top of page
  • Writer's pictureAkhi

HARI SYUHADA


Muhammad Saw., sebagaimana nabi-nabi Allah yang lain, datang bukan sekedar mengajarkan shalat dan doa. Dia adalah tokoh revolusioner yang memimpin kelompok tertindas melawan kezaliman sistem yang berlaku. Dia tampil membimbing kaum mustadh'afin untuk mengubah nasibnya dan menentang kaum mustakbirîn supaya menghentikan keserakahannya. Karena itu, dia didukung rakyat kecil dan dibenci kebanyakan penguasa.


Di antara aristokrat Arab yang paling berkuasa adalah Abu Sufyan. Di dalam dirinya terdapat sifat pengusaha dan penguasa sekaligus. Istrinya, Hindun, juga memegang peran politik yang tidak kalah pentingnya. Dalam beberapa hal, Hindun adalah penasihat dan pendukungnya yang paling setia.


Revolusi Nabi Saw. berhasil. Dinasti Abu Sufyan tumbang, dan kalimah tauhid tegak. Manusia berbondong-bondong masuk Islam, termasuk keluarga Abu Sufyan. Dengan maaf Rasulullah Saw., mereka yang dulu pernah menjadi musuh Islam, sekarang menjadi pemeluk Islam. Untuk beberapa saat, Islam memperoleh zaman keemasan. Rasulullah Saw. meninggal, disusul oleh Khulafaur Rasyidin yang empat. Menakjubkan sekali, begitu Ali meninggal, dinasti Abu Sufyan muncul kembali dan merebut kendali politik. Tokoh-tokoh tauhid dan pencinta kaum dhuafa satu demi satu tersingkir atau disingkirkan. Sahabat-sahabat senior sekarang menjadi kelompok yang tidak diperhitungkan. Sa'ad bin Abi Waqqash hidup miskin. Anak-anaknya mempertanyakan mengapa senioritasnya sebagai sahabat Rasulullah kalah oleh tokoh-tokoh belakangan yang hidup senang di sekitar istana. Sa'ad menjawab, "Anakku, mereka mengelilingi bangkai. Kalau mampu, aku akan menghindari bergaul dengan mereka."


"Kalau begitu, kita akan miskin," jawab anak-anaknya.

"Demi Allah, menjadi mukmin yang kurus lebih aku cintai dari- pada menjadi munafik yang gemuk."”


Tidak banyak orang seperti Sa'ad. Banyak fuqaha', berdiri di belakang penguasa. Hampir setengah abad setelah Rasulullah Saw. meninggal, suara kebenaran nyaris tidak kedengaran. Orang takut berbicara karena dapat dituduh bughât. Semangat jihad hampir mati, karena alasan musuh terlalu kuat. Menghadapi kekuatan kebatilan yang besar, sebagian orang lari ke tempat sunyi, bertasbih dan beribadah; sebagian lagi bergabung dengan penguasa dan memperoleh fasilitas; dan sebagian kecil, betapapun lemahnya, mencoba menyerang kezaliman.


Dalam kelompok kecil inilah cucu Rasulullah Saw. berada. Sebagai ahli waris semangat jihad dari ayah dan kakeknya, Imam Husain tidak dapat berdiam diri. Dia tidak dapat menerima pendapat orang bahwa perlawanan dalam keadaan lemah berarti bunuh diri. Dia yakin bahwa kalau semua orang berpendapat demikian, maka siapa lagi yang bangkit menentang kezaliman? Dia percaya bahwa kezaliman hanya berlangsung berkat kerja sama antara yang menzalimi dan yang dizalimi. Diam melihat kezaliman adalah juga berbuat zalim. Dia tidak dapat menerima pandangan bahwa jihad belum sampai pada waktunya, bahwa kondisi dan situasi tidak mengizinkan.


Imam Husain menolak saran Ibn Abbas agar dia mengirim surat saja kepada pengikut-pengikutnya di Kufah, mengingat bahaya yang mungkin merenggut nyawanya. Dia juga menolak saran Ibn Abbas untuk tidak membawa keluarga dan anak-anaknya. Maka, berangkatlah cucu Rasulullah Saw. beserta rombongan yang tidak lebih dari 72 orang. Pada pagi hari Asyura, tahun 61 Hijriah, di Padang Karbala, rombongan suci ini berhadapan dengan ribuan pengikut Yazid dan pasukan Ibn Ziyad.


Kita tidak akan mengisahkan perincian pertempuran yang tidak seimbang ini, tetapi marilah kita dengarkan ucapan "Pemuda Surga" (gelar yang diberikan oleh Rasulullah Saw. kepada Imam Husain) kepada musuh-musuhnya,

"Kalian telah menjadikan pemimpin orang-orang yang dahulu menganggap Al-Quran sebagai sihir dan mencemoohkan Nabi. Kalian lebih menyukai perbudakan daripada kemerdekaan dan memilih kekafiran daripada iman karena kecintaan kepada dunia. Tingkah laku seperti ini akan membawa kalian pada kehinaan dan kerendahan, dan mendatangkan laknat yang kekal bagimu Kalian meminta aku mengenakan pakaian kehinaan, padahal kalian tahu bahwa kami tidak pernah menyerah pada penghinaan seperti itu. Rasulullah Saw. dan ayah-ayah kami yang suci telah memiliki jiwa yang begitu suci dan mulia sehingga mereka lebih memilih kematian daripada kehinaan. Kami tidak mengenal takut dan sifat pengecut. Kami berangkat menuju syahid dengan penuh bahagia, karena kami tidak melihat kehidupan abadi selain dalam mati syahid!"


Inilah pilihan Imam Husain. Setelah itu, terjadilah apa yang sudah terjadi. Marilah kita dengarkan penuturan Abul A'la Al-Maududi:


Lalu mereka memerangi, sehingga setelah semua kawannya telah gugur sebagai syuhada dan dia berdiri di tengah medan pertempuran sendirian, mereka pun menyerbu dan mengeroyoknya bersama- sama. Ketika dia terluka dan kemudian jatuh, mereka menyembelihnya dan merampok apa saja yang ada di atas jasadnya, mengoyak-ngoyak baju yang menutup tubuhnya, kemudian menggilasnya dengan kuda-kuda dan menginjak-injaknya dengan kaki-kaki mereka. Setelah itu, mereka beralih ke kemahnya, merampok isinya, mencabik-cabik pakaian para wanita, memenggal kepala-kepala setiap orang yang telah Karbala dan membawa semua itu ke Kufah. Ibn Ziyad tidak gugur di cukup menjadikan itu semua sebagai barang tontonan di hadapan orang banyak, tetapi bahkan dia naik ke mimbar masjid jami' dan berkata, "Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah menampakkan kebenaran dan ahlinya, memenangi Amirul Mukminin Yazid dan kelompoknya, serta membunuh si pendusta putra si pendusta, Husain bin Ali, dan para pengikutnya!" Kemudian penggalan-penggalan kepala itu dikirimkan kepada Yazid di Damsyik, yang pada gilirannya menggantungkannya di balairung istananya dan di berbagai ruang duduknya. Inilah lembaran hitam dalam sejarah Islam, tetapi ini juga lembaran cemerlang dalam sejarah para syuhada! JR wa mā taufīqī illā billāh, 'alaihi tawakkaltu wa ilaihi unīb


Allâhumma shalli 'alâ Sayyiidina Muhammad wa Âli Sayyiidina Muhammad wa ajjil farajahum warzuqna fiddunya ziyâratahum wa fil âkhirati syafâ'atahum


***

KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari www.scmbandung.sch.id, SMP Plus Muthahhari www.smpplusmuthahhari.sch.id, SMP Bahtera www.smpbahtera.sch.id, dan SMA Plus Muthahhari www.smaplusmuthahhari.sch.id).

52 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page