top of page
  • Writer's pictureAkhi

DICIUM NABI


Bulan untuk mengekspresikan kecintaan kepada Nabi Muhammad adalah bulan Maulid. Seluruh bulan ini dipergunakan kaum Muslim untuk mengenangnya. Ia memang pemimpin yang sangat dicintai dan dihormati pengikutnya. Ketika ia berwudhu, orang memperebutkan bekas air wudhunya. Ketika ia bercukur, para sahabat hampir berkelahi untuk memperoleh selembar rambutnya. Orang dari berbagai lapisan berdesakan untuk sekadar mencium tangannya. Para pengikutnya menyimpan, dengan penuh penghormatan, benda apa saja yang pernah disentuhnya: pinggan, piring, sandal, cincin, jubah, tongkat. Setiap tahun, jutaan kaum Muslim mengucapkan salam takzim di hadapan makamnya: "Assalamu'alaika ayyuhan Nabiyyu warahmatullahi wabarakâtuh". Salam itu diucapkan dengan suara parau disertai isakan dan linangan air mata. Kalau tidak dialangi petugas, ingin setiap orang mencium paling tidak dinding makamnya.


Thalhah bin Al-Barra', ketika masih kecil, menempelkan tubuhnya pada tubuh Nabi dan menciumi kedua kaki Nabi. Pada suatu pertempuran, seorang sahabat menjilati luka Rasulullah. Menjelang Rasulullah wafat, sahabat yang lain memeluk dan menciumi perutnya. Fathimah, putrinya, setiap hari mencium tanah pusara ayahnya sambil bersyair, "Apakah mungkin orang yang telah mencium tanah pusara Ahmad, mau mencium wewangian lain sepanjang masa." Sesudah Rasulullah meninggal, Ali bin Abi Thalib (dalam riwayat lain, Abu Bakar) membuka kain yang menutup wajah Nabi dan mencium keningnya, seraya berkata, "Demi ayah dan ibuku, engkau tetap indah, baik ketika engkau hidup maupun setelah wafat."


Banyak orang ingin mencium Rasulullah, paling tidak makamnya. Lalu, siapa yang dicium Rasulullah? Kata Ibn 'Abbas, "Ali masuk ke rumah Nabi. Beliau berdiri menyambut Ali, memeluknya, dan menciumnya di antara kedua matanya." (Yanabi Al-Mawaddah 204.)


Pada hari yang lain, Rasulullah datang dengan meletakkan tangannya pada bahu 'Abbas. Imam Ali menyambut kedatangan beliau dan mereka berdua berpelukan. Lalu Nabi mencium Ali pada keningnya di antara dua matanya. (Bihar Al-Anwar 38: 128.)


Bersama dengan Imam Ali, ada banyak riwayat tentang kecupan sayang Rasulullah pada Ahlul Baitnya. Beliau melakukan itu di hadapan sahabat-sahabatnya. Pada suatu hari, beliau mencium leher Fathimah. Aisyah bertanya, "Ya Rasulullah, kau lakukan sesuatu yang tidak pernah engkau lakukan sebelumnya." Nabi bersabda, "Hai Aisyah, jika aku rindukan surga, aku cium leher Fathimah!" (Dzakha'ir Al- 'Uqba 36, Al-Munawi, Kunuz Al-Haqa'iq 119.)


Ciuman sayang Nabi kepada keluarganya diperluas kepada siapa saja yang mencintai keluarganya. Pada suatu hari, Nabi melewati sekelompok anak-anak yang sedang bermain-main di jalan-jalan Madinah. Beliau berhenti di tengah-tengah anak-anak. Kemudian, beliau duduk di hadapan seorang anak kecil. Beliau peluk anak itu dan seperti biasa mencium keningnya di antara kedua matanya. Sahabat yang menyertai beliau bertanya, "Ya Rasulullah, gerangan apa yang menyebabkan engkau memuliakan anak kecil itu dengan ciumanmu?"


Beliau menjawab, "Aku pernah melihat anak ini pada suatu hari bermain bersama Husain. Aku melihat ia mengambil tanah dari bawah telapak kaki Husain dan mengusapkannya ke muka dan matanya." (Bihar Al-Anwar 44: 242.)


Tetapi, siapakah yang tangannya pernah dicium Nabi yang mulia? Paling tidak, ada dua orang yang tangannya pernah dicium Nabi. Pertama, putrinya sendiri. Jika Fathimah datang, Nabi segera berdiri. Ia menjemput Fathimah, mengambil tangannya dan menciumnya (Al-Turmudzi 5: 700; Sunan Abu Dawud 4: 355). "Fathimah belahan nyawaku. Siapa yang membuatnya marah, ia membuatku marah. Siapa yang menyakitinya, ia menyakitiku," katanya di hadapan sahabat-sahabatnya. Ketika anak-anak perempuan dihinakan dan bahkan bisa dibunuh pada waktu kecil, Nabi mencium tangan putrinya.


Kedua adalah kisah ini. Sa'ad bin Mu'adz Al-Anshari pada suatu hari memperlihatkan kepada Nabi tangannya yang hitam dan melepuh. Ketika Nabi menanyakan halnya, ia berkata bahwa tangannya melepuh karena bekerja keras. la membelah batu dengan kapaknya untuk mencari nafkah yang halal bagi keluarganya. Mendengar itu, Nabi yang mulia mengambil tangan Sa'ad dan menciumnya, "Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh api neraka" (AH-shabah 2: 38; Usud Al-Ghabah 2: 269). Seakan-akan ia ingin mengatakan kepada seluruh pengikutnya bahwa tangan Sa'ad yang melepuh karena kerja keras adalah tangan yang dicintai Allah.


Lihatlah Anda ke bawah. Anda akan melihat jutaan tangan yang menghitam karena mencari sesuap nasi. Tangan-tangan itu Anda dapati di pinggir jalan, pada para pedagang asongan; di tepi pantai, pada nelayan-nelayan kecil yang mengayuh perahunya bersaing dengan kapal-kapal penangkap ikan yang besar; pada para petani yang menantang panasnya matahari dengan mencangkul tanah yang makin lama makin tak subur; pada pegawai-pegawai pabrik yang menggerakkan mesin atau peralatan besi yang kasar tanpa perlindungan asuransi; pada sopir angkot yang memutar kemudi mobilnya di sela-sela pungutan liar; pada tukang-tukang becak yang mengayuh becak mereka pada daerah yang makin menyempit dan para petugas penertiban yang makin banyak. Ya Rasulullah, setelah engkau, siapakah gerangan pemimpin yang akan mencium tangan mereka? JR wa mā taufīqī illā billāh, 'alaihi tawakkaltu wa ilaihi unīb


Allâhumma shalli 'alâ Sayyiidina Muhammad wa Âli Sayyiidina Muhammad wa ajjil farajahum warzuqna fiddunya ziyâratahum wa fil âkhirati syafâ'atahum


***

KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari www.scmbandung.sch.id, SMP Plus Muthahhari www.smpplusmuthahhari.sch.id, SMP Bahtera www.smpbahtera.sch.id, dan SMA Plus Muthahhari www.smaplusmuthahhari.sch.id).

53 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page