top of page
  • Writer's pictureAkhi

Kendali Diri


Alkisah, "seorang pemburu ular pergi ke gunung untuk menangkap ular dengan mantra-mantranya." Setelah menjelajah gunung-gunung yang tinggi, ia sampai ke puncak gunung yang bersalju. Di sana, ia menemukan seekor ular besar terbujur kaku seperti sebongkah kayu. Tubuhnya membeku dan tampaknya sudah mati kedinginan. Tidak ada gerak sama sekali.


Dengan sukacita, ia memikul ular itu seperti memikul tiang rumah. Pada hari pasar, ia membawa ular itu ke Kota Bagdad. Di perempatan jalan raya, di tepi Sungai Tigris, ia membuka tempat pertunjukan. Ia berteriak, "Aku membawa ular naga yang mati, setelah pemburuan yang penuh kesulitan." Berita menyebar ke seluruh penjuru, pemburu ular sudah menangkap naga. Berbondong bondong orang datang, membayar tiket masuk, dan menanti dibukanya selimut yang menutup naga. Pemburu ular juga setia menanti sampai lebih banyak orang hadir. Makin banyak orang hadir, makin banyak uang masuk.


Perlahan-lahan ia menyingkapkan tumpukan selimut yang menutupi tubuh naga. Semua mata memandang dengan tegang. Naga itu diikat dengan tali yang sangat kuat. Terdengar jeritan takjub. Matahari Bagdad memanaskan semua makhluk, termasuk penonton dan Ular Naga. Perlahan-lahan salju yang menutup naga mencair. Ular besar itu menggeliat. Orang-orang menjerit ketakutan. Ular itu terbangun dari tidurnya yang lama. Dan dengan mulutnya yang besar, ia menyuapkan ke dalam gerahamnya apa pun yang dekat dengannya. Ia menyempurnakan buka puasanya dengan melahap sang pemburu ular dan meremukkan tulang-tulangnya.


Jalaluddin Rumi menceritakan kisah ini dalam Buku III Matsnawi; ia mengakhirinya dengan untaian puisi berikut:


Ular Naga itu nafsumu: Mana mungkin ia mati?

la hanya beku karena miskin dan sakit hati.


Jika ia menjadi Fir'aun dengan segala kekayaannya

sehingga seluruh Air Nil mengalir karena perintahnya


la akan mulai benar-benar bertindak seperti Fir'aun

Membabat ratusan orang seperti Musa dan Harun


Ular Naga menjadi ulat kecil, karena sengsara

Lalat menjadi garuda, karena kaya dan kuasa


Biarkan ular itu dipisahkan salju dari keinginannya

Awas, jangan biarkan Matahari Irak mencairkannya.


Dalam setiap diri kita tersembunyi "Ular Naga". Binatang buas yang sangat berbahaya. Setiap saat ia mengancam keselamatan kita dan semua makhluk di sekitar kita. Para sufi menyebut "naga" itu hawa (desires). Dalam bahasa Indonesia, kita menggabungkannya dengan nafsu. Hawa nafsu adalah hasrat untuk memperoleh kenikmatan badani (sensual pleasure). Para psikolog, sambil merujuk pada Freud, menyebutnya sebagai pusat energi yang bersembunyi dalam gudang bawah sadar kita yang bernama id. Seperti cairan panas magma dalam perut bumi, setiap saat id bisa meledak, dengan mengabaikan ego (kemampuan kita untuk melihat realitas) dan memberontak super- ego (norma atau aturan hidup).


Apa yang tersimpan dalam magma id? Salah satu di antaranya, dan menurut Freud yang paling penting, adalah seks. Anda boleh jadi seorang yang pemalu, pendiam, sangat sopan, dan agak pengecut dalam hubungan dengan kawan lain jenis. Tiba-tiba Anda "ketiban" bintang dari langit. Seorang kawan yang cantik, seksi, agresif jatuh cinta kepada Anda. Ia menarik Anda ke tempat yang sepi, sehingga benteng malu-yang menurut Nabi Saw. adalah benteng iman roboh. Perilakunya yang ceria dan cara bicaranya yang menyenangkan membuka kunci mulut Anda. Ajaib, Anda mulai berani bahkan mengucapkan kata-kata yang tidak layak disampaikan kepada orang lain. Anda menjadi sangat pemberani, malah mulai kurang ajar. Ketahuilah, tali yang mengikat "naga" sudah terurai. Kawan Anda telah memancarkan panas yang mencairkan salju, yang menutup hawa nafsu.


Penyair Burdah memperingatkan Anda, "Dan nafsu, seperti bayi, jika kamu biarkan dia, dia sangat bergairah untuk menyusu, tapi kalau kamu menyapihnya, ia akan berhenti." Mampukah Anda mengendalikan "binatang buas" yang sudah terlepas dari talinya itu? Insya Allah, mampu; dengan satu syarat, Anda sudah terlatih untuk mengendalikannya. Kalau Anda sudah mampu mengendalikan hawa nafsu, Anda bukan hanya sekadar binatang menyusui. Anda sedang menjadi manusia, makhluk yang dapat bergerak jauh ke luar batas-batas tabiatnya. Anda bahkan dapat menjadi malaikat.


Ketika Yusuf a.s. berhasil menepis godaan Zulaikha, Tuhan menganugerahkan kepadanya bukan hanya kenabian, melainkan juga kemampuan memahami takwil mimpi. Pandangannya melewati batas-batas dunia lahir dan me nembus jauh ke alam batin. Hal yang sama terjadi pada seorang pedagang kain di sebuah pasar di Bagdad. Pada suatu hari seorang perempuan cantik memilih-milih kain dan membeli banyak. Dengan pandangan menggoda, ia meminta pedagang kain itu untuk mengantarkan barang ke rumahnya. Setelah tokonya ditutup, ia bersiap-siap untuk mengantarkannya. Mengenang kecantikan perempuan itu, ia mengganti pakaiannya dan memercikkan wewangian pada tubuhnya. Dengan semangat berkobar, sebetulnya dengan nafsu yang menggelegak, ia berjalan menuju tujuannya. Di pertengahan jalan, seperti Yusuf, ia memperoleh kilatan cahaya, "melihat bukti dari Tuhannya". la sadar bahwa ia sedang bergerak dikendalikan oleh hawa nafsunya, digiring ke neraka seperti kerbau dicocok hidung. la dihadapkan pada dua pilihan: meneruskan antaran barang itu ke rumah perempuan itu dan jatuh pada godaan atau membatalkan antaran itu dan artinya tidak memenuhi janjinya untuk melayani pelanggan.


la memilih yang ketiga. la masuk ke dalam terowongan air kotor. la ke luar dengan pakaian yang kotor dan tubuh yang berbau busuk. Barang diterima, tetapi pemikul barang ditolak. Pedagang kain itu kembali ke tokonya dengan jiwa yang bersih dan roh yang harumnya semerbak. Tuhan menganugerahkan kepadanya kemampuan untuk menak wilkan mimpi. la menulis buku Takwil Mimpi, yang menjadi rujukan kaum Muslim selama berabad-abad. Nama pedagang kain itu Ibnu Syirin.


Al-Ghazali bercerita tentang Sulaiman bin Yasar, lelaki yang terkenal paling tampan di zamannya. Bersama sahabatnya, ia berangkat menunaikan ibadah haji. Di kota kecil yang namanya Abwa, mereka beristirahat. Setelah makan bersama, kawannya berangkat ke pasar untuk berbelanja. Sulaiman duduk sendirian di kemahnya. Seorang perempuan badawi melihatnya dari atas bukit. la turun dan menghampirinya. la terpesona betul dengan ketampanan Sulaiman. Ia berkata, "Senangkan aku." Sulaiman mengira perempuan itu menginginkan makanan. Ia berikan semua sisa makanan yang ada. Perempuan itu berkata, "Aku bukan menginginkan makanan. Aku mau apa yang biasa dilakukan seorang lelaki pada istrinya." "Iblis telah mengutus kamu kepadaku!," hardik Sulaiman. Kemudian, ia meletakkan mukanya di antara kedua lututnya dan menjerit meraung-raung. Melihat itu, perempuan itu berlari kembali kepada keluarganya.


Ketika kawannya pulang, ia melihat mata Sulaiman masih sembap dan ia masih terisak-isak. Kawannya bertanya tentang apa yang terjadi. Dengan berat, ia mengisahkan peristiwa perempuan Arab gunung itu. Mendengar itu, kawannya menangis keras.


Apa yang menyebabkan kamu menangis?"


"Aku lebih pantas menangis darimu. Aku takut sekiranya aku mengalami yang kamu alami, pasti aku tidak bisa mengendalikan hawa nafsu seperti kamu."


Keduanya menangis. Setelah sampai di Makkah, Sulai- man melakukan Tawaf, Sa'i, dan menyelesaikan Umrahnya. Setelah itu ia pergi ke Hijir Ismail, duduk melonjor sampai kantuk memagutnya. Dalam mimpi ia melihat lelaki tinggi, yang luar biasa tampannya dan yang semerbak harumnya.


"Semoga Allah menyayangimu, siapakah Anda?"


"Saya, Yusuf."


"Yusuf Nabi yang sangat setia!"


"Benar."


"Dalam peristiwa kamu dengan istri menteri itu ada hal yang menakjubkan.”


"Tetapi kejadianmu dengan perempuan Abwa itu lebih menakjubkan."


Walhasil, kemampuan Anda untuk mengendalikan seks dapat mengantarkan Anda pada kedudukan para nabi. Rem dalam diri Anda yang kukuh menyelamatkan Anda dari bencana dalam perjalanan menuju Tuhan. Dalam posisi seperti itu, mata batin Anda akan menjadi lebih tajam, sehingga Anda mampu melihat ke alam malakut. Seperti dalam hadis berikut ini, Tuhan akan melindungi dan menolong Anda dalam saat-saat kesempitan.


Rasul Allah bercerita, "Ada tiga orang pada zaman dahulu melakukan perjalanan. Pada suatu malam mereka berlindung di dalam gua. Tiba-tiba runtuhlah bebatuan gunung dan menutup pintu gua. Mereka berkata, 'kalian tidak akan selamat keluar dari bukit ini kecuali kalau kalian berdoa kepada Allah dengan mengenang amal saleh kalian.' Seorang lelaki di antara mereka berkata, "Ya Allah, Engkau tahu dahulu aku punya ayah bunda yang tua renta. Aku selalu memberikan minuman kepada mereka di malam hari sebelum keluargaku yang lain dan sebelum hartaku. Pada suatu hari aku terlambat pulang karena mencari kayu bakar. Ketika aku sampai di rumah, kedua orangtuaku sudah tidur. Aku mengambil air susu untuk mereka; aku dapatkan mereka sudah tertidur dan tidak ingin memberikannya sebelum mereka kepada anak istriku.'Begitulah berlangsung semalaman. Dengan cawan susu itu di tanganku, aku menunggu mereka bangun sampai terbit fajar dan anak-anakku kehausan di hadapanku. Ketika mereka bangun, keduanya meminum air susu itu. Ya Allah, jika Engkau tahu aku melakukannya karena mengharapkan ridha-Mu, bebaskanlah kami dari penjara bebatuan ini.' Gua itu pun terbuka sedikit, tetapi tidak memungkinkan mereka semua keluar."


Yang berikutnya berkata, "Tuhanku, Engkau tahu dahulu aku jatuh cinta terhadap saudara sepupuku perempuan.


Aku mengajaknya berkencan, tetapi ia menolakku. Aku menderita karenanya selama satu tahun. Kemudian ia datang kepadaku dan kuberi dia seratus dua puluh dinar agar mau berkencan denganku. Ia menerimanya sampai ketika aku hampir melakukannya ia berkata, Takutlah kepada Allah, janganlah engkau menggauliku kecuali dengan hak.' Aku lepaskan dia dan aku tinggalkan dia, padahal dia orang yang paling aku cintai. Aku tinggalkan uang emas yang kuberikan kepadanya. Ya Allah, jika aku melakukannya semata-mata karena takut kepada-Mu, bebaskanlah aku dari tempat ini.' Gua itu pun terbuka sedikit, tetapi tidak memungkinkan mereka semua keluar."


Berkata yang ketiga, "Ya Allah, dahulu aku mempunyai pegawai yang selalu aku bayarkan gajinya, kecuali seorang di antara mereka. Ia meninggalkan upahnya yang merupakan haknya. la pergi begitu saja. Aku kembangkan upahnya itu sehingga menjadi kekayaan yang banyak. Selang berapa lama ia datang lagi padaku, 'Hai hamba Allah, berikan upahku.' Aku berkata, 'Semua yang kamu lihat itu berupa unta, sapi, kambing, dan budak, semuanya milikmu.' Dia berkata, Wahai hamba Allah, jangan bermain-main denganku. Aku berkata, 'Aku tidak bermain-main, ambillah.' la pun mengambil seluruhnya dan tidak menyisakan sedikit pun. Ya Allah, jika aku melakukan semuanya itu karena mengharapkan ridha-Mu, lepaskanlah kami dari tempat ini.' Ter bukalah pintu gua itu dan semuanya keluar dengan selamat." (HR Al-Bukhari).


Kisah Nabi Saw. melukiskan tiga orang yang berhasil mengendalikan hawa nafsunya. Orang pertama pasti sudah terdesak oleh kehausan dan kelelahan untuk minum. la tahan semuanya demi berkhidmat kepada ibu-bapaknya. Orang kedua sudah tentu telah dipenuhi gairah cinta untuk memuaskan nafsunya. la tinggalkan "mangsanya", karena takut kepada Allah. Orang ketiga jelas tergiur dengan kesempatan untuk memanfaatkan upah buruhnya untuk mem- perkaya dirinya. la tampik kesempatan itu demi mengharapkan ridha Allah. Dalam bahasa Nabi Yang Mulia, ketiga orang ini adalah orang-orang perkasa, orang-orang kuat.


Pada suatu hari Nabi Muhammad Saw. menemukan dan ikut menikmati pertandingan gulat di antara anak-anak muda Madinah. Beliau memberikan apresiasi kepada pelaku olahraga yang keras ini. Setelah itu, beliau bersabda, "Orang yang hebat itu bukanlah orang yang dengan mudah membantingkan kawannya. Orang kuat adalah orang yang mampu menguasai nafsunya ketika ia marah."


Kekasih Allah bukanlah ia yang tidak pernah mendapat godaan. Kekasih Allah adalah ia yang berhasil menepis godaan itu dengan kendali dirinya. Ia yang berhasil membekukan kembali "Ular Naga" itu dan mengikatnya dengan kekuatan imannya.


Kemampuan itu tidak bisa diperoleh dengan mudah. la memerlukan latihan. Berlatihlah mengendalikan rasa lapar, dahaga, dan hawa nafsu lainnya. Mulailah puasa kamu dengan niat menundukkan dirimu hanya kepada perintah Yang Mahakuasa. Azydehaa raa daar dar barf-e firaaq, hiin maksy U raa beh khursyid-e Iraaq. Biarkan ular itu dipisahkan salju dari keinginannya. Awas, jangan biarkan Matahari Irak mencairkannya! []


KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari www.scmbandung.sch.id, SMP Plus Muthahhari www.smpplusmuthahhari.sch.id, SMP Bahtera www.smpbahtera.sch.id, dan SMA Plus Muthahhari www.smaplusmuthahhari.sch.id).

70 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page