Akhi
KITA PERLU SAINS DAN TEKNOLOGI

Pada ada 622 M, sekitar empat belas abad lalu, pada malam tasyriq, puluhan sosok manusia berkumpul dekat Jumrah Al-'Aqabah. Mereka berlindung di balik bukit yang menutupi cahaya bulan. Suasana remang-remang, Abbas memperkenalkan Nabi Muhammad dan meminta kesetiaan yang hadir. Semua menyatakan kesediaan mereka untuk membela Nabi dengan harta dan jiwa mereka. Mereka menawarkan Yatsrib sebagai markas perjuangan Rasulullah. Inilah sumpah setia 'Aqabah yang mengubah sejarah Islam, bahkan sejarah dunia.
Pada tahun berikutnya, Nabi hijrah ke Yatsrib. Dia menyuruh pemuda Ali untuk tidur di ranjangnya. Ketika pemuda-pemuda Quraisy mengepung rumahnya, dia menugaskan pemuda Abdullah bin Abu Bakar untuk mengawasi gerak-gerik lawan. Dia menjemput Abu Bakar dan menembus kegelapan malam menuju gua di Bukit Tsaur. Di sanalah mereka tinggal selama tiga hari-tiga malam, untuk mengelabui musuh yang mengejar Nabi di sepanjang jalan menuju Yatsrib. Pemuda Amir bin Fahirah ditugaskan Nabi untuk menggembalakan kambing di sekitar bukit, dengan maksud menghapus jejak dan sekaligus mengantarkan air susu kambing untuk Nabi. Di pertengahan malam, ketika padang pasir Arabia hanya disinari temaram bintang gemintang, seorang gadis belia, Asma binti Abu Bakar, meninggalkan rumahnya mengantarkan makanan untuk sang Muhajir agung dan sahabatnya.
Nabi meninggalkan Makkah, Senin, 1 Rabi'ul Awwal, dan sampai di Madinah, Kamis, 12 Rabi'ul Awwal. Selama dua belas hari Nabi menempuh perjalanan melewati jalan-jalan yang tidak biasa dilalui kafilah, dibimbing seorang guide (pemandu) yang berpengalaman, Abdullah bin Arqats. Nabi disengat mentari pada siang hari dan dicengkeram dinginnya padang pasir pada malam hari.
Jang Odeng, kawan saya yang awam tetapi sangat besar ingin tahunya, bertanya, "Ketika Nabi di-isra'-kan, Nabi berangkat dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, dan melejit ke langit tinggi, kemudian kembali lagi ke Makkah, kurang dari satu malam. Mengapa diperlukan dua belas hari hanya untuk perjalanan dari Makkah ke Madinah? Mengapa ketika hijrah, Nabi menggunakan unta dan bukan buraq? Mengapa dia bersusah payah membuat rencana yang sangat operasional, dan tidak berdoa saja supaya diturunkan mukjizat? Bukankah peristiwa hijrah jauh lebih penting dalam mengubah jalan sejarah daripada peristiwa Isra' dan Mi'raj?"
"Isra' dan Mi'raj," jawab saya, "adalah peristiwa penting juga; tetapi peristiwa itu hanya khas untuk Rasulullah. Tak ada perintah bagi kita untuk menirunya. Isra' dan Mi'raj adalah kejadian yang suprahuman dan supranatural. Hijrah, sebaliknya, adalah peristiwa yang harus diikuti oleh seluruh umat Islam. Hijrah adalah Sunnah Nabi yang harus diteladani setiap pejuang Muslim. Hijrah sangat manusiawi dan karena itu menggunakan cara-cara yang manusiawi."
Termasuk cara-cara ini adalah mempersiapkan rencana operasional dan strategis. Lihatlah, bagaimana Nabi melibatkan para pemuda untuk menopang gerakannya, bagaimana Nabi menjadwal kegiatannya dengan memperhitungkan risiko yang dihadapinya (seperti bersembunyi dulu di gua dan tidak langsung menuju Yatsrib), dan bagaimana Nabi menggunakan orang lokal berpengalaman (resource person) sebagai penunjuk jalan. Dengan hijrah, Nabi ingin mengajari kita bahwa iman dan tawakal saja tidak cukup untuk menegakkan Islam. Kita memerlukan sains dan teknologi. JR
***
KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari www.scmbandung.sch.id, SMP Plus Muthahhari www.smpplusmuthahhari.sch.id, SMP Bahtera www.smpbahtera.sch.id, dan SMA Plus Muthahhari www.smaplusmuthahhari.sch.id).