top of page
  • Writer's pictureAkhi

Lakukanlah dengan Nama Allah


Al-Quran memerintahkan kita membaca isti'adzah sebelum membaca Al-Quran. Tuhan sendiri memulai Kitab-Nya dengan kalimat:


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم


Dengan nama Allah yang Mahakasih Mahasayang


Kata Thabathabai, Allah ingin mengajar hamba-hambanya untuk memulai segala pekerjaan yang baik dengan nama-Nya yang agung. Melakukan amal dengan nama Allah artinya melakukan semata-mata karena Dia.


"Amal yang dilakukan bukan karena Dia akan lenyap dan terhapus, yakni Allah akan menghadapi semua amal yang mereka lakukan bukan karena Dia dan menjadikannya debu yang beterbangan. Allah menghapus semua pekerjaan mereka. Yang kekal hanyalah Wajah Allah yang Mahamulia. Karena itu, apa yang dilakukan untuk Dia yang Mahamulia, yang dikerjakan dengan nama Dia, akan kekal dan tidak akan binasa. Kekalnya amal sesuai dengan sejauh mana pelakunya melibatkan Allah di dalamnya. Inilah yang dimaksud oleh hadis yang diriwayatkan oleh semua mazhab: "Semua amal baik yang tidak dimulai dengan nama Allah akan terputus". (Tafsir Al-Mizan 1:19).


"Dengan nama Allah" berarti karena Allah dan untuk Allah, karena mematuhi perintah-Nya dan untuk memperoleh rida-Nya. Banyak peristiwa pada zaman Rasulullah saw. yang menjelaskan makna ini.


Seorang Arab Badawi mendatangi Rasulullah saw. Ia menyatakan iman kepadanya dan bertekad mengikutinya. Ia berkata, "Aku akan hijrah bersamamu." Nabi berpesan kepada sahabatnya untuk memerhatikan orang itu. Pada waktu perang Khaibar, Rasulullah saw. membagikan ghanimah (pampasan perang). Beliau mengambil bagiannya dan membagikan sisanya kepada para sahabatnya. Orang Badawi itu menunggu di belakang mereka. Ketika ia datang, orang-orang memberikan bagiannya. Ia berkata, "Apa ini?" Mereka berkata, "Ini bagian yang sudah dibagikan oleh Rasulullah untukmu." Ia berkata, "Aku mengikuti engkau bukan karena ini. Aku mengikutimu supaya aku dikenai panah pada bagian ini (seraya menunjuk tenggorokannya), kemudian mati, dan masuk surga." Nabi saw. bersabda, "Jika engkau membenarkan Allah, Dia akan membenarkanmu." Kemudian ia bangkit memerangi musuh. Tidak lama kemudian ia dibawa ke hadapan Rasulullah. Anak panah menembus tempat yang pernah ditunjuknya. Nabi bersabda, "Diakah ini?" Orang-orang berkata, "Benar." Rasulullah saw. bersabda, "Ia membenarkan Allah dan Dia membenarkannya." Beliau mengkafaninya dengan jubahnya sendiri, meletakkannya di hadapannya, dan menshalatkannya. Beliau terdengar berdoa, "Ya Allah, inilah hamba-Mu, keluar berhijrah di jalan-Mu, terbunuh sebagai syahid. Aku menjadi saksi untuknya." (Al-Bidayah 4:191, Al-Hakim 3:595, Hayat al-Shahabat 1:510).


Orang Badawi itu mendapat kehormatan besar: mati syahid, dikafani dan dishalatkan oleh Nabi yang mulia. Nabi melihat niatnya yang tulus. Ia berangkat dengan nama Allah. Ia mulai perjuangannya dengan nama Dia. Ia berbeda dengan laki-laki aneh yang dikenal dengan nama Quzman. Ia sering berperang bersama Rasulullah saw.. Tetapi apabila Nabi mendengar namanya, beliau bersabda, "Orang itu penghuni neraka."


Pada Perang Uhud, ia berperang dengan semangat. Ia berhasil membunuh tujuh atau delapan orang musyrik. Ia punya kekuatan besar, kemudian ia terluka dan dibawa ke rumah Bani Zhafr. Kaum Muslim berkata kepadanya, "Demi Allah, Anda mendapat bala hari ini, hai Quzman. Berbahagialah." Ia menjawab, "Untuk apa aku harus berbahagia? Demi Allah, aku berperang hanya semata-mata untuk kehormatan kaumku. Kalau bukan karena itu, aku tidak mau berperang." Ketika lukanya makin parah, ia mengambil anak panah dari wadahnya dan bunuh diri (Al-Bidayah 4:36, Hayat al-Shahabat 1:508-509).


Orang itu beramal besar, tetapi berangkat hanya untuk kehormatan kaumnya. Ia berangkat tidak dengan nama Allah. Amal besarnya hanya membawanya kepada kebinasaan di dunia dan akhirat. Tetapi suatu amal, sekalipun tampak kecil dan tidak luar biasa, akan membuahkan hasil yang abadi apabila dilakukan dengan nama Allah. Kisahkan oleh Nabi saw., kisah yang makruf di kalangan ahli hadis:


Dahulu ada tiga orang bepergian. Ketika malam datang, mereka masuk ke dalam gua. Tiba-tiba runtuhlah batu-batu bukit dan menutup pintu gua. Mereka berkata, "Tidak ada yang dapat menyelamatkan kalian dari batu ini kecuali doa kepada Allah dengan menyebutkan amal saleh kalian."


Seorang di antara mereka berkata, 'Ya Allah, dahulu aku mempunyai orangtua yang sudah renta. Aku selalu memberikan susu kepada mereka dengan tidak pernah mendahulukan keluar- gaku atau urusan kekayaanku. Pada suatu hari aku mencari kayu bakar. Aku belum pulang hingga mereka tertidur. Aku memerah susu untuk mereka, tetapi mendapati mereka sudah tidur. Aku tidak mau membangunkan mereka. Aku tidak mau juga mendahulukan keluargaku dan kekayaanku sebelum memberikan susu kepada keduanya. Begitulah, dengan pinggan susu di tanganku, aku menunggui keduanya bangun hingga terbit fajar. Anak-anakku kehausan di hadapanku. Kemudian, keduanya bangun dan minum susu mereka. Ya Allah, jika aku melakukan itu semua karena mengharap rida-Mu, lepaskanlah kami dari batu-batu ini. Pintu gua terbuka, tetapi tidak cukup lebar untuk keluar.


Yang kedua berkata, 'Ya Allah, pernah aku mencintai perempuan saudara misanku. Aku mencintainya lebih dari kecintaan laki-laki mana pun kepada perempuan. Aku menginginkan diri- nya, tetapi ia menolak. Ketika terjadi musim yang berat, ia datang kepadaku. Aku memberinya 120 dinar agar ia mau berduaan denganku. Itu ia sanggupi, sampai ketika aku hampir berhubungan dengannya, ia berkata: "Takutlah kepada Allah. Jangan rusak kehormatan kecuali dengan hak". Aku tinggalkan dia padahal ia orang yang sangat aku cintai. Aku tinggalkan juga uang yang sudah kuberikan. Ya Allah, jika semua ini aku lakukan karena mengha- rapkan rida-Mu, lepaskanlah kami dari kesulitan sekarang ini.“ Batu-batu itu terbuka lagi, tetapi tidak cukup untuk keluar.


Yang ketiga berkata, 'Ya Allah, aku pernah mempunyai banyak pegawai. Aku berikan upah mereka kecuali seorang di antara mereka. Ia pergi meninggalkan haknya. Aku perniagakan upahnya itu sehingga bertambah banyaklah hartanya. Dia datang lagi selang beberapa masa. Ia berkata, "Wahai hamba Allah, berikan upahku". Aku berkata, "Semua yang kamu lihat itu upahmu": unta, sapi, ternak, kambing, budak". Ia berkata, "Wahai hamba Allah, janganlah main-main". Aku berkata: "Aku tidak main-main". Ia mengambil haknya seluruhnya dan tidak meninggalkan sedikit pun. Ya Allah, jika semua ini aku lakukan karena mengharap rida-Mu, lepaskanlah kami dari tempat ini.' Terbukalah batu yang menutup dan mereka pun keluar dengan selamat." (Bukhari dan Muslim; lihat Riyadh al-Shalihin 8).


Mengurus orangtua, menghindari maksiat, dan mengelola upah buruh adalah hal-hal biasa, peristiwa sehari-hari. Tetapi, semuanya akan mendatangkan kemuliaan (bahasa Arab: karamat) apabila dilakukan dengan nama Allah. Membaca buku juga hal biasa. Tetapi supaya Anda mendapat karamat, bacalah buku ini (Menyesap Kearifan Al-Qur’an melalui Tafsir bil Ma’tsur) dengan nama Allah:


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم



***

KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari www.scmbandung.sch.id, SMP Plus Muthahhari www.smpplusmuthahhari.sch.id, SMP Bahtera www.smpbahtera.sch.id, dan SMA Plus Muthahhari www.smaplusmuthahhari.sch.id).

177 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page