top of page
  • Writer's pictureAkhi

Doa Memohon Perlindungan dan Keluasan Rezeki



اللهم مقلب القلوب والأنصار ثبت قلبي على دينك، ولا تزغ قلبي بعد إذ هديتني وهب لي من لدنك رحمة، إنك أنت الوهاب. وأجزني من النار برحمتك. اللهم امدد لي في عمري وأوسع علي في رزقي وانشر علي رحمتك، وإن كنت عندك في أم الكتاب شقيا فاجعلني سعيدا فإنك تمحو ما تشاء وتنبث وعندك أم الكتاب



Ya Allah, yang membolak-balikkan hati dan pandangan. Teguhkanlah hatiku kepada agama-Mu. Jangan Engkau gelincirkan hatiku setelah Engkau tunjuki aku. Curahkan rahmat kepadaku dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Memberi. Lindungi aku dari api neraka dengan rahmat-Mu. Ya Allah, panjangkanlah usiaku, luaskan rezekiku, dan taburkan kepadaku rahmat-Mu. Jika aku sudah tercatat dalam Umm al-kitab sebagai orang yang celaka, jadikan aku orang yang bahagia. Sesungguhnya Engkau menghapus apa yang Engkau kehendaki, dan menetapkan apa yang Engkau kehendaki. Di sisi-Mu Umm al-kitab.


Doa di atas adalah doa memohon perlindungan dan keluasan rezeki. Mengapa kita memerlukan perlindungan dan keluasan rezeki? Karena kita amat rentan terkena musibah. Oleh karena itu, kita memerlukan pelindung untuk dapat menghadapi tantangan-tantangan yang akan mengadang kita, baik lahir maupun batin. Pelindung itu doa kita kepada Allah Swt.


Orang-orang kaya mungkin tidak memerlukan doa ini. Mereka beranggapan apa perlunya meminta rezeki, padahal Dia telah memberikan rezeki-Nya tanpa ia minta. Bagi orang miskin, besar kemungkinan akan mengamalkan doa ini. Namun, ada saja, karena ia terlalu miskin dan kesulitan teramat berat, mereka bisa sampai pada tingkat putus asa, dan menganggap doa itu tidak perlu.


Lalu, mengapa kita berdoa memohon agar diberi rezeki oleh Allah, seperti yang disebut dalam doa di atas? Mengapa doa ini memohonkan agar Allah menetapkan hati kita dalam agama serta tidak digelincirkan sesudah mendapat petunjuk, dan kemudian dikaitkan dengan doa agar kita diberi rezeki yang luas?


Jawabannya: Pertama, sering kali kita tergelincir dalam menjalankan agama, dan tersesat setelah Allah memberikan petunjuk kepada kita. Alasannya sangat sederhana saja, yakni alasan ekonomi lantaran kekurangan rezeki. Ada hadis yang dipersoalkan dari segi sanadnya, tapi tidak pernah dipersoalkan kesahihannya dari segi isinya, yakni, "Hampir-hampir kefakiran itu bersamaan kejadiannya dengan kekafiran." Hadis ini menunjukkan bahwa sering kali orang menjadi kafir hanya karena tekanan-tekanan ekonomis dan kesulitan rezeki. Orang yang semula baik berubah menjadi tidak amanah; perempuan yang memelihara kehormatannya menjadi tidak sanggup lagi memeliharanya karena tekanan ekonomi. Baik perempuan baik-baik dan mulia terjerumus disebabkan tekanan-tekanan ekonomi. Jadi, memang ada hubungan antara, "Ya Allah, yang membolak-balikkan hati dan penglihatan. Teguhkanlah hatiku kepada agama-Mu" dengan doa selanjutnya, "Ya Allah, panjangkan usiaku, dan luaskanlah rezekiku." Oleh karena itu, sangatlah penting kiranya kita memohon agar diberi keluasan rezeki supaya kita dapat mempertahankan agama kita.


Sering kali kita mengorbankan dan menghancurkan idealisme lantaran kita tidak cukup kuat dan tidak mampu secara ekonomis. Ketika kita ingin memperjuangkan Islam, ada dua aspek yang harus kita perhatikan, yaitu aspek ideal dan komersial. Kita terlebih dahulu harus berhasil secara ekonomis, dan baru kita mempertahankan idealisme kita. Dengan demikian, kita dapat memperjuangkan Islam dengan baik. Orang sering kali mengkritik ucapan orang-orang Barat, "Pertamatama hiduplah dulu, lalu sesudah itu berfilsafat." Sebagian dari mereka mengatakan hal itu sangat materialistis; yang benar adalah, "Berfilsafat dulu, barulah hidup." Sebagian gerakan sosial Islam sekarang cenderung memakai jargon ini. Menurut saya, anggapan ini salah.


Ada seorang kawan saya mengatakan, "Kiai itu sebaiknya tidak usah memikirkan dagang; yang penting bagi dia berdakwah saja. Saya jamin kehidupannya." Sayangnya, yang berbicara itu hanya satu orang, dan dia tidak akan sanggup menjamin kehidupan mubaligh itu terus-menerus. Kalaupun mubaligh ini harus mengandalkan donatur untuk kehidupannya, ia akan kehilangan banyak hal. Salah satunya adalah al-'izzah atau wibawa diri dan harga dirinya sebagai ulama. Bisa-bisa lidahnya akan kelu ketika dia harus menegur orang yang mensponsori kehidupannya itu. Walaupun hal itu sebenarnya adalah haknya, sering kali dia tak sanggup karena terlalu banyak berutang budi. Kalau kita mau mencari dalil-dalilnya, ada sebuah dalil tentang perdagangan ini: Bukankah Nabi Muhammad sebelum diangkat sebagai rasul-menjadi pedagang terlebih dahulu? Rasulullah lalu menikah dengan seorang pedagang besar, konglomerat, atau pengusaha.


Dalam Islam, ada dua cara untuk memperkuat ekonomi kita, yakni cara yang gaib dan yang syahadah. Cara yang syahadah adalah usaha, ikhtiar, dan bekerja. Cara yang gaib adalah berdoa, selain bekerja keras dan usaha. Nabi juga mengajarkan kita untuk selalu berdoa memohon rezeki: Ya Allah, cukupkanlah rezeki keluarga Muhammad. Oleh karena itu, kita dianjurkan memohon rezeki kepada Allah lewat berdoa.


Berdoa memohonkan rezeki termasuk amal saleh. Dalam Islam, mencari rezeki dihitung sebagai amal kebaikan. Merasa diri cukup dan tidak membutuhkan bantuan Allah adalah suatu kedurhakaan yang menyebabkan kita jauh dari-Nya. Bukankah Allah berkata, "Akulah yang Mahakaya, dan kalian semua adalah fakir dan miskin." Kita harus selalu merasa perlu dan membutuhkan bantuan serta memohon rezeki dari Allah. Sebab, dengan keluasan rezeki, kita bisa menjalankan agama dan idealisme kita dengan baik, serta kita bisa membantu orang lain.


Yang termasuk dalam wirid-wirid Ahli Bait adalah wirid-wirid mereka mengajarkan kepada kita agar kita memperoleh rezeki secara langsung dari Allah, dan agar kita tidak bergantung kepada orang lain. Jika kita banyak bergantung kepada orang lain, kita akan dicemooh, direndahkan, dan dihinakan. Kita meminta rezeki langsung kepada Allah agar kita bisa mempertahankan kemuliaan dan harga diri kita sebagai manusia, hamba Allah; bukan sebagai hamba manusia.


Ada sebuah doa permohonan rezeki dari Imam Ali yang berbunyi, "Segala puji bagi Allah yang telah memperkenalkan diri-Nya dan tidak meninggalkan aku dalam keadaan buta hati. Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan aku dari umat Nabi Muhammad. Segala puji bagi Allah yang menjadikan rezekiku ada di tangan-Nya langsung dan tidak pada tangan orang lain. Segala puji bagi Allah yang dengan rezeki-Nya telah menutupi rasa maluku dan tidak mempermalukanku di hadapan manusia lainnya."


Pada doa yang lain Imam Ali berucap, "Ya Allah, berilah aku rezeki dari anugerah-Mu yang luas, rezeki yang halal dan baik, rezeki yang luas dan bisa mengantarkanku pada cita-citaku di dunia dan akhirat, sebanyak-banyaknya, seluas-luasnya, tanpa ada gerutuan dan cemoohan dari seorang pun makhluk-Mu. Bukankah Engkau telah berkata dalam kitab suci-Mu. 'Mintalah kepada Allah karunia-Nya'. Ya Allah, inilah aku memohon karunia-Mu. Inilah aku meminta pemberian-Mu. Dan dari tangan-Mu yang penuh, aku memohon dan meminta."


KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari www.scmbandung.sch.id, SMP Plus Muthahhari www.smpplusmuthahhari.sch.id, SMP Bahtera www.smpbahtera.sch.id, dan SMA Plus Muthahhari www.smaplusmuthahhari.sch.id).

73 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page