top of page
  • Writer's pictureAkhi

Mengapa Perlu Studi Kritis?


History. An account, mostly false,

of events, mostly unimportant,

which are brought about by rulers,

mostly knaves, and soldiers, mostly fools.

Ambrose Bierce (1842-1914)


Al-Zubayr bin Bakkar (wafat 256 H) dengan sanad yang bersambung pada Abd al-Rahman bin Yazid, ia berkata: Sulayman bin Abd Al-Malik menemui kami pada waktu haji tahun 82 H. Waktu itu ia adalah putra mahkota (yang akan menggantikan bapaknya Abd Al-Malik bin Marwan sebagai khalifah). Ia tiba di Madinah. Orang-orang menyambut kedatangannya, mengucapkan salam kepadanya. Ia berziarah ke tempat-tempat yang pernah disaksikan Nabi Saw; di tempat Nabi Saw salat; dan Uhud, tempat sahabat-sahabatnya gugur. Bergabung bersama dia, adalah Aban bin Utsman, Amr bin Utsman, dan Abu Bakr bin Abdillah. Mereka mengunjungi Masjid Kuba, Masjid Al-Fadhikh, tempat minumnya Ummu Ibrahim, dan Uhud. Di semua tempat itu, Sulayman meminta penjelasan dan mereka mengabarkan kepadanya apa yang pernah terjadi.


Kemudian ia memerintahkan Aban bin Utsman untuk menulis sirah (tarikh Nabi Saw) dan kisah-kisah perangnya. Kata Aban: Saya punya naskah itu, malah sudah di-tashih oleh orang yang saya percayai. Sulayman menyuruh sepuluh orang penulis untuk menuliskan naskah tarikh itu. Kemudian mereka menuliskannya pada kulit binatang atau perkamen. Setelah diserahkan kepadanya, Sulayman membacanya. Di situ disebut-sebut orang Anshar pada bai'at Aqabah yang pertama dan kedua; juga disebut orang Anshar di Badar. Kata Sulayman: Aku tidak pernah berpikir bahwa orang-orang Anshar itu punya keutamaan seperti ini. Mungkin keluargaku mengecilkan peranan mereka atau memang mereka tidak begitu. Aban bin Utsman berkata: Wahai Amir, apa yang mereka lakukan tidak menghalangi kami untuk mengatakan kebenaran. Mereka memang seperti yang kami terangkan dalam kitab kami ini. Sulayman berkata: Tidak, aku tidak merasa perlu menuliskan kitab ini sampai aku beritakan kepada Amirul Mukminin. Mungkin ia akan menentangnya. Sulayman memerintahkan buku itu untuk dibakar seraya berkata: Aku akan bertanya kepada Amirul Mukminin ketika aku kembali. Jika ia menyetujuinya, dengan mudah aku akan membuatnya kembali.


Sulayman kembali dan mengabarkan kepada ayahnya hal yang berkaitan dengan ucapan Aban. Abd Al-Malik berkata: Apa perlunya menyebarkan kitab yang tidak ada keutamaan kita di dalamnya? Apakah engkau ingin menyampaikan kepada penduduk Syam hal-hal yang justru kami inginkan untuk tidak mereka ketahui! Berkata Sulayman: Karena itu, ya Amirul Mukminin, aku telah perintahkan Aban membakar naskah yang aku minta, sampai aku mendengar pendapat Amirul Mukminin. Abd Al-Malik membenarkan pendapatnya."


Laporan Al-Zubayr bin Bakkar menunjukkan upaya awal dari kaum Muslimin untuk menuliskan tarikh Nabi Saw. Dengan melihat masa pemerintahan Abd Al-Malik, kita dapat memperkirakan Aban sudah menulis tarikh Nabi sejak tahun 82 Hijrah; hampir satu setengah abad sebelum Ibn Ishaq menulis Sirahnya. Kini para ahli historiografi Islam menganggap Sirah Ibn Ishaq sebagai buku tarikh tertua di dalam Islam. Pada abad pertama Hijrah, kita sudah melihat perhatian besar kaum Muslimin pada sejarah nabinya. Tetapi penulisan buku sejarah dan penyebarannya di tengah-tengah masyarakat, termasuk penulisan hadis, baru dimulai pada abad kedua Hijrah.


Mengapa? Seperti dalam kisah Al-Zubayr di atas, sejarah sering ditulis atau dilarang ditulis oleh para penguasa. Mereka senang sejarah yang mendukung kepentingan mereka. Mereka benci sejarah yang tidak menampilkan keutamaan mereka. Untuk bisa memerintah pada waktu kini, penguasa harus mengendalikan laporan tentang peristiwa masa lalu. Dengan mengendalikan masa kini, mereka ingin mengendalikan masa yang akan datang. Tuhan dapat menciptakan sejarah, tetapi Dia tidak pernah mengubah sejarah. Makhluk yang suka mengubah sejarah adalah para penguasa. Bagi mereka, sejarah adalah politik masa depan. "Who controls the present controls the past. Who controls the past controls the future," tulis Eric Blair, penulis Inggris yang lebih terkenal sebagai George Orwell (1903-1950).


Selama tiga puluh tahun pemerintahan Orde Baru, kepada kita diputarkan film Gestapu/PKI setiap tahun. Buku-buku sejarah kita menuliskan kekejaman dan kebiadaban PKI. Tidak pernah diceritakan oleh para ahli sejarah bahwa jutaan rakyat yang tidak bersalah difitnah, dipenjarakan, disiksa, dan dibunuh tanpa pengadilan. Ada banyak versi peristiwa Gestapu, tetapi hanya satu versi yang dibenarkan pemerintah. Siapa saja yang mencoba mengembangkan versi yang berbeda dengan versi penguasa harus mengalami nasib sama seperti orang-orang yang dituduh sebagai PKI. Sampai datanglah reformasi. Kita disentakkan oleh munculnya berbagai versi lainnya. Sejarah Indonesia berubah-ubah sesuai dengan perubahan pemerintahan. Sejarah Nederlands Indie yang ditulis Belanda tentu saja berbeda dengan sejarah yang ditulis oleh sejarahwan pada zaman Soekarno. Pada zaman Soeharto, sejarah Indonesia ditulis kembali; dan pada era reformasi ditulis ulang lagi. "History is always written wrong, and so always needs to be rewritten...," kata filusuf George Santayana. JR


***


KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari www.scmbandung.sch.id, SMP Plus Muthahhari www.smpplusmuthahhari.sch.id, SMP Bahtera www.smpbahtera.sch.id, dan SMA Plus Muthahhari www.smaplusmuthahhari.sch.id).

33 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page