top of page
  • Writer's pictureAkhi

Perwujudan Amal (2)


Wujud kita ditentukan oleh amal-amal kita. Jika kita selalu mengecoh, menipu, atau memperdayakan orang, wujud kita akan menjadi monyet. Jika kita hanya mengejar kenikmatan lahiriah--makan, minum dan seks--maka wujud kita yang hakiki adalah babi. Jika kita bekerja sebagai pemimpin-perusahaan negara, organisasi, atau apa saja-- lalu kita terbiasa merampas hak bawahan kita, menindas mereka, dan memperkaya diri di atas keringat dan darah mereka, wujud kita yang sebenarnya adalah anjing atau binatang buas lainnya.


Boleh jadi kita tampak sebagai manusia secara lahiriah. Muka kita mungkin ganteng atau cantik penampilan kita indah, tetapi tubuh kita hanyalah bungkus yang menutup diri kita yang sebenarnya. Kita dapat melihat wajah lahiriah kita dalam cermin. Kita hanya dapat melihat wujud kita yang hakiki pada hari-hari terakhir ketika nyawa kita sudah tersangkut di tenggorokan. Tuhan berfirman, Maka kami singkapkan dari kamu tirai kamu, dan pandanganmu tiba-tiba menjadi sangat tajam (QS Qaf [50]: 22). Ketika tubuh sudah ditanggalkan, persis seperti ketika pakaian kita dilepaskan, wujud kita yang asli muncul. Dan wujud itu dibentuk oleh amal-amal yang kita lakukan.


Para ulama menyebut perwujudan diri kita sebagai buah amal itu sebagai tajassum al-'amal dalam maknanya yang pertama. Makna kedua dari tajassum al-'amal dijelaskan dalam hadis-hadis Nabi berikut ini:


Qais bin Ashim meminta nasihat Rasulullah Saw. Beliau bersabda, "Hai Qais, pastilah kamu punya kawan yang dikuburkan bersama kamu, tapi dia hidup dan kamu dikuburkan bersamanya dan kau dalam keadaan mati. Jika ia mulia, ia akan memuliakan kamu. Jika ia keji, ia akan menyerahkan kamu. Ia tidak akan dihimpunkan kecuali bersamamu, tidak akan dibangkitkan kecuali bersamamu, dan kamu tidak akan ditanya kecuali tentangnya. Jadikanlah ia itu baik, sebab jika ia baik kamu akan merindukannya. Jika ia rusak, kamu akan ketakutan kepadanya. Ketahuilah ia itu perbuatanmu." (Bihar Al-Anwâr 71: 64)


Pada suatu hari, ketika Nabi Saw. duduk di samping 'A'isyah, seorang Yahudi lewat. Ia mengejek Nabi dengan memplesetkan ucapan salam: "Sám 'alaikum, artinya, matilah kamu." Nabi menjawab: "Wa'alaikum. Juga bagimu." Lewat lagi Yahudi yang kedua mengucapkan hal yang sama. Nabi juga memberikan jawaban yang sama. Kejadian ini berulang sampai tiga kali. 'A'isyah tidak tahan. Dia menghardik Yahudi itu, "Hai anak-anak monyet dan babi!" 'Aisyah tidak salah jika merujuk pada QS Al-Ma'idah ayat 60: Dia jadikan sebagian mereka monyet dan babi.


Air muka Nabi berubah: "Hai Aisyah, mengapa kaumaki mereka?" 'A'isyah menjawab: "Mereka bersekongkol, ya Rasul Allah. Giliran seorang demi seorang lewat hanya untuk mengucapkan, matilah kamu." Rasulullah Saw. bersabda: "Bukankah aku sudah jawab mereka dengan ucapan, juga bagimu. Tidakkah kamu ketahui bahwa ucapan kita dan amal kita itu akan berwujud menjadi makhluk? Makian yang kita ucapkan akan menjadi makhluk yang mengerikan dan dibangkitkan bersama manusia pada hari kiamat." (Mazhahiri, Jihad Al-Nafs: 116)


Dalam hadis yang lain, amal itu tidak saja muncul pada hari akhirat, tetapi juga ketika manusia masuk ke alam kubur: Apabila seorang hamba yang Mukmin masuk ke dalam kubur, kuburan itu berkata, "Selamat datang. Demi Allah, sungguh aku dulu sangat mencintaimu ketika engkau berjalan di atas punggungku. Apatah lagi ketika engkau memasuki perutku. Sebentar lagi kamu akan menyaksikannya." Lalu dibukakan kepadanya kuburan itu seluas pandangan mata. Dibukakan baginya pintu untuk melihat surga. Setelah itu keluarlah orang yang belum pernah matanya menyaksikan yang lebih indah daripada ia. la berkata, "Hai hamba Allah, belum pernah aku melihat yang lebih indah daripada kamu." Orang itu menjawab, "Aku adalah pikiranmu yang indah yang engkau pernah miliki dan amalmu yang saleh yang pernah engkau lakukan." Lalu ruhnya diambil dan diletakkan di surga di tempat ia menyaksikan rumahnya. Kemudian dikatakan kepadanya, "Tidurlah dengan tenteram." Tidak henti-hentinya embusan surga mengenai tubuhnya yang ia rasakan kenikmatan dan keharumannya sampai dia dibangkitkan.


Jika seorang kafir masuk ke dalam kubur, kuburan itu berkata, "Tak ada selamat datang bagimu. Demi Allah, dahulu aku membencimu ketika kau berjalan di punggungku. Apatah lagi ketika kamu masuk ke dalam perutku. Sebentar lagi kamu akan menyaksikannya." Lalu kuburan itu mengimpitnya dan menjadikannya pecah berderai. Kemudian dikembalikan lagi pada keadaannya semula dan dibukakan baginya pintu ke arah neraka sehingga ia menyaksikan tempatnya di neraka. Kemudian keluarlah dari pintu itu seseorang yang paling jelek yang pernah ia lihat. la bertanya, "Hai hamba Allah, siapakah kamu? Aku tidak pernah melihat muka yang lebih buruk daripada muka kamu." la menjawab, "Aku adalah amal buruk yang kamu lakukan dan pikiranmu yang buruk." Kemudian diambil ruhnya dan diletakkan di satu tempat ketika ia melihat tempatnya di neraka dan tidak henti-hentinya diembuskan dari neraka embusan yang menjilati tubuhnya, dan ia merasakan kepedihan dan panasnya sampai hari dibangkitkan. Allah memerintahkan 99 ular yang mengembus-embus ruhnya. Sekiranya satu embusan saja diembuskan di atas punggung bumi, tidak ada satu tumbuhan pun yang hidup. (Furu' Al-Kafi, 3:11)


Tentu saja sebagaimana amal buruk menjadi makhluk buruk dan menakutkan, maka amal-amal baik akan menjadi makhluk yang indah dan membahagiakan. Kita akan menyaksikan amal-amal kita dihadirkan di depan kita. Tuhan berfirman, Apa saja yang sudah kamu lakukan buat dirimu berupa kebaikan akan kamu dapatkan di sisi Allah. Sesungguhnya Allah melihat apa yang kamu lakukan (QS AlBaqarah [2]: 110); Dan mereka dapatkan apa yang mereka lakukan hadir di depan mereka (QS Al-Kahfi [18]:48); Pada hari setiap orang mendapatkan kebaikan yang dilakukannya dihadirkan di hadapannya dan juga keburukan yang dilakukannya; yang ia inginkan sekiranya antara doa dan keburukan itu ada jarak yang jauh (QS Ali 'Imrån [3]: 30); Barang siapa melakukan kebaikan walaupun sebesar zarah, dia akan melihatnya. Barang siapa melakukan keburukan walaupun sebesar zarah, dia juga akan melihatnya (QS Al-Zalzalah [99]: 7-8).


Hadis selanjutnya sangat menyentuh. Nanti pada hari kebangkitan ketika seorang Mukmin dibangkitkan. Di hadapan dia dibangkitkan juga seseorang. Setiap kali Mukmin itu menyaksikan malapetaka hari akhirat, kawannya berkata, "Jangan cemas, jangan berduka. Gembirakanlah dirimu dengan kebahagiaan dan kemuliaan yang telah Allah siapkan bagimu." Dengan bimbingan orang itu, si Mukmin dihadapkan ke pengadilan Tuhan dan diperiksa dengan sangat enteng. Ia juga diantarkan orang itu ke surga. Berkatalah si Mukmin kepadanya, "Semoga Allah menyayangimu. Alangkah baiknya engkau dibangkitkan bersamaku. Tidak henti-hentinya engkau menggembirakan dan membahagiakanku. Siapakah kamu?" Orang baik itu menjawab, "Akulah kebahagiaan yang pernah kamu masukkan kepada hati Mukmin saudaramu di dunia. Allah menciptakan kebahagiaan yang kaumasukkan itu menjadi diriku sekarang ini untuk membahagiakanmu."



KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari www.scmbandung.sch.id, SMP Plus Muthahhari www.smpplusmuthahhari.sch.id, SMP Bahtera www.smpbahtera.sch.id, dan SMA Plus Muthahhari www.smaplusmuthahhari.sch.id).



54 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page