,”Barangsiapa membaca shalawat kepada Muhammad dan keluarganya sepuluh kali, Allah akan mengirimkan rahmat dan para malaikat akan mengucapkan doa kepadanya seratus kali.” Dalam Hadis lain Imam Ja’far Ash-Shadiq berkata,” Barangsiapa membaca shalawat kepada Muhammad dan keluarganya seratus kali, Allah akan kiirimkan kesejahteraan kepadanya, para malaikat akan mendo’akannya seribu kali. Bukankah kamu mendengar perintah Allah swt, ”Ialah Allah yang mengirimkan rahmat-Nya kepada kamu dan para malaikat-Nya untuk mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya, dan dia sangat penyayang kepada kaum mukmin.” (QS. Al-Ahzab: 43).


Masih dari imam Ja’far as,”Semua data yang dibacakan orang untuk menyeru Allah swt tertututp dari langit , sampai dia membaca shalawat kepada Muhammmad dan keluarganya.” “Nanti pada hari kiamat, tidak ada yang lebih berat dalam timbangan selain shalawat kepada Muhammad dan keluarganya.”


Imam Ali Ridha as berkata, ”Barangsiapa yang tidak mampu menghapuskan seluruh dosanya, perbanyaklah bacaan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya, karena itu akan menghapuskan dosa.” “Orang yang paling dekat kedudukannya dengan Nabi saw pada hari kiamat nanti adalah orang yang paling banyak membaca shalawat kepada Muhammad dan keluarganya.”


Itulah buah membaca shalawat. Shalawat adalah ungkapan kecintaan kita kepada Rasulullah dan keluarganya. Kalau orang banyak membaca shalawat, insya Allah, kecintaan kepada Rasulullah akan bertambah. Bagi seorang intelektual, hal ini mungkin akan menimbulkan pertanyaan: Mengapa? Tapi, buat orang-orang bodoh, believing is seeing. Shalawat itu membawa kecintaan kepada pada rasulullah. Mereka tidak memikir-mikirkan lagi, kerinduannya bangkit di dalam shalawat-shalawat itu dan terasa pada diri mereka. Tetapi bagi orang-orang intelektual tidak; bagi mereka seeing is believing.


Dalam teori komunikasi, ada teori yang disebut dengan mere exposure theory; teori semata-mata terpaan saja. Suatu saat kepada mahasiswa diperlihatkan beberapa transparansi foto. Ada beberapa foto yang sering tampak pada saat itu, dan ada beberapa foto yang jarang tampak. Foto itu ada yang ditampakkan sepuluh kali, delapan kali, dan lima kali. Setelah itu kepada mahasiswa diberikan seluruh foto yang tadi diperlihatkan di layar. Ada hal yang menarik dalam kejadiaan itu; mereka diperintah untuk memilih foto mana yang paling mereka sukai. Ternyata mereka menyukai foto yang paling sering muncul.; bukan karena apa-apa, hanya karena sering muncul saja, mere exposure. Hal ini bisa dianalogikan, jika ada orang yang sering muncul dihadapan kita, lama-kelamaan kita akan menyukai orang tersebut.


Dengan seringnya kita membaca shalawat, kita selalu menghadirkan nama Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari. Karenanya akan tumbuh dengan sendirinya kecintaan kepada orang-orang yang sering kita sebut. Dan hal ini termasuk juga ke dalam teknik iklan atau propaganda. Agar orang itu suka akan sesuatu, lakukanlah iklan itu berkali-kali (diulang-ulang). Sampai-sampai Hitler berkata, ”Kebohongan pun akan dipercaya menjadi keimanan kalau kita mengulanginya terus menerus. Wehreit, kebenaran itu adalah kebohongan dikalikan seribu.”


Kalau kebohongan saja bisa menjadi kebenaran, apa lagi kata-kata suci seperti shalawat yang sering kita bacakan. Shalawat, insya Allah akan menumbuhkan kecintaan kepada Rasulullah saw. Lewat kecintaan itulah insya Allah kita akan meniru perilaku orang yang kita cintai.


Kecintaan kita kepada keluarga Rasulullah saw merupakan ungkapan cinta kepada Rasulullah juga. Al-Zamakhsary dalam kitabnya Al-Kasyaf, menulis, ”Rasulullah saw bersabda: ’Baransiapa yang mati dengan kecintaan kepada keluarga Muhammad, dia mati syahid. Ketahuilah, barangsiapa yang mati dalam kecintaan kepada keluarga Muhammad saw, dia mati dengan ampunan-Nya. Ketahuilah barangsiapa yang mati dalam kecintaan kepada kelurga Nabi saw, dia mati sebagai orang mukmin yang sempurna imannya. Ketahuilah, barangsiapa yang mati dengan membawa kecintaan kepada keluarga Nabi saw, dia mati dalam keadaan Malaikat Maut akan menggembirakannya dengan surga, kemudian Munkar dan Nankir akan menghiburnya. Ketahuilah, barangsiapa yang mati dengan membawa kecintaan kepada keluarga Muhammad, dia akan diiringkan masuk ke surga seperti diiringkannya pengantin ke rumah suaminya. Ketahuilah, barangsiapa yang mati dengan membawa kecintaan kepada keluarga Muhammad saw, Allah akan bukakan pintu surga pada kuburannya. Ketahuilah, barangsiapa yang mati dengan memabawa kecintaan kepada keluarga Muhammad saw, Allah akan jadikan kuburannya tempat berkunjung Malaikat Rahmah. Ketahuilah, barangsiapa yang mati dengan membawa kecintaan kepada keluarga Muhammad, dia mati sebagai ahlu sunnah wal jama’ah.”


“Siapa yang mati dalam kebencian kepada keluarga Muhammad saw, dia akan datang pada hari kiamat dengan tulisan pada kedua matanya;’Inilah orang yang putus asa dari rahmat Allah.’ “ JR wa mā taufīqī illā billāh, 'alaihi tawakkaltu wa ilaihi unīb


Allâhumma shalli 'alâ Sayyiidina Muhammad wa Âli Sayyiidina Muhammad wa ajjil farajahum warzuqna fiddunya ziyâratahum wa fil âkhirati syafâ'atahum


***

KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari www.scmbandung.sch.id, SMP Plus Muthahhari www.smpplusmuthahhari.sch.id, SMP Bahtera www.smpbahtera.sch.id, dan SMA Plus Muthahhari www.smaplusmuthahhari.sch.id).

17 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page