top of page
  • Writer's pictureAkhi

PINTU-PINTU MASUK SETAN


Aku titipkan kepada Allah-Yang Mahaagung, Yang Mahatinggi, Yang Mahamulia agamaku, diriku, keluargaku, kekayaanku, anak-anakku, dan seluruh saudaraku yang beriman, semua yang telah dianugerahkan kepadaku, serta semua urusan yang menjadi tanggunganku. Aku titipkan kepada Allah-Yang Sangat Ditakuti dan Yang bergetar karena kebesaran-Nya segala sesuatu agamaku, diriku, keluargaku, kekayaanku, anak-anakku, dan seluruh saudaraku yang beriman, semua yang telah dianugerahkan Tuhanku kepadaku, serta semua urusan yang menjadi tanggunganku.


Kita juga meminta perlindungan kepada Allah dengan nama-Nya. Karena dengan nama-Nya, takkan ada yang memudaratkan sesuatu pun, baik di bumi maupun di langit. Dia-lah yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Allah, Allah, Tuhanku yang Hak. Aku tidak menyekutukan Dia dengan sesuatu pun. Allah Mahabesar Mahaagung, Mahamulia dari apa pun yang aku takuti. Mahaagung kemuliaan- Mu, Mahamulia pujian-Mu, tidak ada Tuhan selain-Mu. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan semua setan yang melanggar batas, dari kejahatan semua tiran yang kejam, dari kejahatan ketentuan yang buruk, dari kejahatan segala makhluk yang Engkau pegang ubun- ubunnya. Sesungguhnya Engkau pada jalan yang lurus. Dan engkau menjaga segala sesuatu.


Dalam bahasa Arab, "memegang ubun-ubun" itu berarti mengendalikan makhluk. Dalam doa shalat sunnah, misalnya, ada yang berbunyi: "Wa khudz ila al-khair bi nashiyati. Allahumma inni dha'if. faqawwi firidhahu dha'fi.Wa khudz ila al-khair bi nashiyati; Ya Allah, saya ini lemah; kuatkanlah kelemahan saya di tempat yang Engkau ridhai. Dan ambillah ubun-ubunku untuk melakukan kebaikan."


Sumber Penyakit Hati

Saya mengulas doa ini sambil mempelajari makna doa yang kita sebutkan. Lebih khusus lagi saya ingin membahas doa: "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan diriku, dari kejahatan semua penguasa yang zalim, dari kejahatan semua yang melanggar batas." Doa ini ada hubungannya dengan pembicaraan tentang penyakit- penyakit hati. Menurut Islam, salah satu sumber penyakit hati adalah setan. Setan adalah penyebar penyakit. Dalam epidemiologi (ilmu penyebaran penyakit), ada zat-zat atau makhluk-makhluk yang menjadi pengantar penyakit, misalnya udara, ludah, dan binatang.


Setan adalah pengantar penyakit-penyakit hati. Kita disuruh untuk berlindung dari setan yang suka mengantarkan berbagai penyakit hati itu. Namun, tidak semua orang yang menghirup udara yang mengantarkan penyakit, misalnya, akan langsung menderita penyakit. Walaupun penyakit itu diantarkan, ia tidak masuk ke tubuh orang-orang itu. Dalam tubuh kita sebenarnya terdapat banyak virus, juga bakteri. Kita sebetulnya sebuah ekologi, sebuah ekosistem, sebuah masyarakat bakteri. Meskipun demikian, tidak semua bakteri menimbulkan penyakit. Banyak mikro-organisme yang bersahabat dengan kita. Misalnya, sel telur membantu kita untuk menolak penyakit. Ada juga yang disebut antibodi.


Setan-setan yang mengantarkan penyakit-penyakit itu pun tidak selamanya bisa masuk ke dalam hati kita. Setan hanya bisa masuk ke dalam hati kita melalui apa yang oleh Imam Al-Ghazali disebut madkhal (pintu masuk). Kalau kita memiliki pintu itu, insya Allah, setan akan mudah memasukkan penyakit-penyakit ke dalam hati kita. Pintu-pintu masuk itu pada dasarnya adalah penyakit juga. Jadi, pintu masuk itu adalah penyakit yang mengantarkan penyakit. Sakit fisik juga bisa mengakibatkan lahirnya penyakit-penyakit fisik yang lain. Dalam bahasa lain, kita menyebutnya komplikasi.


Yang disebut madkhal adalah penyakit-penyakit yang sudah ada dalam hati kita, yang kemudian mengundang setan untuk masuk ke dalamnya lalu memasukkan penyakit-penyakit lainnya hingga parah. Itulah yang dimaksud oleh ayat Al-Quran: Fi qulubihim maradh; Dalam hati mereka ada penyakit" (QS Al- Baqarah [2]: 10). Kemudian penyakit itu mengundang penyakit yang lain: "Fazadahumullah maradhan; Lalu Allah menambahkan penyakit pada mereka."


Marilah kita ikuti uraian Al-Ghazali dalam Ihya Ulum Al-Din tentang 'aja'ib al-qalb (keajaiban-keajaiban hati). Dalam uraian ini, Al-Ghazali bercerita tentang pintu-pintu masuk setan ke dalam hati manusia. Saya kutip dari Al-Ghazali: "Di antara pintu-pintu setan yang sangat besar untuk bisa mengundang penyakit itu adalah al-hirsh (ambisi atau keinginan yang sangat rakus) dan hasad (kedengkian). Kalau seorang hamba sudah menginginkan sesuatu dengan sangat, keinginannya itu akan membuatnya buta dan tuli. Rasulullah Saw bersabda, "Kalau engkau sudah mencintai sesuatu, kecintaanmu kepadanya akan menyebabkan kamu menjadi buta dan tuli."


Jadi, yang pertama kali bisa mengundang penyakit-penyakit hati yang lain sehingga menyebabkan setan bisa masuk ke dalamnya adalah keinginan yang berlebih-lebihan. Kalau kita memiliki keinginan yang rakus, untuk meraihnya kita akan melakukan apa saja. Kita menjadi buta. Dalam diri kita mulai tumbuh berbagai penyakit hati. Salah satu penyakit hati itu adalah hasad, dengki. Kita akan iri hati melihat orang lain mencapai keinginannya, sementara kita tidak bisa mencapainya. Lalu, karena kita bersaing, maka ada perasaan dendam kepada orang lain yang bertarung dengan kita. Munculnya perasaan dendam itu bersumber dari keinginan yang amat sangat itu. Nabi Muhammad Saw pernah bersabda, "Akan datang suatu zaman ketika seorang suami celaka karena istrinya," Lalu ditanyakan, "Bagaimana ia celaka karena istrinya?" Beliau menjawab, "Istrinya menuntutnya dengan tuntutan-tuntutan yang tidak bisa dipenuhi oleh suaminya." Artinya, istrinya itu mengajukan keinginan-keinginan yang suaminya tidak sanggup memikulnya. Akibatnya, si suami memasuki beberapa pintu untuk mencari rezeki dengan cara apa pun, bahkan yang haram. Di situlah ia celaka. Istri seperti ini bisa menjadi pengantar setan juga. Dari sini akan muncul penyakit hasud. Misalnya, si istri melihat tetangganya telah memiliki TV model baru, sementara TV-nya sudah ketinggalan zaman. Jadi, setan paling mudah memasuki hati manusia melalui keinginan.


Saya ingin membacakan sebuah riwayat. Ketika Nabi Nuh as menaiki perahu, dan ke dalam perahu itu berbagai makhluk masuk secara berpasang-pasangan, tiba-tiba beliau melihat seorang tua yang tak dikenal. Orang itu tidak memiliki pasangan. Nabi Nuh as bertanya, "Untuk apa kamu masuk kemari?" Orang itu menjawab, "Aku masuk kemari untuk memengaruhi sahabat-sahabatmu supaya hati mereka bersamaku, sementara tubuh mereka bersamamu." Orang tua itu setan. (Saya pernah membaca novel Barat yang bercerita tentang seorang istri yang tubuhnya bersama suaminya, tetapi hatinya bersama the other man). Dalam Islam, perempuan seperti ini dihitung berzina, walaupun berzina dengan hatinya. Kita juga sering menghadapi hal seperti itu. Kita hadapkan tubuh kita kepada Allah Swt tetapi hati kita tidak bersama-Nya. Itu sering terjadi; dan itu karena setan.


Lalu, Nabi Nuh as berkata, "Keluarlah kamu dari sini, hai musuh Allah! Kamu terkutuk!" Iblis itu berkata kepada Nabi Nuh, "Ada lima hal yang dengan kelimanya aku membinasakan manusia. Akan kuberitahukan yang tiga, dan kusembunyikan yang dua." Allah mewahyukan kepada Nabi Nuh: "Katakan, Aku tidak membutuhkan yang tiga. Aku membutuhkan yang dua." Maka Nuh bertanya, "Apa yang dua itu?" Iblis menjawab, "Dua hal yang membinasakan manusia itu adalah keinginan yang sangat dan kedengkian. Karena kedengkian inilah, aku dilaknat sehingga menjadi terkutuk. Karena keinginan yang sangat itu pula, Adam dan Hawa tergoda untuk menuruti keinginannya." Itulah dua pintu setan yang pertama, al-hirsh dan al-hasad. Riwayat mengenai percakapan Nabi Nuh as dengan iblis ini dikeluarkan oleh Abu Dawud dalam Sunnan-nya, juz II, hlm. 267.


Di antara pintu-pintu setan yang besar, yang bisa membawa penyakit hati, adalah al-ghadhab wa al-syahwah (marah dan syahwat). Yang dimaksud syahwat di sini adalah dorongan untuk mengejar kenikmatan fisik. Jauh sebelum Sigmund Freud berbicara tentang pengaruh nafsu syahwat terhadap tingkah laku manusia, Islam sudah lama menyebutkan pengaruh besar syahwat ini. Syahwat bisa mencelakakan manusia, bisa menggiring manusia pada kebinasaan. Melalui syahwat, setan memasukkan penyakit-penyakit hati yang lainnya.


Marah (ghadhab) juga merupakan jalan setan. Pada zaman Rasulullah Saw, ada seorang sahabat menemui beliau, "Ya Rasulullah, saya ingin menghafal hadismu. Coba beritahukan kepadaku satu hadis saja yang tidak terlalu panjang agar aku dapat menghafalnya." Nabi bersabda, "La taghdhab; Jangan marah." Sahabat itu pulang dengan menghafal hadis itu. Setelah hafal, ia kembali untuk meminta hadis yang lain. Nabi bersabda lagi, "La taghdhab; Jangan marah." Nabi menyebutkan hadis itu sampai tiga kali. Sahabat itu lalu berkata, "Aku memikirkan mengapa Nabi Saw menyebutkan hadis itu tiga kali. Tiba-tiba aku memahami bahwa sesungguhnya marah bisa mengumpulkan seluruh kejelekan."


Kalau seseorang telah marah, seluruh kejelekan bisa ia undang masuk ke dalam dirinya. la, misalnya, akan berbicara kasar. Bicara kasar adalah sebuah kejelekan. Seorang mukmin tidak mungkin berbicara kasar dan mengucapkan kata-kata yang tajam. Ia tidak mungkin berbicara yang menusuk perasaan, memaki-maki, mengeluarkan kata-kata kotor. Seluruh hal yang tidak mungkin itu akan menjadi mungkin bila seseorang marah; seluruh keburukan akan keluar dari dirinya. Otaknya tidak akan berfungsi lagi. Karena itu, dalam beberapa aliran silat tenaga dalam, kalau ingin mengalahkan musuh, kita disuruh membangkitkan emosi musuh kita agar dia marah. Kemarahan itulah yang akan membinasakannya. Dengan kata lain, bila kita ingin menang dalam suatu pertempuran, usahakanlah untuk tidak marah.


Tenaga orang yang marah pun lebih kuat daripada orang yang tidak marah. Ia memiliki tambahan energi yang bisa dimanfaatkan setan untuk berkhidmat kepadanya. Karena itu, dalam hadis disebutkan agar kita memanfaatkan energi tersebut untuk sesuatu yang tidak merusak. Ada juga keterangan yang mengatakan bahwa bila kita marah, hendaklah kita berwudhu. Karena marah berasal dari setan yang terbuat dari api -maka untuk memadamkan amarah itu, kita menggunakan air atau berwudhu.


Sebetulnya Rasulullah Saw hanya memberikan teknik-teknik saja. Artinya, tidak perlu harus selalu seperti itu. Saat menemui kesulitan, Rasulullah Saw melakukan shalat. Kita juga, kalau sedang marah, hendak-lah shalat. Shalat apa? Tidak perlu shalat tertentu. Pokoknya shalat untuk meminta perlindungan Allah: "Mintalah pertolongan dengan shalat dan sabar Tetapi itu berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk" (QS Al-Baqarah: 45). Shalatnya boleh dua rakaat, empat rakaat, atau berapa saja. Pokoknya sebanyak-banyaknya. Tentu saja shalat yang dimaksud adalah shalat sunnah, bukan shalat fardu. Bila setelah dua rakaat, amarah kita belum hilang juga, tambahkan dua rakaat lagi. Dengan begini, marah bisa menjadi amal saleh. Karena, akibat marah, kita melakukan shalat.


Sebuah hadis menyatakan bahwa Rasulullah bersabda, "Allah takjub melihat orang mukmin. Karena, apa pun yang menimpanya akan dia ubah menjadi kebaikan." Ketika ia marah, ia shalat. Shalat juga adalah kebaikan. Dalam riwayat yang lain, Rasulullah bersabda, "Seorang mukmin itu ibarat lebah. Apa pun yang masuk ke dalam sarangnya, ia ubah menjadi madu." Iqbal pernah membuat sajak tentang kehebatan seorang mukmin: "Aku ubah racun menjadi penawar". Oleh seorang mukmin, racun pun dapat diubah menjadi obat.


Dulu, iblis sering menemui para nabi. Ia berbicara dengan mereka. Sekarang ia datang kepada kita tidak berbicara tetapi langsung masuk ke dalam diri kita. Pada zaman Nabi Musa as, iblis datang kepadanya dan berkata, "Hai Musa, Engkau telah dipilih Allah dengan risalah-Nya, dan Allah telah berbicara denganmu: Wa kallamallahu Musa takliman' (QS Al-Nisa: 64). Aku ini makhluk Allah juga. Aku ingin bertaubat. Mohonkanlah syafaat untukku agar Allah mengampuniku." Kemudian Musa berdoa. kepada Allah. Maka Allah berfirman, "Musa, Aku penuhi permintaanmu. Tapi katakan kepada iblis agar dia bersujud kepada kuburan Adam terlebih dahulu." Musa lalu memberitahu iblis apa yang telah difirmankan Allah. Iblis marah, "Dulu pun, ketika Adam masih hidup, aku tak mau bersujud kepadanya. Mana mungkin aku harus bersujud kepadanya setelah ia mati?" Akhirnya iblis tidak diampuni, karena ia tidak memenuhi syarat taubat. Taubat adalah tidak mengulangi apa yang telah dilakukan. Bukan taubat jika seseorang mengulangi dosa yang telah dilakukan.


Kemudian iblis berkata, "Musa, aku berutang budi kepadamu. Engkau telah memintakan ampun kepada Tuhan untukku. Sekarang aku akan memberi nasihat: Ingatlah aku dalam tiga keadaan, agar aku tidak membinasakanmu. Pertama, kalau Engkau marah, ingatlah aku (maksudnya, ingat bahwa marah bisa menjadi pintu masuk iblis). Sebab, bila Engkau marah, ruhku berada dalam hatimu dan mataku berada dalam matamu. (Jadi, kalau seseorang marah, ruhnya adalah ruh setan dan matanya adalah mata setan). Kedua, ingatlah aku ketika Engkau menghadapi pertempuran. Aku datangi anak Adam. Aku ingatkan dia tentang anaknya, istrinya, dan keluarganya sehingga ia meninggalkan medan pertempuran. Ketiga, hindarilah berduaan bersama seorang perempuan yang bukan muhrim. Ketahuilah, pada saat itu aku akan menjadi utusanmu untuknya, dan menjadi utusannya untukmu." (Dialog ini diiwayatkan oleh Ibn Abi Al-Dunya dari ibn Umar. Baca Al- Durr Al-Mantsur, juz 1 halaman 51; atau Bihar Al Anwar, jilid 14 hlm. 634).


Jadi, kalau Anda berduaan dengan seorang perempuan yang bukan muhrim, setan akan menjadi penghubung di antara kalian berdua. Meskipun Anda tidak berbicara, hati Anda dan perempuan itu akan dihubungkan oleh setan, saling menggetarkan satu sama lain. Di situ setan hadir sebagai utusan yang setia untuk menyampaikan seluruh informasi, termasuk getaran-getaran Anda berdua. Setan akan datang melalui syahwat. la akan membangkitkan syahwat Anda sehingga Anda terjatuh dalam kemaksiatan.



****

KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari www.scmbandung.sch.id, SMP Plus Muthahhari www.smpplusmuthahhari.sch.id, SMP Bahtera www.smpbahtera.sch.id, dan SMA Plus Muthahhari www.smaplusmuthahhari.sch.id).

192 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page