top of page
  • Writer's pictureAkhi

Pilih Bahagia Supaya Cerdas Dan Baik!


Elevation termasuk sekelompok emosi yang seringkali lolos dari perhatian para peneliti psikologi – emosi moral. Ada emosi moral negatif seperti marah, malu, merasa bersalah; dan ada emosi moral positif seperti takjub, bersyukur, kagum. Emosi moral negatif merupakan unsur yang membentuk penderitaan; dan emosi moral positif adalah bagian utama dari kebahagiaan. Jonathan Haidt menjelaskan emosi ini:


Emosi biasanya dianggap sebagai alat untuk memo nitor kepentingan diri. Emosi memaksa pikiran dan tubuh kita untuk memperhatikan apa yang baik untuk diri kita. Tetapi ada satu kenyataan tentang tabiat manusia yang mengherankan, indah, dan kurang diteliti, ketika kita sangat terharu melihat seorang yang asing melakukan kebaikan kepada orang yang asing lainnya.


Saya sudah mempelajari respons emosional ini selama beberapa tahun belakangan ini. Saya menemukan cukup kesamaan pada cara orang. memperbincangkannya, sehingga saya menamainya elevation Elevation mempunyai hampir semua ciri emosi dasar: Ada kondisi yang melahirkannya (tindakan keindahan moral), efek fisiologisnya (seperti perasaan di dalam dada yang mungkin melibatkan syaraf vagus, yang memberikan perasaan hangat, terbuka, dan menyenangkan), dan kecenderungan tindakan (keinginan untuk menjadi orang yang lebih baik untuk bisa lebih penyayang. atau mau menolong orang lain).


Elevation bisa dianggap sebagai lawan kemuakan sosial (social disgust). Elevation memang hampir sulit diungkapkan dalam air muka yang tertentu (mungkin karena itulah selama ini tidak dipelajari), dan tidak terpisah tegas seperti emosi negatif (sering kali tumpang tindih dengan kekaguman, cinta, dan rasa terima kasih). Jadi elevation lebih sulit diteliti daripada emosi seperti marah dan takut. Tetapi emosi ini dapat diteliti


Penelitian emosi positif seperti elevation, kekaguman, dan rasa terima kasih adalah bidang yang sangat penting untuk diperhatikan psikologi positif dalam membentuk kembali dan menerangi gambaran tabiat manusia.


Menurut Haidt, elevation mendorong orang mendekati orang lain; sebagaimana rasa takut menyebabkan orang menjauhi orang lain. Elevation timbul karena orang yang tulus kepada orang lainnya. yang menyebabkan orang melakukan melihat perhatian Inilah emosi tindakan altruis (dari bahasa latin alter = orang lain; lawan dari egois, dari kata ego aku).


Menurut Fredrickson, bukan hanya elevation yang mendekatkan kita dengan orang lain. Semua emosi positif begitu. Ia mengembangkan teori broaden and build, memperluas dan membangun: Emosi positif memperluas pikiran dan tindakan serta membangun sumberdaya personal. Emosi negatif mempersempitnya.


Saya paling tidak suka menjelaskan teori ilmiah dengan istilah-istilah teknis. Ketika membaca paragraf di atas, jangan merasa bodoh kalau Anda tidak mengerti. Saya juga tidak. Saya senang dengan contoh yang diberikan Fredrickson. Ketika Anda marah, Anda punya pilihan yang sedikit untuk berpikir atau bertindak; misalnya, lari, menyerang, atau mengusir. Pilihan itu sedikit karena ketika marah, kita harus segera mengambil tindakan darurat. Ketika saya diserang fitnah yang keji, saya memilih keputusan yang cepat - membalas dendam, atau menghindar. Tidak banyak pilihan.


Hari itu, saya pulang dengan setumpuk emosi negatif marah, jengkel, kecewa (sejenis semua sih), sakit hati, sedih, merasa terhina dan sebagainya. Ketika saya berkumpul bersama keluarga, pikiran saya masih berpusat pada membalas dendam. Saya tidak bisa. membayangkan tindakan lainnya. Salah seorang anak saya, mungkin dalam keadaan ceria karena pengalaman indah sebelumnya, berkata enteng, menasihati saya, "Living well is the best revenge!", katanya. Hidup bahagia itu adalah tindakan balas dendam yang baik. Untuk hidup bahagia terbuka berbagai pilihan. Saya mulai memikirkan berbagai rencana, yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan. Inilah yang disebut broadening hypothesis.


Berbagai penelitian menunjukkan bahwa orang yang bahagia berpikir fleksibel dan inklusif, kreatif dan reseptif. Jadi, misalnya, Anda menciptakan emosi positif -dengan membuat humor- di tengah-tengah rapat penting. Lalu keriangan menyebar di antara para peserta rapat. Segera Anda akan melihat kawan Anda yang ngotot mulai mengalah dan mau mendengarkan pendapat yang lain. Wawasan mereka menjadi luas. Keputusan yang dihasilkan juga berkualitas baik. Keriangan memperluas kemampuan berpikir dan bertindak kita.


Mungkin karena bersikap terbuka, orang yang bahagia bersedia menerima kritik tanpa merasa tersinggung. la juga mampu memecahkan persoalan dengan santai. Bandingkan dengan orang yang menderita. la bersikap dogmatis, mudah tersinggung, sukar mendengarkan (dan sibuk mengoceh), serta agresif. Emosi negatif memang menyempitkan.


Ketika saya sedang dipenuhi emosi negatif - seperti marah dan sedih - saya menghabiskan energi saya. Pikiran dan tindakan saya diarahkan pada membalas dendam. Saya kelelahan. Tetapi ketika saya sedang bahagia, saya membangun sumberdaya intelektual, fisik dan sosial. Inilah building hypothesis.


Ketika Anda bahagia Anda membangun sumber daya intelektual dengan berpikir lebih kreatif, toleran dengan perbedaan, terbuka pada ide-ide baru, dan belajar lebih efektif. Masukkan keriangan (fun) di ruangan kelas, dan anak-anak akan cepat mengerti, mudah mengingat, dan lancar. berkreasi. Learning must be fun, kata para pendidik mutakhir. Sambil mengingat lagi teori humor, kita menyaksikan bahwa guru yang banyak membuat humor, dan membuat suasana belajar ceria, adalah guru yang paling berhasil mencerdaskan murid-muridnya.


Ketika Anda bahagia, Anda juga membangun sumber daya fisik Anda. Ketika Anda bahagia, Anda mengembangkan fisik yang sehat dan kuat. Seperti humor, kebahagiaan memperkuat sistem kekebalan tubuh, meningkatkan kebugaran jasmani, dan menghilangkan pengaruh buruk emosi negatif. Yang terakhir ini disebut Fredrickson sebagai undoing hypothesis.


Fredrickson mengumpulkan orang untuk menonton film yang menimbulkan rasa takut dan cemas. Detak jantungnya diukur. Setelah itu mereka menonton film yang menghibur. Detak jantungnya diukur lagi. Ternyata emosi positif, yang timbul karena merasa terhibur, mempercepat pemulihan jantung pada kondisi awal sebelum dirangsang emosi negatif, atau istilah teknisnya faster cardiovascular recovery from arousal.


Kembali pada emosi negatif. Emosi negatif membatasi pikiran dan tindakan. Ketika kita marah, kita memusatkan perhatian pada membalas dendam, pada menyerang balik saja. Ketika kita cemas atau takut, kita terus menerus berpikir tentang cara-cara menghindar atau melarikan diri. Ketika kita sedih, pikiran kita terserap habis untuk apa-apa yang menyedihkan kita. Bagaimana supaya pikiran kita terbuka, tidak terpojok hanya pada pikiran sempit? Carilah hiburan atau berbuatlah sesuatu yang membuat hati kita bahagia. Emosi positif akan membuka kembali pintu pikiran dan tindakan kita lebih lebar. Inilah undoing hypothesis, sekali lagi.


Kebahagiaan juga membuka dan membangun sumber daya sosial Anda. Ketika Anda bahagia, Anda tertarik untuk berbagi kebahagiaan dengan orang-orang di sekitar Anda. Anda menjadi ramah dan baik hati. Banyak penelitian menunjukkan bahwa orang yang bahagia umumnya hangat dalam pergaulan, menyayangi dan disayangi, mempercayai dan dipercayai, menyukai dan disukai. Sebaliknya, orang menderita cenderung untuk mengasingkan diri, menghindari pergaulan, kaku, sukar dipercaya dan sukar mempercayai.


Konon menurut cerita Kristiani, jika St Francis datang pada satu tempat, segala jenis binatang berkumpul mengitarinya. Itu karena jiwa St Franscis dipenuhi kedamaian dan kebahagiaan. Sebaliknya, jika Anda menderita stres berat, segala macam binatang akan menghindarinya. Tampaknya, kalau kamu lagi bete, anakku, nyamuk pun tidak akan menggigit kamu!


Sampai sekarang, jika saya datang ke rumah orang yang memelihara kucing, saya selalu digelendoti kucing. Orangtua mengatakan bahwa kucing hanya senang menggelendoti orang-orang yang dermawan. Saya senang mendengar cerita itu. Saya merasa terpuji. Tetapi belakangan saya pikir kucing mendekati saya karena saya bahagia. Saya lebih bangga lagi karena saya merasa menjadi St Francis.


Belakangan para peneliti psikologi menunjukkan bahwa dalam keadaan bahagia orang-orang juga lebih penyayang, lebih senang membantu, lebih dermawan ketimbang orang yang menderita. "Sebelum aku melihat data penelitian, aku pikir orang-orang yang tidak bahagia - yang merasakan penderitaan yang mereka kenal- akan lebih altruistik tulis Martin Seligman, mantan Presiden American Psychological Association. "Jadi, aku tercengang ketika penemuan tentang mood dan menolong orang lain tanpa kecuali memperlihatkan bahwa orang bahagia. lebih cenderung memperlihatkan perilaku menolong itu. Di laboratorioum, anak-anak dan orang dewasa yang dibikin bahagia menunjukkan lebih banyak empati, lebih bersedia menyumbang lebih banyak uang pada mereka yang membutuhkan. Ketika kita bahagia, kita kurang terfokus pada diri sendiri, kita lebih menyenangi orang lain, kita ingin berbagi keberuntungan kita bahkan dengan orang asing sekalipun"


Robert Browning menyimpulkan penelitian di atas ketika ia berkata, "Oh, make us happy and you make us good". Walhasil, kebahagiaan membuat orang berakhlak mulia. Emosi positif melahirkan karakter positif. Orang bahagia senang menolong orang lain. Bagaimana kalau dibalik, apakah dengan kenyataan ini mengundang kenyataan yang sebaliknya: Ternyata karakter positif melahirkan emosi positif. Maksudnya, kalau saat ini Anda dirundung penderitaan berbuatlah baik. Anda akan berbahagia.


Dr. Dan Baker, Direktur Program Peningkatan Kehidupan, menulis tentang keajaiban hubungan antara kebahagiaan dengan perbuatan baik kepada orang lain (altruisme):


Altruisme telah disebut sebagai paradoks besar: jika Anda memberikan sesuatu kepada seseorang, Andalah yang merasa paling bahagia. Memberi adalah menerima.


Penelitian menunjukkan bahwa orang bahagia bersikap altruistik. Dan orang altruistik berbahagia. Tetapi tidak ada peneliti yang dapat menentukan. sifat mana yang datang lebih dahulu. Altruisme dan kebahagiaan berkaitan satu sama lain.


Aku tahu Anda pernah mengalaminya. Menjelang hari raya, manakah yang Anda tunggu dengan kesenangan yang lebih besar-hadiah yang akan Anda terima atau hadiah yang akan Anda berikan?


Memberi adalah bentuk apresiasi yang paling murni. Inilah apresiasi dalam tindakan. Bukan filsafat, tetapi pengalaman.


Pengalaman memberi membawa Anda keluar diri Anda. Dan menjauhkan Anda dari masalah Anda, ketakutan Anda, dan kesibukan Anda untuk memikirkan diri sendiri. Selama melakukan tindakan altruisme, Anda tidak mencemaskan lagi keuangan Anda, atau kesehatan Anda, atau apa saja.


Sebagian psikolog menyatakan - aku kira secara sinis-bahwa altruisme didasarkan kepada hubungan timbal-balik: Anda bantu aku, dan aku akan bantu Anda. Tetapi penjelasan itu mengaburkan yang sudah jelas: melakukan yang baik membuat kita merasa baik, dengan sendirinya. Berbuat baik membangkitkan cinta dan mengikat kita dengan orang lain. Ketika ikatan ini terbentuk, kita bukan saja merasa lebih baik pada orang yang kita tolong, tetapi juga semua orang pada umumnya. Apapun rasa tidak percaya yang ada pada diri kita tentang umat manusia menjadi kurang. Kita kurang takut lagi.


Ketika cinta bertambah, takut berkurang. Bahkan cintamu pada dirimu bertambah. Sebagian karena Anda lebih menyenangi diri Anda dan sebagian lagi karena Anda memiliki lebih banyak limpahan cinta.


Dalam satu eksperimen tentang altruisme di The Harvard Medical School, peneliti memutarkan film dokumenter tentang Bunda Teresa untuk menimbulkan perasaan altruisme. Peneliti kemudian mengukur salah satu komponen sistem imun subjek (immunoglobulin A) yang berkurang karena kecemasan. Tingkat IgA naik. Jadi altruisme mengatasi rasa takut.


Karena altruisme adalah bentuk apresiasi paling murni, ia mendorong Anda untuk mencintai orang walaupun orang itu tidak mencintai Anda. Ketika aku masih muda, aku pernah mengeluh pada ibuku. bahwa perempuan yang aku cintai setengah mati tidak merasakan kecintaannya kepadaku seperti kecintaanku kepadanya. Aku selalu ingat apa yang ia katakan: kata ibuku, "tidak ada dua orang yang saling mencinta pada tingkat yang sama-dan siapa saja yang paling mencinta, itulah yang paling bahagia."


En toch, Anda tidak akan mampu benar-benar merasakan kecintaan orang kepada Anda. Cinta itu pengalaman mereka, bukan pengalaman Anda. Anda hanya dapat merasakannya jika Anda mencintainya. Perasaan itu milik Anda. Itulah perasaan terbaik di dunia ini, dan itulah satu-satunya perasaan yang selalu dapat mengalahkan rasa takut Anda, and makes you happy!


Mungkin karena itulah semua agama menganjurkan kita berbuat baik - menolong, berkhidmat pada, dan membahagiakan orang lain karena agama ingin membawa Anda pada kebahagiaan. "Serta berbuatlah kebaikan supaya kamu berbahagia", firman Tuhan dalam Al-Quran (22:73). Lihat lagi Bab 1 untuk agama-agama yang lain. Di sini saya kutipkan kepada Anda Kitab Dhammapada, 5. Silavagga, tentang kebajikan:


43. Puññam eva so sikkheyya

ayataggam sukhundrayam

danañca samacariyafica

mettacittańca bhavaye.

Train yourself in doing good

that lasts and brings happiness.

Cultivate generosity the life of peace,

and a mind of boundless love.



KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari www.scmbandung.sch.id, SMP Plus Muthahhari www.smpplusmuthahhari.sch.id, SMP Bahtera www.smpbahtera.sch.id, dan SMA Plus Muthahhari www.smaplusmuthahhari.sch.id).

16 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page