top of page
  • Writer's pictureAkhi

Kebebasan Berbicara dalam Islam


Roger Savory, yang katanya seorang ahli Islam, berbicara tentang Islam dan politik. Sudah jelas, pandangannya tentang Islam sangat keliru, dan ceramahnya begitu menyesatkan sehingga beberapa ikhwan kita terpaksa bicara untuk mempertahankan Islam.


Bagi saya, pernyataan yang paling menjengkelkan yang diucapkannya ialah bahwa Islam, seperti Marxisme, bersifat emosional. Ia berkata bahwa segera setelah seorang pemimpin Islam merebut kekuasaan, semua kritik akan dibungkam. Tatkala saya mendengarkannya, ingatan saya melayang kepada suatu saat di masa silam, kepada suatu peristiwa di zaman pemerintahan Umar bin Khatthab. Pada suatu hari Amirul-Mukminin mengumumkan suatu keputusan yang membatasi jumlah mahar sampai 400 dirham. Bila mahar itu lebih dari jumlah yang ditentukan, kelebihannya akan dimasukkan kebaitul-mal (perbendaharaan kaum Muslimin). Sebelum Umar menyelesaikan pidatonya, seorang wanita di sudut masjid berteriak keras: يَا أَمِيْرَالْمُؤْمِنِيْنَ نَهَيْتَ النَّاسَ أَنْ يَزِيْدُوْا فِي مَهْرِ النِّسَاءِ عَلىَ أَرْبَعِمِائَةِ دِرْهَمٍ , لَيْسَ ذَالِكَ لَكَ يَاعُمَرُ , إِنَّ اللّهَ يَقُوْلُ : وَآتَيْتُمْ إِحْدَاهُنَّ قِنْطاَراً . ( تفسير ابن كثير ص 467 ) Ya Amiral-Mukminin, Anda telah melarang laki-laki membayar mas kawin wanita lebih dari 400 dirham. Ini bukan hakmu, ya Umar, karena Allah berkata, ‘Dan kamu sudah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang banyak, maka janganlah kamu mengambil kembali daripadanya sedikit pun, apakah kamu akan mengambilnya kembali dengan dusta dan dosa yang nyata. Itu lebih dari cukup buat Umar, seorang pemimpin yang dilukiskan oleh orang-orang sezamannya sebagai, كَانَ وَقَّافاً عِنْدَكِتَابِ اللَّهِ “Ia selalu tunduk kepada Kitab Allah”. Setelah terkejut mendengar ucapan itu, Umar tidak mengambil pedangnya dan membunuh orang yang mengkritik itu seperti yang dibayangkan oleh musuh Islam. Umar berpaling kepada Allah dan berkata, اَللَّهُمَّ غُفْراً كُلُّ النَّاسِ أَفْقَهُ مِنْ عُمَرَ “Ya Allah, ampunilah aku. Semua orang lebih mengerti dari pada Umar.” Pada hari itu juga, Umar membatalkan itu. Lama sebelum Peter Zenger berbicara tentang kebebasan berbicara di Amerika, ratusan tahun sebelum orang-orang di sini membanggakan istilah demokrasi yang kabur, berabad-abad sebelum wanita menghetahui hak dan kewajibannya di Amerika Serikat, Islam telah memberikan contoh penggunaan kebebasan berbicara yang tepat. Cuplikan sejarah yang baru saja saya paparkan, jelas menunjukkan bagaimana seorang warga negara, seorang rakyat biasa, dan bahkan seorang wanita tua, dapat mengkritik pemerintah, dan bagaimana penguasa ditundukkan oleh keterangan yang benar, siapa pun yang menyampaikannya. Islam selalu digambarkan oleh orang yang tidak memahaminya sebagai antikritik, menentang kebebasan berbicara, akan tetapi, harus ditegaskan di sini bahwa Islam memeng menentang kebebasan berbicara seperti dalam konsep Barat. Ini tidak berarti bahwa Islam menentang kritik terhadap penguasa, atau siapa saja. Kebebasan berbicara dalam Islam tidaklah berarti bebas untuk merendahkan orang lain. Tidak berarti bebas menyebarkan fakta yang diputarbalikkan untuk menipu orang. Tidak berarti bebas menyebarkan cerita-cerita asusila, gosip dan desas-desus. Di dalam Islam, kebebasan berbicara berarti Anda bebas untuk mengatakan yang benar, menyampaikan hak tanpa mempedulikan risiko dan akibatnya. Ini berarti Anda bebas untuk memperbaiki siapa pun (betapa pun berkuasanya dia) yang melanggar syariat Allah. Ini berarti Anda bebas mengatakan apa pun selama sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah. Dalam pengertian ini, kebebasan berbicara bukan saja dianjurkan, melainkan juga diwajibkan kepada setiap Muslim yang baik. Allah berkata, يا أَيُّهَا الَّذينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَ قُولُوا قَوْلاً سَديداً يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمالَكُمْ وَ يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَ مَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَ رَسُولَهُ فَقَدْ فازَ فَوْزاً عَظيماً “Wahai orang-orang yang beriman, takutlah kepada Allah, dan ucapkanlah perkataan yang benar. Niscaya Allah memperbaiki pekerjaanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Siapa saja yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, ia sesungguhnya telah memperoleh kemenangan yang besar” ( Qs. Al-Ahzab [33]: 70-71). قَوْلاً سَديداً Diterjemahkan oleh Pichthall dengan dua cara. Dalam ayat ini ia menerjemahkannya, “Speak words straight to the point” (Bicaralah langsung pada pokok persoalan). Tetapi, dalam surat An-Nisa’ ayat 29, ia menerjemahkannya, “Speak justly’ (Berbicaralah yang benar). Keduanya menyampaikan makna yang tepat untuk kata sadidan. Ketika kaum Muslimin permulaan di-bai’at di depan Rasulullah, mereka bertanya, “Dalam hal apa kami harus di-bai’at oleh Anda?” Rasulullah saw menjawab, “Saya mem-baiat Anda untuk mendengar dan patuh dalam suka dan duka, dan untuk membayarkan sedekah Anda dalam keadaan suka dan duka. Dan menyuruh berbuat baik, melarang berbuat munkar serta mengucapkan kebenaran karena Allah, dan tidak takut kepada ejekan orang-orang yang mengejek.” Dan para sahabat memenuhi bai’at mereka, mereka selalu mengatakan yang benar kepada siapa pun yang diajak mereka berbicara. Saya ingin mengingatkan Anda kepada cerita Sumayah. Seperti sudah Anda ketahui, keluarga Yasir –yakni Sumayah, suaminya, dan anaknya− dianiaya di hadapan Abu jahal dan kawan-kawannya. Mula-mula, Yasir, sang suami, disiksa sampai mati. Setelah itu, Sumayah dengan kejam dianiaya. Ia dipaksa meninggalkan imannya, tetapi sedikit pun ia tidak berubah. Dengan Teguh ia terus-menerus mengatakan bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah, dan Muhammad adalah rasul-Nya. Tatkala ia sedang dianiaya, utusan Rasulullah saw. datang menemuinya memberitahukan bahwa ia boleh pura-pura menyatakan kafir, tetapi tetap beriman di dalam hati sebagaimana firman Allah, إِلاَّ مَنْ أُكْرِهَ وَ قَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإيمانِ “Kecuali orang yang terpaksa, tetapi hati tetap beriman.” (Qs. An-Nahl [16]: 106). Marilah kita dengarkan apa yang dikatakan Sumayah: أَبْلُِغُوْا عَنِّى رَسُوْلَ اللهِ السّلامَ , إنََ سُمَيَّةَ الَّتِى طَهَرَ اللهُ قَلْبَهَا لاَتسْتَطِيْعُ أَنْ تَلُوْثَ لِسَانُهَا بِكَلِمَةِ الْكُفْرِ “Sampaikan salam saya kepada Rasulullah. Katakan bahwa Sumayah, yang hatinya telah disucikan Allah dengan iman, tidak akan mengotori lidahnya dengan kata-kata kufur.” Diucapkannya kata-kata itu dengan keras sehingga Abu Jahal menjadi marah. Ia menusukkan pedangnya ke rahim Sumayah. Menurut hadis, Sumayah meninggal karena kehabisan darah. Tindakan kepahlawanan ini menyebabkan ia digelari awwalu syahidah fil Islam –wanita yang pertama kali mati syahid dalam Islam. Ia meninggal karena ia memegang prinsip kebebasan berbicara seperti yang diajarkan Islam. Saya kira Anda semua mengenal ucapan Rasulullah, “Katakanlah yang benar walaupun pahit.” Hadis ini berasal dari Abu Dzar al-Ghifari. Abu Dzar terkenal sebagai orang yang selalu berbicara jujur. Ia tidak pernah menyembunyikan keyakinan yang dianggapnya benar. Setelah Rasulullah meninggal dunia, ia senantiasa berdiri sebagai kritikus yang tangguh terhadap pemerintahan Islam waktu itu. Ia berdiri dengan berani di hadapan Usman bin Affan, memperbaiki perilakunya, Hal yang sama dilakukannya di hadapan Muawiyah. Akhirnya ia dibuang ke Ribdzah dan meninggal sendirian, seperti yang dinubuatkan oleh Rasulullah saw. “Ia datang sendiri, mati sendiri, dan akan dibangkitkan pada hari kiamat sendirian pula.” Rasulullah berkata tentang Abu Dzar, “Di bawah langit ini, tidak ada lagi lidah yang lebih jujur kecuali lidah Abu Dzar.” Islam mengajarkan kepada kita untuk mengucapkan yang benar secara berani dan tanpa rasa takut, terutama sekali pada saat kaum Muslimin terlalu lemah untuk menyampaikannya. Inilah saatnya kita mengumandangkan keadilan dan membungkam kebatilan. Inilah saatnya kita menunjuk penguasa-penguasa yang menyesatkan, dan menampakkan kebenaran kepada mereka. Inilah saatnya pemuda-pemuda Muslim militan siseluruh dunia menyampaikan kebenaran Islam tanpa harus merasa takut dicemohkan. Hanya dengan mengucapkan kebenaran secara jujur, dan hanya dengan kebenaran Allah kita akan memperbaiki urusan kita. Marilah kita bacakan kembali firman Allah, يا أَيُّهَا الَّذينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَ قُولُوا قَوْلاً سَديداً يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمالَكُمْ وَ يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَ مَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَ رَسُولَهُ فَقَدْ فازَ فَوْزاً عَظيماً “Wahai orang-orang yang beriman, takutlah kepada Allah, dan ucapkanlah kata-kata yang benar, niscaya Allah memperbaiki pekerjaanmu dan memaafkan dosa-dosamu. Barang siapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, sungguh ia akan memperoleh kemenangan yang besar.” ( Qs. Al-Ahzab [33]: 70-71) Marilah saya simpulkan etika berbicara di dalam Islam dalam beberapa kalimat. Pertama bahwa Islam mengimbau kita untuk menyampaikan kebenaran, baik berupa pendapat, sikap, ataupun keyakinan, terutama yang didasarkan atas Al-Quran dan As-Sunnah. Nabi Muhammad saw. berkata, “Jihad yang paling baik ialah menyampaikan kebenaran di hadapan penguasa yang zalim.” Kedua bahwa Islam juga mengajari kita untuk mengatakan sesuatu yang mendatangkan kebahagiaan kepada saudara-saudar kita yang beragama Islam, kepada karib kerabat, kepada istri dan anak-anak. Sesuatu itu boleh berupa ucapan salam, teguran. Atau kata-kata yang membangkitkan semangat. Dalam sebuah hadis, ketika Rasulullah ditanya apa “ihsan” itu, ia menjawab, “Mendatangkan rasa bahagia pada hati seorang mukmin.” Ketiga bahwa jika kita berbicara, dalam Islam diharuskan untuk berkata dengan cara yang paling baik, “Katakan kepada hamba-hambaKu untuk berbicara yang paling baik” (Qs. 17: 53). Karena itu, fitnah, penghinaan, pergunjingan, atau yang sejenisnya, sangat dilarang di dalam Islam. Untuk menutup tulisan ini, baiklah saya kutip sabda Rasulullah saw: عَنْ سَهْلِ ابْنِ سَعْدٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : ​ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ يَضْمَنُ لِيْ مَابَيْنَ لِحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنُ لَهُ الْجَنَّةَ . ( رواه البخارى والترمذى “Barang siapa sanggup menjamin kepadaku apa-apa yang ada di antara kedua rahangnya dan apa-apa yang ada di antara kedua pahanya, aku akan jaminkan surga baginya.” ***

Sumber buku Khotbah-khotbah di Amerika karya Jalaluddin Rakhmat; Penerbit Rosdakarya Bandung tahun 1993; halaman 27-34.


9 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page