Akhi
KEBAHAGIAAN DALAM HADIS
Ada satu masa ketika para pengikut Ahlul Bait, salah satu mazhab dalam Islam, dikejar-kejar oleh penguasa di zamannya. Nama-nama mereka dimasukkan dalam daftar hitam. Mendaftarhitamkan seseorang berarti merampas haknya sebagai manusia, mengambil hartanya, kehormatannya, dan nyawanya sekaligus. Salah seorang murid Imam Musa bin Ja'far berniat menyelamatkan diri dengan pergi haji. Sebelum keberangkatannya, ia menyempatkan diri menemui Imam Musa dan mengadukan keadaannya. Ia juga telah diberitahu bahwa ada salah seorang komandan militernya telah memeluk mazhab Ahlul Bait secara diam-diam.
Imam Musa menyuruh muridnya untuk membawa surat kepada komandan itu. Di situ tertulis: "Dengan nama Allah yang Mahakasih Mahasayang. Ketahuilah bahwa di bawah arasy ada perlindungan yang tidak ditempati kecuali oleh orang yang memberikan bantuan kepada saudaranya, membebaskan kesulitannya, dan memasukkan ke dalam hatinya kebahagiaan. Pembawa surat ini adalah saudaramu. Wasalam."
"Pulang haji," kata pembawa surat itu, "aku mengunjungi dia dan memberikan surat Imam kepadanya. la mencium surat itu sambil berdiri. Setelah membacanya, ia memanggil orang untuk menghadiahkan kepadaku hartanya dan pakaiannya. Dinar demi dinar, dirham demi dirham, lembar demi lembar pakaian ditumpukkan bagiku. Ia memberikan kepadaku harta yang tidak ternilai...Ia juga memanggil orang untuk menghapuskan namaku dari daftar hitam. Aku diberikan surat kebebasan dari segala macam tuntutan. Aku ucapkan selamat tinggal kepadanya dan aku pun meninggalkan dia. Dalam hati aku berpikir: Rasanya aku tidak dapat membalas budi dia kecuali aku akan berhaji lagi pada tahun depan. Aku akan berdoa baginya. Aku akan menyampaikan kabar dia kepada Imam.
Pada musim haji berikutnya, aku menemui Imam Musa. Aku ceritakan perihal orang yang membantuku itu. Wajahnya tampak bersinar gembira. Aku bertanya kepadanya: Apakah dia membahagiakanmu? la berkata: Benar. Demi Allah, ia telah membahagiakanku dan membahagiakan Amirul Mukminin (Pemimpin kaum mukmin). Demi Allah, ia juga telah membahagiakan kakekku Rasulullah saw. Demi Allah, ia juga telah membuat Allah swt rida kepadanya."
Apa yang diucapkan Imam Musa sebetulnya menjelaskan apa yang disampaikan Nabi Muhammad saw: "Barang siapa membahagiakan seorang mukmin, ia telah membahagiakan aku. Barang siapa membahagiakan aku, ia telah membahagiakan Allah." Dan ketika Nabi saw ditanya tentang amal yang paling utama, ia berkata: "Engkau masukkan rasa bahagia pada hati seorang mukmin. Engkau lepaskan kesulitannya. Engkau hibur hatinya. Engkau tunaikan utang-utangnya"
Pada hari kiamat nanti, manusia dibangkitkan di padang mahsyar. Ketika Allah membangkitkan seorang mukmin, dibangkitkan juga di depannya seseorang seperti dia. Orang itu berjalan di depan dia seraya membimbing tangannya. Ketika dia melihat sesuatu yang menakutkan,kawannya itu menentramkannya. Ketika ia melihat hal-hal yang menyedihkan, kawannya menghiburnya. Kemudian, di hadapan pengadilan Tuhan, ia bangkit membelanya. Pada akhir pengadilan, ia mendengarkan keputusan: Adkhilûhul jannah. Masukkan dia ke surga. Kawannya kini mengantarkan dia ke tempat yang penuh kebahagiaan. Mukmin itu terpesona dengan pembelaan kawannya dan bertanya: Siapakah kamu? Orang itu berkata: Dahulu di dunia, setiap kali kamu memasukkan rasa bahagia pada sesama manusia, Allah menciptakan makhluk sepertiku, untuk memberikan kepada kamu kebahagiaan pada hari ini.
Anda mungkin berkata: Hadis-hadis ini tidak relevan dengan tesis kita bahwa kita wajib bahagia. Dari situ kita hanya dapat menyimpulkan bahwa kita wajib membahagiakan orang lain. Saya akan menjawab: Dalam hadis-hadis itu, kita tidak disuruh untuk membahagiakan orang lain. Nabi saw menyuruh kita membahagiakan mukmin. Dan mukmin yang paling dekat dengan kita adalah diri kita sendiri.
Untuk beramal saleh, Nabi saw menegakkan prinsip "Ibda' bi nafsik" - Mulailah dari dirimu. Sebelum mensucikan orang lain, sucikan dirimu lebih dahulu. Kamu tidak akan dapat mencintai orang lain dengan tulus, sebelum kamu mencintai dirimu. Kamu boleh meminta maaf, setelah kamu memaafkan. Akhirnya, kamu hanya bisa membahagiakan orang lain, kalau kamu sudah berhasil membahagiakan dirimu. Pada akhir pembahsan ini ketika kita membicarakan penelitian ilmiah tentang kebahagiaan, kita akan mengetahui bahwa orang-orang yang bahagia cenderung untuk berbuat baik untuk membahagiakan orang lain.
Karena itu, Nabi saw dan Imam Ali memberikan contoh doa memohon kehidupan yang bahagia: Ya Allah, aku bermohon agar Engkau anugerahkan kepadaku keberuntungan dalam ketentuan-Mu, kedudukan para pejuang kebenaran, kehidupan orang-orang yang bahagia, pertolongan dari musuh-musuh, dan berkumpul bersama para Nabi.
Nabi saw juga mengajarkan kita untuk memohon perlindungan dari hal-hal yang dapat merampas kebahagiaan kita: Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari kesusahan dan penderitaan, dari kelemahan dan kebosanan, dari kepengecutan dan kebakhilan, dari belitan utang dan pengendalian orang lain.
Sekarang simaklah Doa Imam Ali Zaenal Abidin ketika memohonkan afiyah dan mensyukurinya. Afiyah berarti kesejahteraan, kesehatan, keselamatan, dan juga kebahagiaan.
Ya Allah
Sampaikan salawat kepada Muhammad dan keluarganya
Tutupi aku dengan kebahagiaan-Mu
Busanai aku dengan kebahagiaan-Mu
Bentengi aku dengan kebahagiaan-Mu
Muliakan aku dengan kebahagiaan-Mu
Cukupkan aku dengan kebahagiaan-Mu
Berilah aku kebahagiaan-Mu
Anugerahkan kepadaku kebahagiaan-Mu
Hamparkan untukku kebahagiaan-Mu
Baikkan bagiku kebahagiaan-Mu
Jangan pisahkan antaraku dengan
kebahagiaan-Mu di dunia dan akhirat
Ya Allah
Sampaikan salawat kepada Muhammad dan keluarganya
Bahagiakanlah aku dengan kebahagiaan yang mencukupi, menyembuhkan, memuliakan, menumbuhkan. kebahagiaan yang melahirkan kebahagiaan lagi dalam tubuhku, dunia dan akhiratku.
Anugerahkan kepadaku kesehatan, keamanan, keselamatan, dalam Agama dan tubuhku
Penglihatan dan hatiku
Pelaksanaan urusanku
Ketakutan kepada-Mu
Kegentaran menghadapi-Mu
Kemampuan untuk mentaati apa yang Kauperintahkan kepadaku
Dan menjauhi maksiat yang Kaularang aku
Ya Allah
Berikan kepadaku kesempatan
Untuk haji dan umrah
Berziarah ke kubur Rasul-Mu Saw dan keluarga Rasul-Mu
Selama-lamanya
Selama Engkau memberikan kehidupan kepadaku dan setiap tahun
Jadikan semuanya ibadah yang Engkau terima
Kausyukuri, kausebut-sebut di sisi-Mu
Dan Kausimpan di hadirat-Mu
Gerakan lidahku untuk memuji-Mu
Mensyukuri-Mu, berzikir kepada-Mu
Menyampaikan sanjungan baik kepada-Mu
Bukakan hatiku untuk menerima petunjuk agama-Mu
Lindungi aku dan keturunanku dari setan yang terkutuk
Dari kejelekan wabah penyakit, epidemi, kerusuhan dan pandangan jahat
Dari kejahatan semua setan yang keterlaluan
Dari kejahatan semua penguasa tiran
Dari kejahatan semua orang kaya yang bermewahan
Dari kejahatan semua orang lemah atau memiliki kekuatan
Dari kejahatan semua yang mulia dan rendah
Dari kejahatan semua yang besar dan kecil
Dari kejahatan semua yang memerangi Rasul-Mu dan keluarganya baik jin dan manusia.
Dari kejahatan semua binatang melata yang Kaupegang ubun-ubunnya
Sungguh, Engkau berada di jalan lurus.
Ya Allah
Sampaikan salawat kepada Muhammad dan keluarganya
Siapa yang bermaksud buruk kepadaku
Tolakkan dia
Gagalkan tipuannya
Palingkan kejelekannya
Dan hancurkan reka perdayanya lehernya
Jadikan di hadapannya penghalang
Sehingga Kaubutakan pandangannya
Kautulikan pendengarannya untuk mendengarkanku
Kaututupkan hatinya untuk mengingatku
Kaukelukan lidahnya untuk melawanku
Kaurebahkan kepalanya
Kaurendahkan kesombongannya
Kaupecahkan kepongahannya
Kautundukkan lehernya
Kauhancurkan takaburnya
Dan Kauselamatkan aku dari semua gangguannya
Kejelekannya, gunjingannya, hamun makinya
Kedengkiannya, permusuhannya, jebakannya, reka perdayanya
Pasukannya, dan balatentaranya
Sungguh Engkau Maha Gagah Maha Perkasa.
KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari, SMP Plus Muthahhari, SMP Bahtera, dan SMA Plus Muthahhari).