top of page
  • Writer's pictureAkhi

KEUTAMAAN MENGHADIRI MAJELIS ILMU


Dalam kitab Al-Targhib wa Al-Tarhib, Ibn Abbas meriwayatkan: "Rasulullah Saw telah ditanya salah seorang sahabatnya perihal siapa teman duduk yang paling baik. Rasulullah Saw menjawab, "Orang yang bila kamu lihat, dapat mengingatkan kamu kepada Allah, menambahkan ilmumu dalam pembicaraannya, dan mengingatkanmu kepada akhirat dari amal-amalnya."


Penulis kitab ini memasukkan hadis di atas dalam bab Orang yang memiliki "Dorongan untuk duduk dengan Ulama." sifat seperti yang disebutkan dalam hadis tersebut merupakan orang yang paling pantas dijadikan teman duduk.


Hampir setiap kitab hadis menyebutkan tentang pentingnya duduk bersama ulama yang dimaksud di atas. Bahkan, Nabi menyebut majelis tempat ulama duduk seperti itu sebagai "taman- taman surga".


Dalam hadis yang diriwayatkan Thabrani, dalam kitab Al- Kabir, disebutkan bahwa Rasulullah bersabda, "Apabila melewati taman surga, hendaklah engkau duduk di situ; istirahatlah kamu di situ." Para sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, apa taman surga itu?." Nabi Saw menjawab, "Majelis-majelis ilmu."


Rasulullah Saw juga pernah bersabda, "Barang siapa yang duduk bersama ulama, maka dia duduk bersamaku. Dan barang siapa yang duduk bersamaku, seakan-akan dia duduk bersama Allah."


Dalam hadis yang diterima dari Abu Umamah, yang diriwayatkan Al-Thabrani, disebutkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Lukman pernah menasihati anaknya: "Hai Anakku, hendaklah engkau sering duduk bersama ulama dan mendengarkan pembicaraan para ahli hikmah. Karena, sesungguhnya Allah akan menghidupkan hati yang mati dengan cahaya hikmah; seperti Allah menghidupkan bumi yang mati dengan limpahan air hujan."


Hadis-hadis di atas menunjukkan kepada kita perihal keutamaan duduk bersama ulama. Majelis-majelis pengajian yang di situ kita duduk bersama ulama disebut sebagai "taman-taman surga" yang menyirami hati kita dengan hikmah.


Dalam suatu pengajian ibu-ibu, saya pernah bertanya kepada mereka, "Mengapa para ibu lebih suka menghadiri arisan daripada pengajian? Jika pengajian ini tidak menarik karena mubalignya, saya siap mencarikan mubalig yang menarik." Salah seorang ibu menjawab, "Bukan, seringnya ketidakhadiran para ibu di pengajian dikarenakan sebagian besar dari mereka menganggap bahwa mendengarkan pengajian lewat pengeras suara masjid saja sudah cukup."


Hal itu memang diperbolehkan. Tetapi ada beberapa keuntungan jika mendengarkan pengajian secara langsung di masjid. Pertama, tempat pengajian itu mengandung berkah. Di dalam sebuah hadis, pada kitab Shahih Bukhari, diceritakan bahwa para sahabat memperebutkan rambut Rasulullah untuk mengambil berkah. Al-Quran menyebutkannya: "Kami berkati tempat di sekitar Rasulullah itu."(QS Al-Isra [17]: 1). Mendengarkan pengajian hanya melalui pengeras suara dapat menghilangkan berkah dari taman surga. Mungkin ada yang berkata: "Buat apa datang ke pengajian bila hanya untuk tidur saja."Tidur di masjid ketika mendengarkan pengajian lebih baik daripada tidur dan tidak mendengarkan pengajian. Sebab, menurut sebuah penelitian, otak manusia itu sebenarnya masih merekam suara di sekitarnya walaupun dalam keadaan tidur.


Di kalangan para sufi, ada sebuah tradisi bahwa pada awal penyucian jiwa, mereka diperintahkan mengunjungi para ulama untuk sekadar mengambil berkah dari mereka. Para ulama menempati tempat yang sangat tinggi dan merupakan benteng-benteng Allah di muka bumi ini. Ketika ada seorang ulama meninggal dunia, berarti satu benteng Allah telah rubuh. Sangatlah sulit mendapatkan gantinya. Rasulullah bersabda, "Ulama adalah pemegang amanah para rasul.”


Keutamaan yang kedua, menghadiri majelis ilmu itu dapat menyambungkan tali kekeluargaan. Di era informasi, ketika setiap rumah sudah dilengkapi alat elektronik yang dapat menghubungkan kita dengan tetangga kita, dengan pasar atau kantor, orang akan jarang berhubungan dengan sesamanya. Mereka tidak perlu lagi datang ke kantor, dengan pakaian resmi. Mereka pun tidak perlu lagi datang ke pengajian, karena mereka dapat mendengarkannya lewat alat elektronik. Ada yang hilang dari hal seperti itu, yaitu hubungan silaturahmi antar manusia.


Bersilaturahmi boleh jadi kita lakukan di tempat maksiat; seperti di hotel, bar, dan tempat-tampat lain. Bahkan, ada sebuah hadis yang menyebutkan bahwa Rasulullah berkata, "Ada seorang pendosa yang senang menyambungkan persaudaraan. Kemudian Allah menambahkan usia dan rezekinya." Apalagi, bila perbuatan baik itu (silaturahmi) dilakukan orang yang bukan pendosa. Bar juga merupakan tempat silaturahmi yang mungkin lebih intim dari tempat lain. Silaturahmi diberkati tetapi perbuatan maksiatnya tidak.


Sebenarnya banyak hadis yang menyuruh kita menghormati para ulama. Hal ini bukan merupakan kultus individu. Ini memang aneh! Bila ada orang menghormati para biduan, mereka tidak menyebutnya sebagai kultus individu; mereka menyebutnya 'mengidolakan'.


Mulai sekarang, marilah kita berusaha membiasakan untuk duduk dan menghormati para ulama yang memiliki kriteria seperti di atas. Hal itu dikarenakan ada hubungan antara tingkah laku kita dengan orang yang kita cintai; dan ulama yang kita hormati akan segera membentuk perilaku kita.


Oleh sebab itu, Islam menganjurkan kepada kita untuk menghormati para ulama. Lalu, siapa ulama yang dimaksud? Seperti disebutkan di atas, ulama yang dimaksud adalah ulama yang ketika kita melihatnya, ia dapat mengingatkan kita kepada Allah. Ulama yang apabila kita mendengarkan pembicaraannya, dapat menambah ilmu kita. Ulama yang jika kita melihat amal- amalnya, akan mengingatkan kita pada hari akhirat. Sebagian ulama mengatakan, ketika melihat para ulama seperti itu, kita harus mengucapkan tasbih dan tahmid, lalu mendoakan mereka. Memang, ada tradisi di kalangan para ulama: apabila mendengar ulama lain disebutkan namanya, mereka mengucapkan doa bagi yang disebut namanya itu.


Ulama seperti itulah teman duduk kita yang baik. Ulama seperti itu selain mengingatkan kita kepada Allah jika kita melihatnya, juga akan menambah ilmu kita bila kita mendengar pembicaraannya. Mereka juga akan mengantar kita pada hari akhirat jika kita melihat amal-amalnya. JR

***

KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari www.scmbandung.sch.id, SMP Plus Muthahhari www.smpplusmuthahhari.sch.id, SMP Bahtera www.smpbahtera.sch.id, dan SMA Plus Muthahhari www.smaplusmuthahhari.sch.id).

121 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page