top of page
  • Writer's pictureAkhi

RASULULLAH MENDERITA SEJAK KECIL


Ada beberapa peristiwa yang berkenaan dengan penderitaan Nabi Muhammad. Sebagaimana kita ketahui, Rasulullah adalah orang yang sangat menderita, baik sebelum menjadi Rasul maupun sesudah menjadi Rasul. Sampai Al-Quran mengatakan: Maka, barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati sesudah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (QS Al-Kahfi [18]: 6).


Rasulullah menderita sejak kecil. Sebelum beliau lahir, ayahnya sudah meninggal dunia. Dan ketika berusia enam tahun, ibunya meninggal dunia. Beliau kemudian dititipkan kepada Abdul Muththalib yang menyayanginya. Kepada Abu Thalib, Abdul Muththalib bahkan pernah berpesan agar menjaga beliau sebaik-baiknya, karena anak ini, katanya, akan membawa suatu urusan yang besar. Abu Thalib menerima amanat itu. Ketika Abu Thalib membawa Muhammad ke Syam, di pertengahan jalan ada pendeta yang memberitahukan bahwa anak ini adalah nabi. Setelah mendengar nasihat pendeta itu, Abu Thalib, dengan penuh keimanan, mengubah niatnya untuk berdagang; ia memutuskan untuk kembali ke Makkah. Jadi, Abu Thalib telah mengetahui bahwa Muhammad akan menjadi nabi yang terakhir.


Abu Thalib menjaga Muhammad karena ia mengetahui bahwa anak ini adalah Rasulullah. Ia menyayanginya sepenuh jiwa dan raga sejak sebelum Muhammad menyatakan dirinya menjadi Rasulullah. Namun, anehnya, Abu Thalib dikafirkan oleh banyak orang. Bahkan, dijadikan contoh tentang betapa susahnya memperoleh hidayah.


Tentang Abu Thalib, Rasulullah pernah berkata, "Aku dengan si pemelihara anak yatim akan bersama di surga." Namun, hadis ini kemudian diartikan secara umum; "Abu Thalib"-nya tidak disebut-sebut lagi.


Jadi, hingga sekarang ini, Rasulullah masih menderita karena pamannya dikafirkan orang. Padahal, tahun wafat pamannya itu, yang bertepatan dengan tahun meninggalnya Khadijah, dianggap Rasulullah sebagai tahun penderitaan.


Nabi itu manusia yang amat lemah-lembut. Ia mudah sekali meneteskan air mata. Pernah suatu saat, seorang sahabat datang kepada beliau memberitahukan bahwa ada anak kecil yang meninggal dunia. Rasulullah datang melayatnya. Beliau mencucurkan air mata, tidak sanggup menahan penderitaan anak kecil itu. Begitu pula, ketika putranya, Ibrahim, meninggal dunia, Rasulullah menangis. Penderitaan Rasulullah sendiri melebihi penderitaan mereka semua.


Mungkin kalau penderitaan Rasulullah ini berasal dari orang kafir, dapat kita pahami. Misalnya, Rasulullah difitnah, dituduh sebagai tukang sihir, dituding sebagai dukun, bahkan dianggap orang gila; orang kafir membuat opini jelek tentang Rasul supaya orang-orang tidak mau mendengarkannya.


Selain itu, orang kafir pun mengganggu beliau secara fisik. Ketika berada di depan para sahabatnya, Rasulullah pernah diludahi oleh 'Utbah bin Abi Mu'ith. Rasul mengusapnya dengan sabar, lalu berkata, "Suatu saat, engkau akan menyesali apa yang kau lakukan." Itulah antara lain penderitaan Rasulullah dari orang-orang kafir.


Namun, yang menyedihkan adalah penderitaan Rasulullah yang disebabkan oleh orang Islam sendiri. Agak tidak enak saya menceritakan ini. Akan tetapi, sebagai pelajaran, ada baiknya peristiwa ini kita ceritakan. Misalnya, pada waktu Rasulullah membagikan zakat kepada sahabatnya, ada orang yang berteriak, "Berlaku adillah, ya Rasulullah." Rasulullah berkata, "Kalau bukan aku yang adil, siapa lagi yang akan adil."


Umar bin Khaththab berkata, "Ya Rasulullah, izinkan aku memukul kuduknya!" Beliau bersabda, "Biarkan dia! Nanti dia punya kelompok yang sekiranya kamu bandingkan shalat kamu dengan shalat mereka, kamu akan menganggap shalat kamu rendah. Kamu juga akan menganggap rendah puasa. kamu dibandingkan puasa mereka. Mereka keluar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya. Mereka datang pada saat perpecahan manusia" (Al-Durr Al-Mantsûr 3: 448).


Dzul Khuwaisyarah adalah lelaki Anshar yang memaki Nabi dengan menuduhnya tidak adil itu. Ia menyakiti Nabi saat beliau hidup. Setelah beliau tiada, ia bergabung dengan kelompok Khawarij. Mereka memprovokasi umat Islam untuk membenci Imam Ali. Pada waktu subuh, salah seorang di antara mereka menebaskan pedang ke leher Ali bin Abi Thalib k.w., manusia yang sangat dicintai Nabi.


Berkenaan dengan Dzul Khuwaisyarah ini, turun ayat Al-Taubah (9): 58: Dan di antara mereka ada yang memaki kamu dalam hal pembagian zakat.....


Ketika Rasulullah membagikan rampasan perang (ghanimah) pada Penaklukan Makkah, beliau diantar oleh orang Anshar. Sesampainya di Makkah, beliau membagikan ghanimah itu kepada orang yang baru masuk Islam. Kebetulan, yang baru masuk Islam itu masih kerabat dekat beliau. Maka orang Anshar itu menggerutu, "Lihatlah Muhammad. Kalau sudah menang, ternyata keluarganya juga yang diutamakan."


Perkataan itu terdengar oleh Rasulullah. Beliau kemudian mengumpulkan orang-orang yang protes itu, lalu berkata, "Sekiranya seseorang memasuki suatu lembah dan orang-orang Anshar memasuki lembah yang lain, demi Allah, aku akan mengikuti kalian, wahai orang-orang Anshar. Aku tahu bahwa kalian yang membelaku, yang menolongku; aku tidak akan melupakan jasa-jasa kalian. Tetapi, aku akan bertanya kepada kalian, hai orang Anshar, 'Mana yang kalian pilih, harta orang yang hatinya masih harus dijinakkan atau membawaku bersama kalian?" "Pada waktu itu, orang Anshar menangis dan berkata, "Ya Rasulullah, aku memilih membawa engkau saja kembali ke Madinah."


Suatu saat, sepulang dari medan tempur Tabuk ꟷ perang ini akhirnya tidak terjadi karena musuh tidak datang ꟷ Rasulullah kembali dengan menaiki bukit, sedangkan para sahabat dimintanya melewati bukit yang lain. Waktu itu Rasulullah ditemani oleh Hudzaifah. Pada malam hari, terdengar suara menakut-nakuti di sekitar bukit itu. "Kejarlah suara itu," pinta Rasul. Dalam pengejaran, dapat diketahui bahwa suara menakut-nakuti itu berasal dari orang-orang yang memakai topeng seperti ninja; tetapi mereka semua lolos. Ketika Hudzaifah kembali, Rasulullah berkata, "Itu adalah sahabat- sahabat kita yang akan mencelakakan diriku dengan menakut- nakuti kendaraanku."


Jadi, orang-orang itu menakut-nakuti kendaraan Rasulullah supaya Rasulullah terjatuh ke bawah tebing bersama kendaraan yang ditungganginya. Kemudian Rasulullah bertanya lagi kepada Hudzaifah, "Apakah kamu mengenali mereka?" "Tidak, karena semua memakai topeng," jawab Hudzaifah. Rasulullah lalu memberi tahu nama orang-orang itu.


Kemudian, yang juga merupakan penderitaan Rasulullah adalah ketika Rasulullah bermimpi Bani Umayyah mengerubuti mimbar Rasulullah seperti sekawanan monyet. Setelah itu, turunlah ayat, Dan Kami tidak menjadikan mimpi itu, yang Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk dalam Al-Quran (QS Al-Isra' [17]: 60). Rasulullah bersabda, "Aku bermimpi Bani Umayyah di atas mimbar-mimbarku di bumi. Mereka akan menguasai kalian. Kalian akan menemukan mereka sebagai pemimpin-pemimpin yang buruk" (Al-Durr Al-Mantsûr 5: 309).


Sejak mimpi itu, Rasulullah begitu sedih. Beliau selalu bermuka duka sampai akhir hayatnya. Suatu malam, Rasulullah pergi ke Baqi dan di situ beliau berkata, "Nanti akan ada fitnah yang menggunung. Waktu itu, berada di perut bumi lebih baik daripada di punggung bumi."


Pada waktu itu, Rasulullah membayangkan suasana ketika kaum munafik mencemari ajaran Rasulullah, ketika Sunnah Rasulullah diganti dengan kepentingan politik, ketika agama dipermainkan oleh orang yang memiliki kekuasaan. Itulah yang sangat menyedihkan Rasulullah. Karena kekhawatiran terhadap hal itulah, beliau menangis; menangisi mimbar besar agama Rasulullah sepeninggalnya.


Ternyata semua yang Rasulullah khawatirkan terjadi. Saya yakin, Rasulullah sangat menderita karena misi besarnya telah banyak diubah oleh kaum Muslim sendiri. Mungkin salah satu yang diubah adalah kecintaan kita terhadap Rasulullah, sehingga ungkapan cinta yang seharusnya menjadi Sunnah, sebagai ungkapan tauhid, sekarang disebut musyrik! JR wa mā taufīqī illā billāh, 'alaihi tawakkaltu wa ilaihi unīb


Allâhumma shalli 'alâ Sayyiidina Muhammad wa Âli Sayyiidina Muhammad wa ajjil farajahum warzuqna fiddunya ziyâratahum wa fil âkhirati syafâ'atahum


***

KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari www.scmbandung.sch.id, SMP Plus Muthahhari www.smpplusmuthahhari.sch.id, SMP Bahtera www.smpbahtera.sch.id, dan SMA Plus Muthahhari www.smaplusmuthahhari.sch.id).

37 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page