Akhi
Keutamaan Orang Dermawan

Kedermawanan dalam bahasa Arab disebut al-sakhawah. Lawannya adalah kebakhilan (al-bukhl). Orang yang bersifat dermawan dinamakan sakhiy atau karim. Salah satu nama Allah adalah Al-Karim, karena Allah adalah yang paling suka memberi.
Banyak hadis dan juga riwayat yang menjelaskan keutamaan tentang orang dermawan (sakhiy) ini. Dalam hadis riwayat Al-Thabrani dalam Al-Awsath, disebutkan,
Berkata Jabir, berkata Rasulullah, berkata Jibril, Allah Swt. berfirman, "Sesungguhnya inilah Agama (Islam) yang Aku ridhai untuk diri-Ku. Dan tidak akan memperbaiki agama ini kecuali dengan kedermawanan dan akhlak yang baik. Karena itu muliakanlah agama ini dengan kedua hal itu."
Dalam hadis riwayat Ibnu Hibban ̶ seperti yang dimuat dalam At-Targhib wa Al-Tarhib, Juz 3: 383 ̶ Rasulullah Saw. bersabda, "Allah tidak menarik kekasih-kekasih-Nya kecuali atas dasar kedermawanan dan akhlak yang baik."
Masih dalam hadis riwayat Al-Thabrani, diriwayatkan dengan sanad yang baik, berkata Abu Asy-Syaikh, dari bapak- nya, dari kakeknya, dia berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah, "Ya Rasulullah tunjukkan kepadaku amal yang yang menyebabkan aku masuk surga." Rasulullah bersabda, "Yang memastikan kamu masuk surga dan mendapat ampunan adalah suka memberi makanan, menebarkan salam, dan berbicara dengan baik."
Itu hadis yang berkenaan dengan orang dermawan. Di samping itu, banyak kisah tentang kedermawanan Rasullulah. Misalnya, kisah berikut ini. Pada suatu hari, ketika Rasulullah mau masuk ke masjid, ada seorang Arab Badui yang melihat jubah Nabi yang menurut dia sangat bagus. Lalu ditariknya jubah Nabi itu sampai beliau mau terjungkal. Orang Arab itu berkata, "Ya Muhammad berikan harta Allah yang ada padamu." Lalu Nabi membuka dan memberikan jubahnya.
Dalam kisah yang lain, Nabi pergi ke pasar membeli pakaian untuk beliau. Hampir masuk pasar beliau menemukan seorang yang menangis. Ketika Nabi bertanya, orang itu mengatakan bahwa dia disuruh belanja oleh tuannya ke pasar dan ternyata uangnya itu hilang satu dirham. Mendengar itu lalu Rasulullah mengganti uang budak yang hilang itu.
Nabi kemudian masuk pasar membeli pakaian. Setelah keluar, ditemuinya orang yang hampir telanjang. Orang itu berkata, "Siapa yang mau memberikan kepadaku pakaian mudah-mudahan Allah akan memberikan pakaian pada Hari Kiamat nanti." Lalu kain yang baru saja dibeli, beliau berikan kepada orang yang berkata tadi.
Rasulullah lalu keluar pasar. Tetapi baru saja keluar, orang yang ditemuinya pertama kali tadi masih menangis di tempat semula. Rasulullah menanyakan kenapa dia menangis. Kemu dian orang itu menjawab, "Ya Rasulullah, saya ini kalau pulang terlambat pastilah majikan saya akan marah kepada saya." Waktu itu Rasulullah mengantar pulang orang itu ke rumah majikannya. Sampai di rumah, orangtua yang punya rumah ternyata sangat bahagia betul karena kedatangan Rasulullah Saw. Setelah diceritakan kesulitan orang itu, majikan sang budak sangat terkesan dengan kebaikan akhlak Rasulullah. Dan selang beberapa hari kemudian, sang majikan membebaskan budaknya.
Mendengar itu Rasulullah lantas mengangkat tangannya seraya bersyukur kepada Allah, "Ya Allah belum pernah ada dua dirham yang penuh berkah seperti dua dirham pada hari ini. Karena dengan dua dirham itu orang yang menderita dibahagiakan, orang yang telanjang diberi pakaian dan budak belian dibebaskan." Inilah salah satu kisah kedermawanan Rasulullah.
Sayidina Ali mengutarakan keutamaan kedermawanan ini ketika suatu hari beliau ditemui sedang terisak-isak menangis. Ketika ditanya, Sayidina Ali menjawab, "Sudah satu minggu tidak datang tamu kepadaku dan aku takut Allah akan menghinakan aku." Memang, salah satu ciri orang dermawan adalah kesukaan menerima tamu dan merasa sedih kalau tidak kedatangan tamu. Sebaliknya orang yang bakhil adalah merasa benci kalau kedatangan tamu itu.
Sering saya mendengar kalau ada teman yang baru menikah mereka merasa jengkel kalau salah satu dari keluarganya sering datang ke rumah mereka. Padahal kalau orang itu dermawan mereka akan senang menerima tamu itu.
Seperti telah kita ketahui, Imam Ali Zainal Abidin adalah orang yang sangat dermawan, sehingga dengan itu banyak orang datang kepadanya. Dan karena itu kalau ada orang datang meminta bantuan kepadanya, Imam mengatakan, "Selamat datang orang yang mau membawa bekal saya di akhirat."
Jadi, kalau ada orang meminta bantuan kepada Imam Ali Zainal Abidin, beliau akan menyambut dengan senang dan menganggap bahwa orang itu merupakan orang yang akan membawakan sebagian bekalnya di akhirat nanti. Seperti halnya kita pergi ke suatu kota, dengan membawa bekal yang banyak. Tiba-tiba ada orang yang ingin membawakan bekal itu tentulah hal itu sangat membahagiakan kita. Apalagi itu bekal akhirat yang sangat panjang perjalanannya.
Kisah lain terjadi ketika Imam Ali Zainal Abidin thawaf. Waktu itu Hisyam bin Malik thawaf berdesak-desakan sehingga sangat sulit baginya untuk mencium Ka'bah, padahal dia adalah seorang raja. Raja ini, walaupun terkenal sangat kejam tetapi dalam masalah ini beliau demokratis. Tiba-tiba datanglah saat itu seorang yang wajahnya bersinar penuh kewibawaan, yang dengan sangat mudah mencium Ka'bah. Ketika Hisyam bin Malik menanyakan siapa dia sebenarnya, salah seorang penyair berdiri menjelaskan tentang orang tersebut dengan syairnya. Mendengar itu orang yang berwajah ceria ̶ yang ternyata Imam Ali Zainal Abidin ̶ memberikan hadiah kepada penyair itu. Farazdaq, sang penyair itu, tidak mau menerimanya. Malah dia berkata, "Saya membuat syair ini bukan untuk meminta upah tetapi memang engkau layak menerima pujian itu." Melihat Farazdaq menolak pemberian itu, Imam mengatakan, "Saya ini keluarga Nabi kalau sudah memberi sesuatu haram kami mengambilnya lagi."
Akhirnya diterimanya juga pemberian itu dengan senang hati. Itulah kedermawanan keluarga Nabi.
Itulah beberapa pelajaran dari hadis dan kisah tentang kedermawanan orang mulia.
Beberapa hari yang lalu, saya memberikan pengajian di Seskoad. Komandannya waktu itu orang yang beragama Kristen. Pada waktu pulang dari situ, seorang tentara yang semobil dengan saya bercerita tentang komandannya. Komandannya itu, dia sangat dermawan. Dia suka membantu anak buahnya sehingga sangat dekat dengan anak buahnya. Tapi ̶ masih kata dia ̶ mungkin ini dalam rangka kristenisasi.
Waktu itu saya katakan, Anda telah melakukan beberapa kesalahan. Pertama, Anda tidak mencoba belajar dari sifat dermawan dia. Kedua, Anda tidak malu sebagai orang Islam yang kedermawanannya kalah dengan orang Kristen. Ketiga, Anda menaruh rasa curiga kepadanya. Memang yang menyedihkan kadang-kadang kedermawanan itu terjadi pada orang yang bukan beragama Islam. Orang dermawan memang dekat dengan manusia. Dan Allah mencintai dia. Seperti Samiri, orang Yahudi yang tidak jadi dihukum mati karena sifat kedermawanannya.
Di sekitar masjid ini, ada orang yang dermawan. Pernah suatu saat puluhan orang miskin datang dari tempat yang jauh untuk meminta pembagian rezeki dari orang ini. Saya sampai berkata bahwa jangan-jangan orang ini wali Allah.
Konon, menurut kabar memang dia mempunyai kebiasaan memberikan rezeki kepada orang miskin pada setiap bulan Rajab. Saya merasa ingin dekat dengan dia karena, seperti dikatakan dalam hadis qudsi, Allah Swt. berfirman, "Carilah karunia Allah dengan mendekati orang yang dekat dengan orang miskin, karena pada merekalah Aku jadikan keridhaan-Ku.”
Orang yang bakhil tentu sebaliknya dari yang dermawan. Nabi sendiri pernah berlindung dari sifat ini. Di antara doa beliau adalah, "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut dan kebakhilan.” .JR
***
KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari www.scmbandung.sch.id, SMP Plus Muthahhari www.smpplusmuthahhari.sch.id, SMP Bahtera www.smpbahtera.sch.id, dan SMA Plus Muthahhari www.smaplusmuthahhari.sch.id).