Akhi
Pesan Tuhan di dalam DNA : Mensyukuri Musibah (2)
ADA sebuah buku berjudul The Divine Message of the DNA karya Kazuo Murakami. Ada yang menarik dalam buku itu, yaitu penelitian yang akan menjawab pertanyaan dalam tulisan ini: mengapa kita harus mensyukuri musibah? Sebab, musibah adalah suatu keniscayaan yang tak bisa dihindari dalam kehidupan manusia. Namun, musibah itu akan membawa derita atau justru bahagia, tergantung bagaimana sikap orang yang menerima musibah itu.
Dalam karya orang Jepang itu tersirat pesan-pesan Tuhan di dalam DNA.
Dalam tubuh kita, struktur kehidupan yang paling dasar adalah gen. Ia ibarat microchip yang memprogram seluruh anggota tubuh. Rambut hitam, rambut putih, menjadi pembenci atau pecinta dan sebagainya, semua sudah terekam dalam struktur genetik. Kita tertawa atau berduka, semua di gerakkan oleh gen-gen kita. Dan, struktur kode genetik kita merupakan kombinasi dari struktur sel neuron yang terdiri lebih dari tiga miliar gen.
Sederhananya, ada tiga miliar gen yang menentukan tingkah laku dan perubahan fisik kita; ada gen yang menentukan warna rambut, gen yang menentukan cara berpikir, gen yang memengaruhi perasaan dan indra perasa, gen yang memengaruhi saraf mata. Semua aktivitas yang terjadi merupakan instruksi dari gen-gen kita. Nah, dari tiga miliar itu, hanya lima sampai sepuluh persen gen saja yang aktif, yang memberi instruksi pada aktivitas tubuh, pola pikir, dan sebagainya. Dan, sisanya, yang sembilan puluh persen itu tidak aktif, masih menjadi potensi yang pada masanya akan bereaksi. Seperti anak-anak remaja putri yang mengalami menstruasi saat memasuki usia tertentu, atau remaja putra yang suaranya mulai membesar. Semua itu karena gen-gen dalam struktur tubuh mereka telah aktif. Dan, memasuki usia-usia senja, pada wanita, gen-gen itu akan kembali non aktif, tak lagi menstruasi atau dikenal dengan menopause. Ibu-ibu yang sudah menopause lalu mendatangi dokter, “Dok, tolong saya dikasihi injeksi hormonal." Bahasa mudahnya, diaktifkan kembali hormonnya.
Jadi, kita mungkin punya “tombol” untuk mengaktifkan dan me-non-aktifkan gen-gen. Salah satu yang memengaruhi atau merangsang gen-gen yang tak aktif menjadi aktif adalah lingkungan. Baik dan buruk lingkungan akan, merangsang gen-gen non-aktif itu menjadi aktif lalu memberikan instruksi baik atau buruk pada perilaku.
Memberi dan selalu mengungkapkan rasa terima kasih serta rasa syukur juga dapat mengaktifkan gen-gen positif dalam tubuh. Sebab, semua itu lahir dari kebahagiaan. Kebahagiaan itulah tombol yang mengaktifkan gen-gen positif tersebut.
SAMPAI sekarang, kanker masih menjadi penyakit yang misterius. Terlalu banyak hal yang dinisbahkan menjadi sebab-sebab penyakit itu, rokok salah satunya. Tapi, tak semua perokok kemudian menjadi penderita kanker atau tak sedikit penderita kanker yang bukan perokok. Ada juga penyakit kanker yang tiba-tiba menghilang dari tubuh penderitanya. Semua itu masih menjadi misteri dalam dunia kedokteran, meski ada sementara jawaban statistik penyebab penyakit kanker, semisal sodium glutamate, udara yang berpolusi, unsur logam yang berlebihan dalam darah, dan stres.
Soal stres itu, ada penelitian tentang manakah yang lebih berdampak menyebabkan kanker, antara merokok dan perceraian. Hasilnya adalah ternyata satu kali perceraian lebih cepat menyebabkan kanker dibanding dengan merokok dua puluh batang perhari. Tentu saja bukan perceraiannya yang menyebabkan kanker, melainkan stres yang muncul akibat perceraian itu. Nah, jika stres lebih cepat menyebabkan kanker maka sebaliknya, kebahagiaan (tidak stres) bisa menghilangkan sel-sel kanker.
***
KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari www.scmbandung.sch.id, SMP Plus Muthahhari www.smpplusmuthahhari.sch.id, SMP Bahtera www.smpbahtera.sch.id, dan SMA Plus Muthahhari www.smaplusmuthahhari.sch.id).