Akhi
MENGAPA MENCINTAI RASULULLAH

Bagi orang Islam, menghormati Rasulullah adalah kewajiban utama. Kewajiban lainnya yaitu memuliakan Rasulullah. Di antara cara memuliakan beliau yaitu dengan membersihkan penisbahan yang tidak layak baginya. Itulah kewajiban kedua. Kewajiban ketiga yaitu membiasakan membaca shalawat dan salam bagi beliau. Mengapa saya mengatakan "membiasakan membaca shalawat"? Sebab, sering orang sangat sukar membaca shalawat, kecuali jika ia sudah membiasakan diri membacanya.
Sebagaimana kita ketahui, kalau orang mencintai seseorang, maka orang yang ia cintai sering ia sebut. Begitu Anda jatuh cinta kepada seseorang, Anda akan mulai sering menyebut namanya. Jadi, salah satu tanda cinta adalah menyebut nama orang yang dicintai. Dan menyebut namanya tentu saja akan berbeda dengan menyebut nama yang lain, karena ada getaran tertentu di dalamnya. Begitu juga kecintaan kita terhadap Rasulullah. Kita akan menyebut namanya berbeda dengan nama-nama lain.
Sehubungan dengan itu, tanda memuliakan Rasulullah yang selanjutnya adalah mencintainya (mahabbah). Menyebut nama merupakan ungkapan kecintaan. Karena shalawat adalah menyebut nama Rasulullah, maka shalawat adalah tanda kecintaan kepada Muhammad yang mulia.
Ada sebuah buku antropologi klasik yang mengisahkan kebiasaan berbagai bangsa di dunia dalam hubungannya dengan ilmu gaib. Sir James George Frazer, dalam The Golden Bough: A Study in Magic and Religion, membagi prinsip-prinsip magic menjadi dua macam. Pertama, ilmu gaib yang diperoleh dengan melakukan kontak atau hubungan dengan benda-benda yang terkait dengan orang yang menjadi sasaran atau sumber ilmu gaib itu. Misalnya, dalam suatu bangsa, kalau orang ingin "menjatuh-hatikan" seorang wanita, diambillah sesuatu yang pernah disentuh oleh wanita itu. Frazer menyebutnya Law of Contact. Ilmu gaibnya disebut Contaginus Magic.
Kedua, ilmu gaib yang berdasarkan hukum kesamaan, Law of Similarity. Ilmu gaibnya disebut Imitative Magic. Jika kita menginginkan sesuatu dengan kekuatan gaib, kita menggunakan sesuatu yang mirip dengan apa yang kita inginkan. Kalau dulu orang menginginkan datangnya angin, misalnya, ia melakukannya dengan bersiul. Bersiul itu sama dengan datangnya angin. Kebiasaan itu ternyata dilakukan hampir di seluruh bangsa di dunia, tetapi kita tidak mengetahui apakah itu benar-benar terjadi atau tidak.
Sekali lagi, saya tidak tahu persis apakah ada hubungan antara kekuatan gaib yang kita peroleh dari sentuhan benda dan sumber yang mempunyai kekuatan energi itu. Namun, kalau kita memerhatikan tradisi para sahabat dalam mengambil berkah dari apa saja yang pernah bersentuhan dengan Rasulullah, seakan-akan magic yang ada dan tersebar di seluruh dunia ini mempunyai pembenaran agama.
Dahulu sahabat sering mengambil sesuatu yang berasal dari Rasulullah atau sesuatu yang pernah disentuh oleh Rasulullah untuk mengambil berkah darinya. Misalnya, menyentuh mimbar yang pernah disentuh Rasulullah. Tanpa menghubungkan dengan hal-hal yang magic sekalipun, perbuatan-perbuatan seperti itu sesungguhnya lebih merupakan ungkapan kecintaan terhadap Rasulullah.
Setelah beberapa saat Rasulullah meninggal dunia, para sahabat mendatangi kuburan beliau dan mengambil tanah untuk diusapkan ke wajah mereka, karena mereka mengetahui bahwa tanah itu bersentuhan dengan tubuh Rasulullah yang mulia. Dari kecintaan itulah, mereka mengusapkan tanah itu; dan ini bukan termasuk kemusyrikan. Kalau banyak jamaah haji yang menjenguk kuburan Rasulullah dengan linangan air mata, ketahuilah bahwa itu timbul karena kecintaan mereka terhadap beliau; mereka tidak bermaksud menuhankan Rasulullah.
Kecintaan kita terhadap Nabi diperintahkan oleh Al- Quran dan hadis. Di antara ayat Al-Quran yang menganjurkan kecintaan terhadap Rasulullah ialah:
Katakanlah, "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugi annya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. " Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (QS Al-Taubah [9]: 24)
Jika kamu sekalian mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian. (QS Ali 'Imran [3]: 31)
Beberapa hadis juga ada yang menyebutkan kewajiban mencintai Rasulullah. Rasulullah bersabda, "Cintailah Allah atas nikmat-Nya kepada kamu semua. Cintailah aku karena kecintaanmu kepada Allah, dan cintailah keluargaku karena kecintaanmu kepadaku" (Shahih Al-Turmudzi 2: 308).
Hadis itu juga diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam Mustadrak Al-Shahihain dengan sanad yang sahih. Jalaluddin Al- Suyuthi memakai hadis ini untuk menerangkan ayat, Katakan oleh kamu (Muhammad), "Aku tidak meminta upah apa pun dari dakwahku kecuali kecintaan terhadap keluargaku" (QS Al-Syura [42]: 23). Al-Suyuthi mengatakan, hadis ini menunjukkan kewajiban kita untuk mencintai Allah karena nikmat-Nya dan menyuruh kita mencintai Rasulullah kalau kita benar-benar mencintai Allah. Rasulullah juga menyuruh kita mencintai keluarganya sebagai tanda kecintaan terhadap beliau.
Bahkan, dalam Al-Durr Al-Mantsûr, disebutkan bahwa dampak dan pengaruh mencintai Allah, Rasulullah, dan keluarganya, di antaranya ialah perasaan tenteram di dalam hati.
Ketika turun ayat, Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ketahuilah, dengan zikir kepada Allah, hati menjadi tenteram (QS Al-Ra'd [13]: 28), beberapa sahabat bertanya, "Siapakah yang tenteram karena zikir kepada Allah?" Rasulullah bersabda, "Orang- orang yang tenteram adalah orang yang mencintai Allah, mencintai Rasul-Nya, dan mencintai keluargaku dengan kecintaan yang tulus; bukan kecintaan yang dusta." (Al-Durr Al-Mantsûr 4: 642.)

Alhasil, mencintai Rasulullah adalah kewajiban; salah satu ungkapan kecintaan kepada beliau adalah mencintai keluarganya.
Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Ibn Asakir dan juga dimuat oleh Al-Muttaqi Al-Hindi dalam Kanz Al-Ummal 6: 218, 7: 103, Rasulullah berkata kepada Ali bin Abi Thalib, "Ya Ali, Islam itu telanjang, pakaiannya adalah takwa, aksesorinya adalah petunjuk, dan perhiasannya adalah rasa malu. Membaguskannya adalah sifat warak serta manifestasinya adalah amal saleh, dan asas Islam itu kecintaan kepadaku dan keluargaku."
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Al-Thabrani dalam Al-Kabir dan Al-Ausath, juga diriwayatkan dalam Kanz Al-'Ummâl 7: 212, Rasulullah bersabda, "Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya tentang empat hal. Pertama, dia akan ditanya tentang umurnya; untuk apa dia habiskan. Kedua, dia akan ditanya tentang jasadnya; pada apa dia rusakkan. Ketiga, dia akan ditanya tentang hartanya; untuk apa harta itu diinfakkan dan dari mana harta itu didapatkan. Keempat, dia juga akan di- tanya tentang kecintaannya kepada keluarga Rasulullah."
Dalam hadis di atas disertakan pertanyaan buat kita pada hari kiamat kelak tentang kecintaan kita kepada Nabi dan keluarganya. Begitu pentingnya kecintaan itu sampai- sampai Rasulullah, dalam hadis itu, memberikan petunjuk bagaimana mengajari anak-anak kita dan apa yang perlu diajarkan. "Didiklah anak-anakmu dengan tiga hal. Pertama, mencintai Nabinya. Kedua, mencintai keluarga Nabi. Ketiga, membaca Al-Quran karena pembaca Al-Quran akan dilindungi Allah pada suatu hari ketika tidak ada perlindungan kecuali perlindungan Dia, beserta Nabi dan orang pilihannya." (Kanz Al-'Ummâl 8: 278.)
Sekali lagi, mengapa kita perlu mencintai Rasulullah dan keluarganya? Pertama, karena kita akan digabungkan dengan orang yang kita cintai; seperti pernah dikatakan oleh Rasulullah ketika menjawab pertanyaan orang yang datang menemuinya, "Ya Rasulullah, aku mencintaimu." Rasulullah berkata, "Engkau akan beserta orang yang engkau cintai."
Pada riwayat lain dikisahkan, ada seorang imam shalat yang diprotes oleh makmumnya lantaran ia membaca Surah Al-Ikhlash pada setiap rakaat. Seorang makmum yang menemuinya bertanya, "Mengapa engkau selalu membaca surah itu?" la menjawab, "Kalau kamu tidak senang dengan saya, silakan mencari imam yang lain." Ketika Rasulullah datang ke masjid itu, mereka menceritakan hal tersebut. Rasulullah memanggil imam itu dan bertanya kepadanya, "Mengapa engkau hanya membaca surah itu?" Imam shalat menjawab, "Ya Rasulullah, saya senang betul dengan surah itu. Saya mencintainya." "Engkau akan beserta apa yang engkau cintai," kata Rasulullah.
Sungguh besar pengaruh kecintaan kita kepada sesuatu. Kalau kita mencintai sepak bola, misalnya, kita akan mencintai apa saja yang berhubungan dengan sepak bola. Kita akan menempel gambar pemain sepak bola di rumah kita, akan berlangganan surat kabar Bola, juga akan berusaha mengenal seluruh pemain sepak bola. Kalau pemain kesayangan kita bertanding dengan tim lain, seluruh emosi kita akan dibawa larut dalam pertandingan itu. Bahkan, Anda bisa bangun pada tengah malam lantaran akan ada pertandingan sepak bola.
Mengapa Rasulullah menyuruh kita untuk mencintai dengan tulus? Kalau mencintai dengan tulus, kita akan kecanduan seperti halnya orang yang mencintai sepak bola tersebut. Kita akan berperilaku seperti perilaku Rasulullah dan keluarganya. Bahkan, sesuatu yang berkenaan dengan Rasulullah akan memengaruhi emosi, perasaan, dan pikiran kita.
Pertanyaan kita selanjutnya adalah apakah kecintaan kita kepada Rasulullah lebih besar daripada kecintaan kita terhadap sepak bola atau hal-hal lainnya? Kita perlu bertanya seperti itu, karena mencintai Rasulullah dan keluarganya merupakan tonggak Islam. Ketahuilah, kalau seseorang membenci Rasulullah dan keluarganya, seluruh bangunan keagamaan akan runtuh. Kita akan sukar meniru perilaku Rasulullah kalau kita tidak mencintainya. JR Wa mā taufīqī illā billāh, 'alaihi tawakkaltu wa ilaihi unīb
Allâhumma shalli 'alâ Sayyiidina Muhammad wa Âli Sayyiidina Muhammad wa ajjil farajahum warzuqna fiddunya ziyâratahum wa fil âkhirati syafâ'atahum
***
KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari www.scmbandung.sch.id, SMP Plus Muthahhari www.smpplusmuthahhari.sch.id, SMP Bahtera www.smpbahtera.sch.id, dan SMA Plus Muthahhari www.smaplusmuthahhari.sch.id).