top of page
  • Writer's pictureAkhi

Keharuman Pribadi Imam Ali Bin Abi Thalib


Dalam rangka usaha meluruskan pengertian kaum muslimin mengenai ajaran agama Islam yang berkaitan dengan kewajiban berusaha mencari nafkah penghidupan, Imam ‘Ali selalu memberi pengertian kepada kaum muslimin mengenai beberapa pokok ajaran Islam, antara lain:


1). Nilai seseorang tergantung pada kadar kemauannya.


2). Bukankah kemiskinan itu termasuk cobaan hidup? Ketahuilah, bahwa kemiskinan yang terberat itu adalah penyakit jasmani. Dan penyakit jasmani yang terparah adalah penyakit hati. Kesehatan badan lebih berharga daripada kecukupan harta, dan hati yang bertaqwa lebih berharga daripada badan yang sehat.

3). Barangsiapa yang enggan bekerja ia akan menghadapi cobaan hidup, dan Allah tidak membutuhkan orang yang tidak mengindahkan nikmat yang dikaruniakan dalam harta dan jiwanya.


4). Orang yang bahagia adalah yang dapat menarik pelajaran dari orang lain, orang yang sengsara ialah orang yang tertipu oleh hawa nafsunya.


5). Hai para hamba Allah, janganlah sekali–kali kalian terkecoh oleh kebodohan kalian, dan jangan pula kalian menuruti hawa nafsu kalian. Orang yang tunduk kepada dua hal itu ia berada di tepi jurang terjal.


6). Ilmu pengetahuan wajib diikuti dengan amal perbuatan. Barangsiapa berilmu ia harus beramal. Dengan amal ilmu akan meningkat tinggi dan tanpa amal, ilmu akan merosot.


7). Amal perbuatan adalah buah ilmu pengetahuan. Orang berilmu yang berbuat tidak sesuai dengan ilmunya, sama dengan orang bodoh yang kebingungan dan tetap bodoh. Bahkan orang seperti itu kesalahannya lebih besar, lebih pantas disesali dan di hadirat Allah ia akan menjadi orang yang paling menyesal. Orang yang bekerja tanpa ilmu sama dengan orang yang bepergian tanpa kenal jalan, sehingga orang lain yang melihatnya akan bertanya–tanya: “berpergiankah atau pulang?!?”


8). Barangsiapa dikaruniai kekayaan oelh Allah hendaklah ia memperhatikan kaum kerabatnya, menghormati dan menjamu tamu sebaik–baiknya, membebaskan tawanan perang dan melepaskan orang dari penderitaan, membantu kaum fakir miskin dan orang yang tenggelam di dalam hutang demi kebajikan, dan hendaknya ia bersabar tidak menuntut hak karena ingin mendapatkan pahala semata–mata. Sifat–sifat demikian itu merupakan keberuntungan yang akan menghantarkan orang ke arah kemuliaan di dunia dan insya Allah merupakan pembuka jalan baginya untuk memperoleh kebahagiaan di akhirat.


9). Bekerjalah dengan sekuat tenagamu, janganlah engkau menjadi penumpang hasil kerja orang lain.


10). Janganlah engkau malu kalau hanya dapat memberi sedikit, karena dapat memberi sedikit lebih baik daripada tidak dapat memberi. Jadilah engkau seorang yang penyantun, tetapi jangan menjadi seorang yang pemboros. Jadilah engkau seorang yang hemat, tapi jangan menjadi seorang yang kikir.


11). Janganlah engkau menjadi orang yang tidak mempan peringatan, karena orang yang berakal cukup diperingatkan dengan tutur–kata yang baik, sedangkan hewan tak dapat diperingatkan kecuali dengan pukulan.


12). Hati manusia dapat merasa jemu dan lesu sebagaimana badan juga merasa jemu dan lesu. Karena itu carilah ilmu dan hikmah sebagai obatnya.



Imam ‘Ali berpendapat, orang yang hidup dicengkeram kemelaratan tentu kehilangan ketenangan dan ketentramannya. Sukar baginya untuk menghayati kejujuran, perilaku yang baik dan menghias dirinya dengan sifat–sifat utama. Sukar pula baginya untuk membuang rasa iri hati dan dengki dari lubuk hati. Maka itu ia mudah terperosok ke dalam penyelewengan yang tidak baik.


Benar bahwa Imam ‘Ali hidup zuhud dan menganjurkan kezuhudan, demikian juga dengan beberapa sahabat Nabi semisal Abu Dzar Al–Ghifari. Akan tetapi mereka tak pernah menganjurkan untuk lebih suka hidup melarat daripada berkecukupan. Imam ‘Ali tidak jemu–jemunya mengingatkan kepada kaum muslimin, “Bekerjalah untuk duniamu seakan–akan engkau hidup selama–lamanya, dan bekerjalah untuk akhirat seakan–akan engkau mati esok hari.”


Menurut Imam ‘Ali upaya memperoleh rizki dengan jalan yang benar dan lurus tidak akan mendatangkan hasil lebih besar daripada yang diperlukan untuk mengatasi kebutuhan. Dengan tegas dan jelas Imam ‘Ali berkata: “Jika kalian menempuh jalan kebenaran, tentu akan terbuka jalan yang menyenangkan kalian dan tidak akan ada orang lain yang menggantungkan penghidupannya kepada orang lain.”


Berdasarkan pengamatan yang tajam dan cermat Imam ‘Ali as yakin bahwa kemelaratan dapat menjerumuskan manusia ke dalam kekufuran. Karena itulah ia memerangi segenap kekuatan yang ada, serta dengan tegas dan tandas mencemoohkan orang–orang yang menganjurkan atau membagus–baguskan kemelaratan dengan dalih kezuhudan. Memang kalau hidup zuhud akan menambah iman dan taqwa kepada Allah Ta’ala, akan tetapi kalau kemelaratan akan membawa ke dalam kekufuran. Dimana nanti kita akan ‘menyembah’ selain–Nya. Itu bisa harta dan juga kekuasaan. Maka itu seumpamanya kemelaratan itu berupa manusia, seharusnya kita membunuhnya.


Ini hanya secuil dari sekian banyak hikmah yang bisa kita temukan dalam diri Imam ‘Ali, karena Imam ‘Ali as adalah mahasiswa utama yang menimba ilmu dari mahaguru umat sedunia, Nabi Muhammad SAW. Yang mana, Rasulullah SAW bersabda: “Hai ‘Ali, Allah telah menghias dirimu dengan hiasan yang paling disukai–Nya, Allah mengaruniaimu perasaan mencintai kaum lemah hingga Allah membuatmu puas (ridho) mempunyai pengikut mereka dan mereka pun puas engkau menjadi pemimpin mereka.


***

KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari www.scmbandung.sch.id, SMP Plus Muthahhari www.smpplusmuthahhari.sch.id, SMP Bahtera www.smpbahtera.sch.id, dan SMA Plus Muthahhari www.smaplusmuthahhari.sch.id).


80 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page