top of page
  • Writer's pictureDaqaiq Al-Quran

Daqaiq Al-Quran (1- a): Hafal al-Qur’an di sisa usia



Al-Quran juga disebut sebagai mukjizat terbesar Islam. Mukjizat terbesar Rasulullah Saw. Bagaimana ia menjadi mukjizat?


Mukjizat yang pertama adalah…

“Keterpeliharaan Al-Qur’an”


Al-Quran satu-satunya kitab yang tidak akan pernah dapat diubah. Tidak akan pernah dapat dipengaruhi oleh apapun juga. Ia bertahan sebagaimana ia dibaca dan dihafalkan di zaman Baginda Nabi Saw dan para sahabat. Ada perbedaan mushaf atau qiraat. Menariknya, ia justru menambah pada kekayaan makna. Inilah kekuatan mukjizat itu. Sehingga, kalau orang meyakini Al Quran sebagai mukjizat terbesar Islam, mukjizat terbesar Baginda Nabi Saw dan mukjizat yang pertama itu adalah keterpeliharaan Alquran, maka tuduhan apa pun semisal ada Alquran yang berbeda, tertolak dan tidak dapat diterima dengan sendirinya. Sebagai mukjizat, Al-Qur’an terpelihara. Sebagai mukjizat ia terjaga sejak dahulu di zaman Baginda Nabi Saw hingga sekarang ini.


Mukjizat yang kedua, keistimewaan yang kedua dari Al-Quran al-Karim adalah

“Allah SAW hadirkan para penghafal Alquran”


Inilah satu-satunya kitab yang dapat dihafalkan oleh jutaan manusia sepanjang sejarah, sepanjang sejarah keberadaannya. Tidak hanya kaum muslimin, saudara kita yang beragama lain juga ada yang menghafal beberapa bagian dari Al-Quran. Para penghafal Alquran itu adalah di antara para penjaga keterpeliharaan. Dalam Bahasa Arab, ‘menghafal’ dan ‘menjaga’ menggunakan akar kata yang sama.


Setelah itu, masuklah ke keistimewaan-keistimewaan lainnya yang tidak akan pernah dapat dihitung oleh manusia hingga kapanpun. Di antara keistimewaan atau adalah i’jaz, atau mukjizat Al-Quran dari sisi bahasa, pola dan penggunaan angka-angka. Ada juga mukjizat Al-Quran yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan, atau kisah-kisah masa lalu dan bagaimana ia menjadi pelajaran untuk masa depan dan lain sebagainya.


Insya Allah, kita akan mencoba mengambil percikan dari samudra Al-Quran yang tak terhingga luasnya itu. Di atas itu semua, pengamalan kita terhadap Al-Quran adalah untuk menjalankan wasiat Baginda Nabi Saw. Dalam banyak kesempatan, di antaranya pada waktu Haji Wada juga pada kesempatan-kesempatan yang lain, Baginda Nabi Saw menyampaikan

اني تارك فيكم الثقلين

('inni tarikun fikum altsaqalayn)

(Aku wasiatkan di tengah-tengah kalian dua perkara, Aku tinggalkan di tengah-tengah kalian dua hal yang teramat berat)

ما ان تمسكتم بِهِمَا لَنْ تَضِلُّو ابدا

(ma in tamasaktum bihima lan tadhillu abada)

(yang kalau kalian berpegang teguh pada keduanya, kalian tidak akan pernah tersesat selama-lamanya)

کتَابَ اللَّهِ جَلَّ ذِکرُهُ وَ أَهْلَ بَیتِی

(kitaballah jalla dzikruhu wa ahla baiti)

(Kitab Allah yang sangat agung penyebutannya dan Ahlulbaitku)


Al-Qur’an menjadi wasiat pertama Baginda Nabi Saw. Tidak ada seorang pun dapat menisbatkan diri menjadi pengikut Rasulullah Saw tanpa berusaha untuk lebih dekat dengan Al-Quran, tanpa berusaha untuk mengisi setiap hari dengan Al-Quran. Jangan sampai ada satu hari berlalu dan kita tidak membaca Al-Quran di dalamnya.


Alkisah, seseorang datang pada Imam Jafar as-Shadiq as dan bertanya tentang keistimewaan membaca dari mushaf. Walaupun kita menghafal Al-Quran, Imam menganjurkan agar kita membaca dari mushaf. Kita percaya bahwa membaca dari mushaf itu mendatangkan berkah tapi ada riwayat dari Imam Jafar Shadiq as yang menyampaikan bahwa: membaca Al-Quran dari mushaf mendatangkan rahmat dan ampunan bagi kedua orang tua kita.


Jadi, menurut mahzab Ahlul Bait di antara bakti dan khidmat kita pada kedua orangtua kita, bentuk ungkap terima kasih kita pada kedua orang tua kita adalah ketika kita membaca Al-Quran dengan melihat dan membuka mushaf. Dengan kata lain, seberapa besar sayang kita kepada orang tua kita, sebegitu banyaknyalah seharusnya kita mendawamkan dan membaca Al-Quran dalam keseharian kita. Inilah wasiat Baginda Nabi Saw yang pertama.


Kitabullah menjadi wasiat Rasulullah Saw yang pertama. Sayangnya, dan inilah mengapa kita perlu untuk senantiasa mengingatkan diri tentang Al-Quran ini. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam dalam Al-Quran surat Al-Furqan berdoa kepada Allah Swt. Dalam doa itu, Baginda Nabi Saw seakan-akan mengadu kepada Allah Swt. Baginda Nabi Saw pasti berdoa dengan begitu banyak doa, tetapi di antara doa Baginda Saw yang Allah Swt abadikan dalam Al-Quran adalah ketika Baginda Saw berdoa

إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَٰذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورً

'Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menelantarkan Al-Qur'an." (QS. Al-Furqan, ayat 30).

Kata mahjura artinya sesuatu yang tidak dianggap dan tidak ditempatkan semestinya, yang tidak dihormati. Rasulullah Saw menyampaikan pada Allah Swt

“Sesungguhnya kaumku telah mengabaikan Al-Quran”


Siapakah yang baginda Nabi maksud dengan kaumku itu? Apakah hanya kelompok yang sezaman dengan Baginda Nabi Saw? Para sahabat dan salafus salih terdahulu? Orang-orang Quraisy? Ataukah kita semua, kaum Muslimin? Kita tidak menghormati Al-Quran, tidak memuliakan Al-Quran, tidak memberikan hak yang semestinya kepada Al-Quran.

Semoga kita terhindar dari kaum yang dimaksudkan Baginda Nabi Saw. Meskipun menurut saya, sepertinya kita tidak dapat terlepas dari itu. Al-Quran punya hak teramat besar atas diri kita tapi kita tidak menghormatinya seperti Al-Quran seharusnya dihormati dan dimuliakan. Dengan mengkajinya, mengajinya, membacanya, mendalami isinya, berusaha menghafalnya sedapat mungkin, dan mengamalkannya dalam keseharian kita sekemampuan kita.


Menghafal Al-Quran juga di antara keistimewaan dan ia bisa dimulai kapan saja. Betul ada masa-masa saat remaja mungkin menghafal dapat lebih cepat kita lakukan. Dan setelahnya ada tugas untuk menjaganya yang juga sama beratnya. Saya punya seorang sahabat dan guru dari pesantren Al-Quran. Menurutnya, di pesantrennya ada seorang pensiunan tentara yang menghidmatkan dirinya untuk bekerja di pesantren. Ia bagian keamanan. Sambil mengerjakan tugasnya, ia juga berusaha untuk menghafal Al-Quran.


Dan beberapa waktu yang lalu, sampailah berita itu. Ia ikut diwisuda sebagai satu di antara para penghafal Alquran. Berapa lama waktu yang diperlukannya? Sembilan tahun. Pada usia 55 atau 56 tahun itu, ia memulai menghafal Alquran, dan setelah 9 tahun ia berhasil melakukan. Karena itu, tidak ada halangan bagi kita, tidak ada alasan bagi kita, tidak ada 'udzr bagi kita untuk tidak memulai menghafal Al-Quran. Untuk menjadi bagian dari keistimewaan Al-Quran ini.


Mari jadikan diri kita, keluarga kita, anak-anak kita bagian dari generasi para penghafal dan penjaga Al-Quran. Semoga kita dicatat termasuk di antara mereka yang berusaha menghafalkan Al-Quran, karena ia adalah wasiat Baginda Nabi Saw. Kiranya kematian menjemput kita sebelum itu, semoga kita termasuk dalam keberkahan ayat, “…barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan RasulNya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tujuannya), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” QS. An-Nisa [4]:100


At least, we die trying.

@miftahrakhmat

60 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page