top of page
  • Writer's pictureAkhi

Cerdas dengan Gerakan


In the same way that exercise shapes up the muscles, heart, lungs, and bones, it also strengthens the basal ganglia, cerebellum, and corpus callosum, all key areas of the brain.

Eric Jensen Teaching with the Brain in Mind


Amy adalah bocah sepuluh tahun yang cantik, dengan rambut keriting panjang yang keemasan dan senyum yang cerdas. Tingginya pas untuk ukuran anak kelas lima, tapi ia berjalan dengan pincang yang amat kentara, karena ia menyeret satu kakinya. Bicaranya tak teratur, dengan pola kata-kata yang hampir tak dimengerti. Amy menderita kerusakan otak karena siksaan fisik saat umurnya baru enam minggu. Bersama ibu dan ayah tiri yang sangat suportif, ia tumbuh menjadi anak yang antusias dan penyayang.


Amy tak dapat membaca, menulis, ataupun berkomunikasi. Oleh sebab itu, sekolah menempatkannya di kelas terpisah bersama lima anak lain yang “cacat secara emosional”. Karena pekerjaan saya adalah konselor sekolah dasar, saya menawarkan diri untuk membawa tiga anak dari kelas ini setiap harinya saat rehat, untuk memberikan waktu istirahat bagi para gurunya. Amy ialah salah satunya. Kedua anak lainnya adalah bocah lelaki delapan tahun. Satu anak disebut terbelakang secara mental (kedua orangtuanya juga begitu). Satu anak lagi disebut cacat mental karena kekerasannya bisa meledak setiap saat.


Kelompok ini berkumpul dengan nyaman di kantor saya, yang berukuran seluas lemari baju yang besar; buat saya pengalaman ini sangat berkesan. Pada minggu pertama, saya mengulang pola setiap anak dengan menggunakan Metoda Ulang Pola Lateral dari Dennison. Setiap hari sesudahnya, kami melakukan kegiatan Brain Gym selama lima menit, berupa gerakan-gerakan fisik yang sederhana yang mengaktifkan fungsi otak, terutama di area lobus frontal. Kami juga minum banyak air putih.


Setelah kegiatan ini, kami pergi ke luar dan menendangnendang bola selama sepuluh menit. Anak-anak lelaki senang sekali dan Amy biasanya berlari mengejar bola, menjerit-jerit dan tertawa cekikikan. Bila hari hujan, kami menghabiskan waktu dengan mengobrol, menggambar, dan bernyanyi. Kami selalu tertawa. Terkadang saya membacakan cerita anak-anak. Di waktu-waktu yang lain, kami mengarang cerita kami sendiri dengan suara-suara dan logat yang lucu, seringkali dilengkapi dengan menggambar.


Jika terjadi perkelahian, saya menerapkan aturan yang mengharuskan setiap orang duduk dalam posisi Brain Gym yang disebut “HookUps” selama dua menit. Setelah mendiamkan dan menyatukan diri dengan cara ini, anak-anak dapat menyalurkan frustrasi atau kebutuhan mereka dengan lebih bertanggung jawab. Proses ini mendorong ekspresi emosional yang lebih tenang dan melepaskan tekanan mereka. Duduk secara “HookUps” menjadi sarana interpersonal yang amat berharga yang mengembangkan kejujuran tanpa rasa takut atau kekerasan.


Anak-anak itu menjadi bersahabat dengan saya, dan kegiatan kami setiap hari menjadi rutin. Dua bulan setelah saya mulai bekerja dengan Amy, ibunya menelepon menyampaikan berita yang amat memuaskan. Dokter keluarga sangat takjub dengan Amy yang tiba-tiba mampu mengucapkan kalimat-kalimat. Karena saya amat dekat dengan Amy, saya tak menyadari perubahan ini.


Loncatan kemampuan Amy yang tiba-tiba berhubungan dengan tambahan gerakan dalam kegiatan sehari-harinya—kegiatan dalam bentuk Brain Gym, sepak bola, seni dan musik.


Seiring dengan berjalannya waktu, Amy sekarang dapat berhubungan dengan bola, ia dapat benar-benar menendangnya, sehingga anak-anak lelaki lebih senang bermain bola dengannya. Dengan pincang yang sekarang amat berkurang, Amy kini dapat menendang bola “selurus panah”. Amy menyenangi kuda, tetapi kuda yang digambarnya di hari pertama kami bersama, hanya warnanya saja yang mirip. Di akhir tahun ajaran, kuda yang ia gambar benar-benar bisa dikenali sebagai kuda.


Setelah lima bulan, Amy dapat membaca bacaan anak kelas dua dan senang sekali menulis. Pada bulan ketujuh, ia telah dapat membohong secara amat meyakinkan, menunjukkan kemampuannya untuk mengakses penalaran kreatif yang lebih tinggi. Di akhir tahun ajaran, dia hampir dapat membaca buku anak kelas lima, menulis kisah-kisah yang sangat imajinatif, dan mampu berkomunikasi dengan efektif.


Amy telah bersekolah selama lima tahun dan membuat kemajuan yang amat kecil di bawah asuhan guruguru yang hebat. Loncatan kemampuannya yang tiba-tiba berhubungan dengan tambahan gerakan dalam kegiatan sehari-harinya—kegiatan dalam bentuk Brain Gym, sepak bola, seni dan musik. Dua bocah lelaki lain juga menunjukkan kemajuan yang mengagumkan dalam bidang akademik mereka tahun itu. Kemampuan mereka untuk tetap tenang dan teratur dalam situasisituasi emosional yang menantang juga telah meningkat.


Pengalaman ini menambah keyakinan saya bahwa gerakan itu sangat penting dalam pembelajaran. Kenyataan bahwa dalam belajar, tubuh adalah sama pentingnya dengan otak, telah mendorong saya kepada penelitian yang hasilnya dituangkan dalam buku ini. Saya telah menyaksikan pencapaian akademis yang signifikan pada anak-anak dan orang dewasa setelah melakukan gerakan-gerakan Brain Gym, tetapi pengalaman Amy menunjukkan peningkatan kemampuan dalam segala bidang.


Hal ini secara sekaligus menakjubkan dan membingungkan saya. Bertahun-tahun kami menghabiskan waktu dan tenaga untuk mengajarkan orang bagaimana caranya belajar, namun nilai rata-rata tes standar menurun dan tingkat buta huruf meningkat. Apakah salah satu elemen penting yang kami lupakan itu adalah gerakan? Keingintahuan ini membawa saya kepada penelitian yang lebih intens dalam labirin neurofisiologi, yang telah saya ajarkan di universitas selama bertahun-tahun. Pencarian saya meluas pada sumber-sumber informasi yang terus berkembang tentang fungsi pikiran/tubuh dan keterkaitan yang mendasar antara gerakan, indra, dan emosi dengan pembelajaran yang efektif. Inilah waktunya untuk lebih serius memperhatikan kesalahpahaman kita tentang tubuh. Dengan hal ini, kita dapat membebaskan sistem pikiran/tubuh kita dan mengembalikan kemampuannya yang tak terbatas untuk belajar, berpikir, dan berkreasi.


Gerakan membangkitkan dan mengaktifkan kapasitas mental kita. Gerakan menyatukan dan menarik informasi-informasi baru ke dalam jaringan neuron kita. Gerakan sangat vital bagi semua tindakan untuk mewujudkan dan mengungkapkan pembelajaran kita, pemahaman kita, dan diri kita.


KH. Jalaluddin Rakhmat Pendiri Yayasan Muthahhari dan Sekolah Para Juara

- www.scmbandung.sch.id

- www.smpbahtera.sch.id

- www.smpplusmuthahhari.sch.id

- www.smaplusmuthahhari.sch.id

58 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page