top of page
  • Writer's pictureAkhi

HADIS TENTANG SIASAT ALLAH


Hadis adalah segala yang dinisbahkan kepada Nabi Muhammad Saw, baik berupa ucapan, perbuatan maupun ketetapan. Ada dua hal yang disampaikan Nabi: sabdanya sendiri atau firman Tuhan. Yang pertama disebut hadis nabawiy dan yang kedua disebut hadis qudsiy. Walaupun juga menyampaikan firman Tuhan, hadis qudsi berbeda dengan Al-Quran: (1) Lafal dan makna Al-Quran berasal dari Allah; (2) Al-Quran mengandung mukjizat; (3) Membaca Al-Quran termasuk perbuatan ibadah; dan (4) Al-Quran tidak boleh dibaca bahkan disentuh oleh orang- orang yang berhadas, sedangkan hadis qudsi boleh; (5) Periwayatan Al-Quran tidak boleh hanya maknanya saja, sedangkan hadis qudsi boleh diriwayatkan hanya maknanya; (6) Al-Quran harus dibaca pada waktu shalat, sedangkan hadis qudsi tidak harus, bahkan tidak boleh; (7) Semua ayat Al-Quran disampaikan dengan cara mutawatir, sedangkan hadis qudsi tidak semua diriwayatkan secara mutawatir, tetapi kata-kata dan maknanya berasal dari Allah (Ensiklopedi Islam 2:41).


Hadis qudsi tidak berbeda dengan Al-Quran, karena keduanya memuat firman Tuhan. Keduanya juga membantu kita untuk mengenal sifat dan perbuatan Tuhan. Melalui keduanya, kita berusaha menemukan jalan untuk mendekati Dia. Einstein pernah berkata, "I want to know God's thoughts; the rest are details. Saya ingin mengenal pikiran Tuhan; yang lainnya hanya tambahan saja." Apabila kita mempunyai keinginan yang sama seperti Einstein, kita harus membaca Al-Quran dan hadis qudsi.


Hadis-hadis qudsi bertebaran dalam kitab-kitab hadis. Ada beberapa ulama mencoba menghimpun hadis-hadis qudsi dalam satu kitab. Muhammad Al-Madam, misalnya, menyusun Al-Idhafat Al-Tsaniyah fi Al Alahadits Al-Qudsiyyah. Ibn 'Arabi, dari Alepo, menghimpunnya dari Misykat Al-Anwar. Di antara ulama mutakhir yang melakukan hal yang sama adalah Husein Syurazi. Dalam kitab Kalimat Allah, terbitan Karachi, Pakistan, ia mengklasifikasikan hadis-hadis qudsi berdasarkan perbuatan Tuhan, antara lain ampunan Tuhan, kasih Tuhan, siasat Tuhan.


Siasat Tuhan

Simaklah salah satu hadis qudsi tentang siasat Allah berikut ini:

Nabi Muhammad Saw bersabda, "Dahulu ada dua orang raja; raja mukmin dan raja kafir. Raja yang kafir sakit. Ia menginginkan sejenis ikan bukan pada musimnya. Waktu itu, jenis ikan tersebut berada di dasar samudera. Para tabib yang putus asa menasihatkan agar raja malaikat untuk menggiring ikan itu keluar dari lubangnya di dasar laut supaya orang mudah menangkapnya. Ikan itu pun lalu ditangkap. Raja memakannya dan ia segera sembuh."


“Kemudian raja yang mukmin juga jatuh sakit. Ia menderita penyakit yang sama seperti yang diderita raja kafir. la sakit pada waktu ikan yang menjadi obatnya itu berada pada permukaan laut. Bergembiralah, sekarang ini musim munculnya ikan itu, kata para tabib. Lalu Allah mengutus para malaikat untuk menggiring ikan-ikan itu dari permukaan laut sampai masuk kembali ke lubang-lubangnya di dasar laut. Orang-orang tak mampu menangkapnya."


"Para malaikat langit dan penduduk bumi keheranan. Mereka kebingungan. Kemudian Allah mewahyukan kepada para malaikat langit dan para nabi di zaman itu, Inilah Aku, Yang Pemurah, Pemberi Karunia, Mahakuasa. Tidak menyusahkan Aku apa yang Kuberikan. Tidak bermanfaat bagi-Ku apa yang Kutahan. Sedikit pun Aku tidak menzalimi siapa pun. Adapun raja yang kafir itu, Aku mudahkan baginya mengambil ikan bukan pada waktunya. Dengan begitu, Aku membalas kebaikan yang pernah ia lakukan. Aku balas kebaikan itu sekarang supaya ketika ia datang pada hari kiamat, tidak ada kebaikan pada lembaran-lembaran amalnya. Ia masuk ke neraka karena kekufurannya. Adapun raja yang ahli ibadah itu, Aku tahan ikan itu pada waktunya. Dia pernah berbuat salah. Aku ingin menghapuskan kesalahannya dengan menolak kemauannya dan menghilangkan obatnya supaya kelak dia datang menghadap-Ku tanpa dosa, dan dia pun masuk surga."


Firman Tuhan ini tidak hanya menjelaskan siasat Tuhan atau kebijakan Ilahi, tetapi juga menjawab kebingungan kita. Bukankah kita sering bertanya-tanya: Mengapa Dia membiarkan mukmin yang saleh tidak henti-hentinya dilanda duka, sementara orang durhaka terus-menerus beruntung? Mengapa tiran yang zalim berusia lanjut bertubuh sehat, sedangkan pemimpin yang adil meninggal dunia dengan cepat?


Di balik kontradiksi yang bertentangan dengan rasa keadilan, tersembunyi keadilan Ilahi. Inilah siasat atau 'politik' Ilahi. Kebijakan Tuhan berbeda-beda, bergantung keadaan manusia. Ia menerapkan kebijakan-Nya dalam bentuk bala' atau ujian. "Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu sehingga Kami mengetahui orang-orang yang berjihad atau bersungguh-sungguh dan yang bersabar di antara kamu dan agar Kami menyatakan (baik- buruknya) hal-ihwalmu." (QS Muhammad [47]: 31)


Pada hadis qudsi yang lain, dalam kitab Kalimat Allah, Tuhan berfirman:

"Di antara hamba-hamba-Ku yang mukmin ada sebagian yang tidak bisa baik urusan agama mereka kecuali dengan diberi kekayaan. kelegaan, dan kesehatan badan. Lalu, Kami menguji mereka dengan kekayaan; kelegaan, dan kesehatan badan sehingga baiklah urusan agama mereka. Di antara hamba-hamba-Ku yang mukmin ada pula sebagian yang tidak bisa baik urusan agama mereka kecuali dengan diberi kekurangan, kemiskinan, dan penyakit sehingga baiklah urusan agama mereka. Aku mengetahui dengan apa hamba-Ku yang mukmin menjadi baik dalam urusan agamanya.


Ada di antara hamba-hamba-Ku yang tekun beribadah. Ia bangun dari tidurnya. Ia meninggalkan kelezatan ranjangnya. Ia mengisi malam-malamnya dalam keadaan terjaga. Dirinya kelelahan karena beribadah kepada-Ku. Kemudian Aku jatuhkan rasa kantuk kepadanya satu atau dua malam. Aku perhatikan dia. Lalu tidurlah ia sampai waktu subuh. Ia terbangun, memarahi, dan menyalahkan dirinya. Sekiranya Aku membiarkan dia memenuhi kehendaknya untuk beribadah kepada-Ku, akan masuklah 'ujub (merasa takjub dengan diri sendiri, -ed). Ujub membawanya kepada kerusakan karena amalnya. Akhirnya, sampailah ia kepada kehancurannya karena takjub dengan amalnya dan merasa senang dengan pencapaiannya. Ia menduga bahwa dirinya sudah melebihi para ahli ibadah. Ia merasa sudah sangat banyak beribadah kepada-Ku. Karena itu, makin jauhlah ia dari-Ku, sambil mengira bahwa ia mendekatkan dirinya kepada-Ku. Janganlah seseorang bersandar kepada amalnya yang ia lakukan untuk memperoleh pahala- Ku. Sekiranya mereka menghabiskan seluruh umurnya untuk beribadah kepada-Ku, mereka masih jauh dari tingkat ibadah yang seharusnya bila mengingat apa yang mereka minta dari-Ku berupa pemberian- Ku, kenikmatan di surga-Ku, dan ketinggian derajat di sisi-Ku. Kepada kasih-Ku, hendaklah mereka bergantung: karena anugerah-Ku, hendaklah mereka bergembira; dan dengan berbaik sangka kepada-Ku, hendaklah mereka menenteramkan dirinya.


Dalam keadaan demikian, tercurahlah kasih-Ku kepada mereka: sampailah kepada mereka keridhaan-Ku dan ampunan-Ku. Maaf-Ku akan meliputi mereka. Inilah Aku, Allah, Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Karena itulah, Aku menamai diri-Ku." JR


***

KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari www.scmbandung.sch.id, SMP Plus Muthahhari www.smpplusmuthahhari.sch.id, SMP Bahtera www.smpbahtera.sch.id, dan SMA Plus Muthahhari www.smaplusmuthahhari.sch.id).

39 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page