Akhi
Kerinduan Rasulullah saw
Anugerah bagi pencinta Rasulullah saw adalah balasan cintanya. Tidak akan ada pecinta Nabi saw yang bertepuk sebelah tangan. Jalaluddin al-Suyuthi dalam al-Durral-Mantsur meriwayatkan kerinduan Rasulullah saw untuk berjumpa dengan mereka yang tidak pernah berjumpa dengan beliau tetapi merindukan pertemuan dengannya. Nabi saw menyebut mereka itu sebagai "ikhwani", saudara-saudaraku. Saya telah menggubah hadis ini menjadi puisi:
Dini hari di Madinah al-Munawwarah
Kusaksikan para sahabat berkumpul di masjidmu
Angin sahara membekukan kulitku
Gigiku gemertak Kakiku berguncang
Tiba-tiba pintu hujrah-mu terbuka
Engkau datang, ya Rasul Allah
Kupandang dikau:
Assalamu 'alaikum ayyuhan Nabi wa rahmatullah
Assalamu 'alaikum ayyuhan Nabi wa rahmatullah Kudengar salam bersahut-sahutan
Kau tersenyumn, ya Rasul Allah wajahmu bersinar angin sahara berubah menjadi hangat
Cahayamu menyelusup seluruh daging dan darahku
Dini hari Madinah berubah menjadi siang yang cergah
Kudengar Engkau berkata: Adakah air pada kalian?
Kutengok cepat ghribah-ku
Para sahabat sibuk memperlihatkan kantong kosong
Tidak ada setetes pun air, ya Rasul Allah
Kusesali diriku mengapa tak kucari air sebelum tiba di masjidmu
Duhai bahagianya, jika kubasahi wajah dan tanganmu
Dengan percikan percikan air dari gharibah-ku
Kudengar suaramu lirih
Bawakan wadah yang basah
Aku ingin meloncat mempersembahakan gharibah-ku
Tapi ratusan sahabat berdesakan mendekatimu
Kau ambil gharibah kosong
Kau celupkan jari-jarimu
Subhanallah, kulihat air mengalir dari sela sela jari-jarimu
Kami berdecak, berebut berwudhu dari pancaran sucimu
betapa sejuk air itu, ya Rosul Allah
betap harum air itu, Nabi Allah
betapa lezat air itu, ya Habib Allah
kulihat Ibnu Masud mereguk sepuas-puasnya
Qad qamatish shalah
Qad qamatish shalah
Dubai bahagianya salat di belakangmu
Ayat-ayat suci mengalir dari suaramu
Melimpah memasuki jantung dan pembuluh darahku
Usai salat kau pandang kami
Masih dengan senyum yang sejuk itu
Cahamu, ya Rasul Allah, tak mungkin kulupakan
Ingin kubenamkan setetes diriku dalam samudra dirimu
Ingin kujatuhkan sebutir debuku dalam sahara tak terhinggamu
Kudengar kau berkata lirih:
Ayyul khalqi a’jabu ilaikum imanan?
Siapa makhluk yang imannya paling mempesona?
Malaikat, ya Rasul Allah Bagaimana malaikat tak beriman,
bukankah mereka berada di samping Tuhan?
Para nabi, Ya Rasul Allah
Bagaimana nabi tak beriman,
bukankah kepada mereka turun wahyu Tuhan?
Kumi, para suhabutmu
Bagaimana kalian tidak beriman,
bukankah aku di tengah-tengah kalian
telah kalian saksikan apa yang kalian saksikan
Kalau begitu, siapakah mereka ya Rasul Allah?
Langit Madinah bening bumi Madinah hening
Kami termangu
Siapa gerangan mereka yang imannya paling mempesona?
Kutahan napasku, kuhentikan detak jantungku,
kudengar sabdamu
Yang paling menakjubkan imannya
mereka yang datang sesudahku
beriman kepadaku
padahal tidak pernah melihatku dan berjumpa denganku
Yang paling mempesona imannya mereka yang tiba setelah aku tiada
yang membenarkanku tanpa pernah melihatku
Bukankah kami ini saudaramu juga, Ya Rasul Allah?
Kalian sahabat-sahabatku
Saudaraku adalah mereka yang tidak pernah berjumpa denganku
Mereku beriman pada yang ghaib, mendirikan salat,
menginfakkan sebagian rezeki yang Kami beriman kepada mereka
Kami terpaku
Langit Madinah bening
bumi Madinah hening
Kudengar lagi engkau berkata:
Alangkah bahagianya aku memenuhi mereka Suaramu parau,
butir-butir air matamu tergenang
Kau rindukan mereka, Ya Rasul Allah
Kau dambakan pertemuan dengan mereka, ya Nabi Allah
Assalamu'alaika ayyuhan Nabi wa rahmatullahi wa harukatuh.
Pada suatu hari Rasulullah saw berziarah ke sebuah pekuburan. Ia berkata: Salam bagimu, wahai kampung kaum mukmin. Insya Allah kami akan menyusul kalian. Aku rindu sekali untuk berjumpa dengan ikhwan kami. Para sahabat berkata: Bukankah kami saudara-saudaramu, ya Rasul Allah. Beliau bersabda: Kalian adalah sahabatku. Saudara-saudaraku adalah orang-orang yang belum datang sampai sepeninggalku. Dalam kesempatan lain, Nabi saw menjelaskan orang-orang yang dirindukannya itu: "Umat yang paling besar kecintaannya kepadaku ialah manusia yang datang sesudahku. Setiap orang di antara mereka ingin sekali berjumpa denganku walaupun harus mengorbankan keluarganya dan hartanya."
Berbahagialah mereka yang berjumpa dengan Nabi saw di dunia ini walaupun dalam mimpi. Berbahagialah mereka yang dijemput Nabi saw ketika mereka meninggalkan dunia ini. Berbahagialah mereka yang diberi minum di telaga Kautsar dari tangan Nabi saw yang suci sehingga mereka tidak pernah haus lagi selama-lamanya. Berbahagialah mereka yang mencintai Rasulullah saw dengan sangat, sehingga ia juga merindukan pertemuan dengan mereka.
Ya Rasulullah saw, jadikan aku salah seorang di antara mereka.
KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari www.scmbandung.sch.id, SMP Plus Muthahhari www.smpplusmuthahhari.sch.id, SMP Bahtera www.smpbahtera.sch.id, dan SMA Plus Muthahhari www.smaplusmuthahhari.sch.id).