top of page
  • Writer's pictureAkhi

Doa Berlindung dari Kezaliman


Suatu hari Rasulullah saw. masuk ke masjid. Ia berjumpa dengan seorang laki-laki Anshar. Nabi saw. menyapanya: Hai Abu Umamah, mengapa aku tidak melihat engkau duduk pada waktu selain waktu salat? Apakah engkau mempunyai utang dan mengalami kesulitan? Abu Umamah mengiyakan.


Lalu, Rasulullah saw. berkata, "Inginkah aku ajarkan satu kalimat yang bila engkau ucapkan, Allah akan menghilangkan kesulitan dan membayarkan utang-utangmu?" Ia berkata, "Tentu saja, ya Rasulullah."


Nabi saw. bersabda, "Katakanlah pada waktu pagi dan sore,


اللهم إني أعوذ بك من الهم والحزن، وأعوذ بك من العجز والكسل، وأعوذ بك من الجبن والبخل، وأعوذ بك من غلبة الدين وقهر الرجال.


Allahumma inni a'udzu bika minal hammi wal hazani, wa a'udzu bika minal 'ajzi wal kasali, wa a'ûdzu bika minal jubni wal bukhli, wa a'udzu bika min ghalabatid dayni wa qahrir rijal 'Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kecemasan dan kesedihan. Aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan. Aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut dan kebakhilan. Aku berlindung kepada-Mu dari utang yang banyak dan penindasan dari orang-orang besar"."


Abu Umamah bercerita kepada kita: Aku lakukan itu dan Allah menghilangkan kesulitanku dan melunasi utang-utangku. Inilah isti'adzah Nabi Muhammad, yang diajarkan kepada sahabatnya.


Dalam Al-Iqtishad: Mabadi'uhu wa Qawa'iduhul 'Ammah, Muhammad Mubarak, mantan dekan Fakultas Syariah Universitas Damaskus, menggunakan isti'adzah ini sebagai dasar untuk mengatasi masalah kesulitan ekonomi.


Nabi saw. memulai isti'adzah-nya dengan berlindung kepada Allah dari akibat situasi ekonomi yang menyesakkan. Nabi saw. Menyebutnya "hamm" dan "hazan". Kata "hamm" dalam bahasa Arab dibedakan dari kata "ghamm", walaupun keduanya sering diterjemahkan sebagai kesusahan.


Menurut Kamus Taj al-'Arús, hamm adalah kecemasan atau kegelisahan yang menimpa pikiran dan hati disebabkan hal-hal yang sudah terjadi. Sedangkan buzn atau hazan artinya kesedihan yang timbul karena sesuatu yang telah terjadi atau karena kehilangan objek yang kita cintai (Lane, Arabic-English Lexicon). Baik hamm maupun hazan membahayakan secara fisik, psikologis, sosial, bahkan spiritual.


Ketika dilanda berbagai krisis, yang membahayakan kita bukan krisis itu sendiri, melainkan persepsi kita tentang krisis itu. Inilalı yang membuat kita cemas dan sedih.


Nabi saw. menyuruh kita berlindung dari gabungan antara kesedihan dan kecemasan, karena keduanya dapat menurunkan kesehatan kita. Para psikolog mendefinisikan stress sebagai "wear and tear". Ketika stres tubuh menjadi rentan terhadap berbagai penyakit. Berbagai penyakit psikosomatik, seperti sakit kepala, radang lambung, gangguan koroner mulai menghinggapi kita.


Secara psikologis, keduanya membuat hidup kita menjadi kelabu; kita memandang masa depan secara pesimis. Tidak bisa lagi berpikir jernih. Mudah tersinggung, menghantam ke sana ke mari.


Jika sudah pada tahap demikian berarti kita sedang menderita neurosis dan tidak jarang berakhir dengan psikosis. Menurut berita di berbagai media, belakangan ini rumah sakit jiwa sedang "laku keras". Fakta ini membuktikan, betapa banyak saudara atau teman-teman kita yang mengidap penyakit ini.


Secara sosial, kecemasan dan kesedihan dapat mengasingkan kita dari pergaulan. Kita juga cenderung tidak memercayai orang lain. Karena mudah marah, kita juga bisa kehilangan banyak kawan dan menambah banyak musuh. Tidak sedikit rumah tangga yang hancur karena keduanya. Di mana-mana jumlah perceraian meningkat ketika negara mengalami resesi. Kerusuhan massa juga mudah meledak.


Secara spiritual, kecemasan dan kesedihan yang berkepanjangan dapat mengganggu ibadah. Boleh jadi kita meragukan keadilan Tuhan, menyalahkan Dia dan akhirnya kita makin menjauhkan diri dari Tuhan. Kita harus berlindung kepada Allah dari bahaya keduanya. Keduanya-bersama dengan utang yang banyak-adalah akibat langsung dari kesulitan ekonomi. Lalu, apa yang menyebabkan kesulitan ekonomi?


Apabila kesulitan ekonomi itu hanya dialami sejumlah kecil orang, tiada lain tiada bukan penyebabnya adalah kelemahan dan kemalasan. Jika beberapa ratus ribu di antara 210 juta orang Indonesia jatuh miskin, yang salah orang miskin itu. Mereka malas bekerja atau lemah dalam posisi tawar-menawar. Jika kesulitan ekonomi itu merata, penyebabnya jangan dicari pada karakteristik individual. Kita harus melacaknya pada struktur dan kondisi sosial.


Oleh karena itu, Nabi saw. menyebut "Qahral-rijal" sebagai penyebab musibah ekonomi yang bersifat nasional. Saya kutipkan penjelasan Muhammad Mubarak: "Kadang-kadang kemiskinan dan kesulitan ekonomi terjadi dalam masyarakat sebagai akibat kezaliman, seperti eksploitasi para pegawai, monopoli perdagangan, pengurangan upah buruh jauh di bawah haknya, kolusi dikalangan birokrat, perampasan kekayaan rakyat oleh para penguasa sehingga kekayaan hanya berputar pada segelintir orang kaya."


Semua kezaliman ini-baik yang bersifat finansial maupun ekonomis-melahirkan masyarakat zalim. Alquran mengancam akan menghancurkan masyarakat yang zalim:


فكان من قرية أهلكنها وهي ظالمة


Betapa banyaknya negeri yang kami hancurkan karena negeri itu negeri yang zalim (QS. 22: 45).


Ulama terdahulu seperti Ibnu Taymiyyah-menyebutkan bahwa Tuhan akan menegakkan negara yang adil walaupun kafir dan tidak akan menegakkan negara yang zalim walaupun muslim.


Kita tentu tidak ingin negeri ini hancur. Lalu, apa yang harus kita upayakan? Pertama, marilah kita berlindung kepada Allah dari kecemasan dan kesedihan. Pada bulan Ramadan, kita bermohon agar Allah memasukkan kesabaran dalam hati kita. Marilah bersangka baik kepada Allah. Bukankah Dia berkata: Aku seperti perkiraan hamba-Ku pada-Ku.


Dengan doa-doa kita di bulan suci, kita yakin Allah akan melepaskan bangsa ini dari segala yang kita takutkan.


Kedua, kita mohon kepada mereka yang memiliki kelebihan harta untuk tidak pelit, medit. Nabi saw. memperingatkan orang-orang kaya: "Bersedekahlah kamu sebelum datang suatu masa, orang mengedarkan sedekahnya tapi tidak seorang pun yang mau menerimanya. Orang-orang berkata: Aku tidak memerlukan sedekahmu. Yang aku perlukan darahmu." (Shahih al-Bukhari)


Ketiga, marilah kita berusaha memperbaiki sistem ekonomi yang zalim. Kita berlindung kepada Allah agar kita tidak dimasukkan dalam masyarakat yang zalim.[]


KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari www.scmbandung.sch.id, SMP Plus Muthahhari www.smpplusmuthahhari.sch.id, SMP Bahtera www.smpbahtera.sch.id, dan SMA Plus Muthahhari www.smaplusmuthahhari.sch.id).

21 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page