Akhi
RASULULLAH PENEBAR BERKAH

Kita akan berbicara tentang berkah dan laknat. Berkah merupakan lawan dari laknat. Kehidupan yang berbahagia menurut Islam ialah kehidupan yang diberkahi. Sebaliknya, kehidupan yang celaka ialah kehidupan yang mendapat laknat.
Apa yang disebut berkah? Memang agak sulit menjelaskannya. Saya akan memberikan beberapa contoh saja sehingga kita dapat memahami apa yang dimaksud dengan berkah.
Di dalam kitab Shahih Bukhari, dikisahkan bahwa ketika Rasulullah berwudhu, para sahabat pada saat itu memperebutkan air bekas wudhu Rasulullah. Imam Bukhari sampai berkata, "Para sahabat hampir berkelahi memperebutkan air bekas wudhu Rasulullah itu." (Shahih Bukhari 1: 59105; Fath Al-Bari 1: 256-408.)
Sebagaimana kita ketahui, menurut Imam Syafi'i, air musta'mal (yang sudah dipakai) tidak boleh dipakai lagi untuk berwudhu, kecuali air bekas wudhu Rasulullah. Walaupun ia air bekas (musta 'mal), air itu boleh dipakai lagi.
Mengapa para sahabat berebut untuk memperoleh air bekas wudhu Rasulullah, sampai-sampai sahabat yang tidak kebagian air itu menggesekkan tangannya ke tangan yang lain yang ada air bekas wudhu beliau? Karena mereka percaya bahwa bekas sentuhan Rasulullah yang mulia itu mendatangkan berkah.
Dalam Al-Quran Surah AHsra' (17): 1, disebutkan bahwa di mana pun Rasulullah berada, beliau akan mendatangkan berkah di sekitarnya... yang Kami berkahi di sekitarnya....
Jadi, Rasulullah mendatangkan berkah. Bahkan, berkah beliau itu bukan untuk seseorang saja, bukan untuk para sahabat saja, melainkan meluas ke seluruh alam semesta. Al- Quran menyebutkan: Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam (QS Al- Anbiya' [21]: 107). Berkah adalah termasuk di antara rahmat.
Masih di dalam Shahih Bukhari, disebutkan bahwa Rasulullah memanggil dua orang sahabatnya, 'Amr bin Al-'Ash dan Bilal bin Rabah. Saat itu Rasulullah sedang berwudhu. Setelah itu, Rasulullah memercikkan ludahnya pada air bekas wudhunya, kemudian menyuruh dua orang sahabat tersebut untuk meminumnya. "Di situ ada berkahnya," kata Rasulullah. 'Amr bin Al-'Ash dan Bilal meminum air tersebut, karena dua orang sahabat itu percaya betul bahwa dalam percikan ludah Rasulullah terkandung berkah.
Ada lagi satu peristiwa. Di kalangan orang Arab, ada kebiasaan tidur siang hari, yang dikenal dengan istilah qailulah. Imam Al-Ghazali menganjurkan kita untuk membiasakan tidur siang agar kita bisa bangun pada tengah malam dan bisa melakukan tahajud. Tetapi, kalau tidur siang itu dimaksudkan untuk tambahan, tindakan itu sudah keterlaluan.
Suatu hari, Rasulullah tidur (siang) di suatu taman. Keringat beliau mengucur dari dahinya. Ada seorang sahabat perempuan melihat keringat Rasulullah yang mengucur itu. Dia mengambil wadah dan dengan hati-hati menadahnya. Rasulullah terbangun dan bertanya, "Apa yang kamu lakukan ini?" Perempuan itu menjawab, "Ya Rasulullah, aku mengambil berkah dari keringat engkau." (Musnad Ahmad, III; Shahih Muslim 2: 414, kitab Al-Fadhail, Bab "Thib Araqi Nabi".)
عن أنس عن أم سليم أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يأتيها فيقيل عندها فتبسط له نطعا فيقيل عليه وكان كثير العرق فكانت تجمع عرقه فتجعله في الطيب والقوارير فقال النبي صلى الله عليه وسلم يا أم سليم ما هذا قالت عرقك أدوف به طيبي... نرجو بركته لصبياننا، قال: أصبت
Dalam riwayat yang lain, cawan yang pernah mendapat tetesan keringat Rasulullah itu, sepeninggal beliau, sering dipinjam oleh para sahabat. Kalau ada orang yang sakit, cawan itu dipinjam untuk diisi dengan air untuk diminum. Banyak orang yang sembuh karena berkah air yang dimasukkan ke cawan yang pernah menjadi wadah keringat Rasulullah tersebut. (Musnad Ahmad, III.)
Boleh saja Anda tidak percaya, tetapi saya memercayainya, karena peristiwa itu terdapat dalam kitab-kitab yang sahih. Itulah yang disebut berkah. Air bisa mengandung berkah. Air yang biasanya hanya untuk mengobati haus, juga dapat mengobati penyakit. Jadi, berkah adalah tambahan yang terdapat dalam sesuatu.
Kalau makanan hanya mengenyangkan, makanan itu biasa-biasa saja. Tetapi kalau makanan itu menjadi obat dan bermanfaat, bukan untuk diri kita, melainkan untuk orang lain, walaupun sedikit, makanan itu dikatakan mengandung berkah. Karena itulah, sebelum makan, kita dianjurkan membaca, "Ya Allah, berkahilah apa yang telah Engkau rezekikan kepada kami." Rezeki yang mengandung berkah itu ialah rezeki yang, walaupun sedikit, mendatangkan manfaat yang besar.
Hidup yang penuh berkah tidak dihitung berdasarkan panjangnya umur, tetapi berdasarkan manfaatnya. Tentu saja yang paling bagus adalah hidup yang seperti dikatakan Rasulullah, yaitu hidup yang panjang umurnya dan baik juga amalnya. Kata Rasulullah, itulah manusia yang paling baik. Kalau ada orang yang umurnya pendek, tetapi amalnya bagus, mendatangkan manfaat bagi orang di sekitarnya, maka hidupnya dikatakan penuh berkah.
Di samping itu, ada pula tempat-tempat yang mendatangkan berkah. Kalau ingin mencari berkah ̶ dalam bahasa Arabnya, "tabarruk" ̶ kita bisa mengambilnya dari tempat yang diberkahi. Dahulu, orang mengambil berkah dari Rasulullah. Sekarang, kita bisa mengambil berkah dari tempat yang mendatangkan berkah, yaitu Masjidil Haram. Majelis pengajian juga merupakan tempat yang mendatangkan berkah. Begitu pula, tempat yang sudah didatangi oleh orang saleh. Kita boleh mengambil berkah dari tempat itu.
Pada waktu Rasulullah hijrah ke Madinah, ada seorang ibu yang datang sambil membawa anak kecil. "Ya Rasulullah, ini anak saya. Izinkan dia berkhidmat kepada engkau untuk menjadi khadam engkau, ya Rasulullah." Anak itu bernama Anas bin Malik.
Suatu hari, Anas mengundang Rasulullah ke rumahnya, untuk makan di rumah orangtuanya. Waktu itu Rasulullah bertanya, "Di mana tempat shalat kamu? Tunjukkan tempat shalat tersebut." Setelah ditunjukkan, Rasulullah kemudian shalat di situ. Dan setelah itu, beliau minta bejana berisi air, kemudian mencelupkan tangannya yang mulia ke bejana itu dan memercikkannya di sudut rumah.
Setelah Rasulullah meninggal dunia, Anas banyak didatangi oleh para sahabat yang lain, juga para tabi'in, yang tidak berjumpa dengan Rasulullah. Mereka ingin shalat di tempat yang dahulu Rasulullah pernah shalat di situ. Mengapa? Karena tempat itu dipandang mendatangkan berkah. Bahkan, ketika mengomentari peristiwa ini, Imam An-Nawawi berkata, "Ini merupakan dalil tentang bolehnya mengambil berkah dari orang yang saleh."
Jadi, kalau mengharapkan rumah kita akan mendatangkan berkah, undanglah orang yang saleh yang baik akhlaknya, yang ahli ibadah, yang alim. Mintalah beliau untuk shalat di situ seperti yang dicontohkan oleh Nabi.
Berkah, menurut ajaran Islam, "menyebar". Jika orang saleh datang di satu tempat, keberkahan tempat itu menyebar kepada orang di sekelilingnya. Oleh sebab itu, Rasulullah memerintahkan kita, kalau bisa, "Janganlah kamu makan kecuali bersama orang-orang yang saleh." Kalau kita makan bersama orang yang saleh, insya Allah, makanan itu akan diberkahi. JR wa mā taufīqī illā billāh, 'alaihi tawakkaltu wa ilaihi unīb
Allâhumma shalli 'alâ Sayyiidina Muhammad wa Âli Sayyiidina Muhammad wa ajjil farajahum warzuqna fiddunya ziyâratahum wa fil âkhirati syafâ'atahum
***
KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari www.scmbandung.sch.id, SMP Plus Muthahhari www.smpplusmuthahhari.sch.id, SMP Bahtera www.smpbahtera.sch.id, dan SMA Plus Muthahhari www.smaplusmuthahhari.sch.id).