top of page
  • Writer's pictureAkhi

Setiap Orang Berhak atas Pertolongan


Berbakti kepada sesama manusia bukanlah kewajiban sekelompok orang. Setiap Muslim apa pun jenis kelamin, usia, dan status sosialnya, berkewajiban untuk memperlakukan semua orang dengan baik. Menurut Al- Quran memperhatikan orang lain telah diperintahkan Tuhan kepada agama-agama terdahulu: "Dan ingatlah ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil: Janganlah kamu menyembah selain Allah dan berbaktilah kepada orangtua, karib kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia. Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu kecuali sebagian kecil dari kamu dan kamu selalu berpaling" (QS Al-Baqarah [2]: 83).


"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Berbaktilah kepada kedua orangtua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, orang-orang yang kehabisan bekal, dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. Yaitu, orang-orang yang kikir, dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka. Kami telah menyediakan orang-orang kafir seperti itu, siksa yang menghinakan" (QS Al-Nisa' [4]: 36-39).


Saling membantu, saling menolong, saling memperhatikan adalah kewajiban setiap orang. Di dalam ajaran Rasulullah Saw., memperoleh pertolongan adalah hak setiap orang. Nabi Saw. berkata, "Setiap Muslim berhak memperoleh tujuh hal: penghargaan akan kehormatannya, kecintaan yang tulus dalam hatinya, saling berbagi dalam kekayaannya, tidak boleh dipergunjingkan, ketika sakit harus dikunjungi, setelah meninggal jenazahnya harus diantarkan. dan tidak boleh disebut-sebut keburukan apa pun setelah kematiannya" (Bihar Al-Anwar 47: 222).


Dalam hadis lain, Rasulullah Saw. bersabda, "Seorang Muslim berhak memperoleh enam hal: jika kamu melihatnya, kamu harus menyampaikan salam kepadanya, jika ia mengundang kamu, kamu harus memenuhi undangannya; jika ia meminta nasihatmu, kamu harus memberinya, jika ia sakit, kamu harus menjenguknya, jika ia meninggal, kamu harus mengantarkannya ke peristirahatannya yang terakhir: jika ia bersin, kamu harus berdoa kepada Allah untuk kesehatannya" (Kanz Al-Ummal 24771).


Singkatnya, berbagi adalah memasukkan kebahagiaan kepada hati orang lain. Di dalam salah satu hadis dikisahkan peristiwa yang mengharukan pada Hari Kebangkitan: "Ketika seorang mukmin bangkit dari kuburnya pada Hari Pembalasan, seorang manusia lain bangkit dari tempat yang sama. Ia berkata kepadanya, 'Janganlah cemas, bahagiakan hatimu dengan pahala dan kasih sayang Tuhan. Sepanjang jalan orang itu menghiburnya. Jika ia melewati hal yang menakutkan ia berkata, "Ini bukan untuk kamu.' Jika ia melewati hal yang menyenangkan, orang itu berkata: 'Ini bakal menjadi bagianmu. Di hadapan pengadilan Allah, ia menjadi pembelanya: 'Berbahagialah, karena Allah akan memasukkan kamu ke surga. Ketika akhirnya ia masuk surga, mukmin itu bertanya: "Siapakah kamu. Semoga Allah melimpahkan rahumat-Nya kepadamu. Kautenteramkan hatiku, ketika aku bangkit dari kuburanku. Kautemani aku dan kau hibur aku dengan kabar gembira dari Tuhanku. Orang itu akan menjawab: Aku adalah makhluk yang diciptakan Tuhan dari rasa bahagia yang kaumasukkan kepada hati saudaramu di dunia. Aku diciptakan untuk menghiburmu pada saat kamu berduka cita dan menenteramkan kamu dari ketakutan" (Bihar Al-Anwar 7: 197). JR


Etika Menolong. "Abu Umayyah bertanya kepada Abu Tsa'labah: Ya, Abu Tsa'labah, bagaimana pendapat Anda tentang ayat ini jagalah dirimu. la berkata: Sungguh, demi Allah, aku sudah bertanya kepada orang yang paling mengerti tentang ayat itu. Aku bertanya kepada Rasulullah Saw. Beliau bersabda: Lakukanlah perbuatan baik dan jauhilah perbuatan mungkar. Akan datang suatu zaman ketika kamu akan melihat kebakhilan dituruti, hawa nafsu diikuti, dunia didahulukan, dan setiap orang takjub dengan pendapatnya. Maka jagalah dirimu dan jauhilah orang kebanyakan. Nanti di hadapan kamu akan ada hari-hari kesabaran. Orang yang sabar pada waktu itu seperti memegang bara. Orang yang beramal pada waktu itu mendapat pahala lima puluh orang di antara kami atau di antara mereka sendiri. Nabi Saw. bersabda: Lima puluh kepada orang di antara kamu."


Kitab hadis terkenal Al-Targhib wa Al-Tarhib 4: 125 memberikan judul pada hadis ini "Dorongan untuk Beramal Saleh di Tengah Kerusakan Zaman". Para mufasir, seperti Al-Suyuthi, mencantum kan hadis ini untuk menjelaskan makna ayat: Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka dia akan menerangkan kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan (QS-Al-Ma'idah [5]: 105).


Sepeninggal Rasulullah Saw., para pengikutnya akan hidup dalam situasi yang korup. Manusia berlomba-lomba menumpuk kekayaan dengan memuji kebakhilan. Kebanyakan masyarakat kehilangan panduan, menghabiskan umurnya untuk mengejarngejar kesenangan. Kepentingan dunia lebih diutamakan ketimbang kepentingan akhirat. Orang-orang membanggakan pendapatnya sebagai yang paling benar. Orang beriman harus menyempal dari kebanyakan orang. la harus tabah melakukan kebajikan. La harus bertahan untuk melakukan amal saleh, betapapun beratnya.


Kata "amal saleh" dikaitkan dengan "iman" dalam Al-Quran lebih dari tujuh puluh kali. Apa yang disebut amal saleh itu? Sebagian berpendapat bahwa amal saleh ialah pekerjaan yang disepakati sebagai kebajikan, apa pun agamanya. Misalnya, semuanya sepakat bahwa membela orang yang dizalimi itu adalah perbuatan baik. Sebagian orang membatasi amal saleh pada pekerjaan-pekerjaan yang tidak menuntut upah. Yang lain membatasi amal saleh sebagai pekerjaan yang dilakukan tanpa perencanaan yang baik. Banyak juga yang berpendapat bahwa amal saleh itu berupa sedekah dan ibadah-ibadah ritual. Amal saleh di antaranya tindakan yang dapat bermanfaat kepada orang lain. Tindakan membahagiakan orang lain disebut sebagai "shadaqah." Kata ini berasal dari "shadaqa", yang berarti benar, sejati, atau tulus. Orang yang bersedekah adalah orang yang imannya tulus. Sedekah tidak selalu berbentuk harta atau uang. "Termasuk sedekah adalah engkau tersenyum ketika berjumpa dengan saudaramu, atau engkan singkirkan diri dari jalanan," kata Nabi Muhammad Saw.


Untuk bisa menolong orang lain dengan tulus, kita memerlukan kecintaan tanpa syarat-unconditional love-pada semua orang. Cinta inilah yang dimasukkan sebagai fitrah dalam hati kita. Cinta ini adalah seperseratus dari rahmat Allah yang dijatuhkan Tuhan di bumi. Lihatlah anak kecil yang berusia belasan bulan. Begitu ia mendengar ada anak lain menangis, ia segera menangis tanpa mempersoalkan apa bangsa, jenis kelamin, status sosial, agama, atau mazhab anak yang lain itu. Anak kecil dapat berempati tanpa syarat. Kita masih mampu berempati, tetapi empati kita sudah dibatasi oleh sekat-sekat yang dijatuhkan kepada kita oleh pendidikan, kebudayaan, bahkan agama yang kita anut.


Kita sering menangis beneran ketika melihat orang yang menderita itu berasal dari keluarga kita, kelompok kita, atau himpunan yang dapat disambungkan dengan kata "kita". Kita sering pura-pura menangis untuk siapa saja asalkan tangisan kita itu mendatangkan keuntungan kepada kita. Bukankah kita menjerit keras ketika ratusan ditahun 2000-an wisatawan meninggal di Bali dan tidak meneteskan air mata sedikit pun ketika ribuan orang dibantai di Sampit, Ambon, Aceh, dan tempat-tempat lainnya di Indonesia? Bukankah kita juga berlinang air mata ketika mendengar doa seorang kiai di mimbar TV, tetapi kehilangan air mata itu ketika menyaksikan ribuan TKI diusir dengan kejam dari sumber nafkah mereka?


Seorang syaikh tasawuf berkata, "Perkhidmatan tanpa cinta seperti bangkai yang cantik. Bentuk luarnya indah, tetapi ia tidak bernyawa." Dari seluruh upaya kita membantu orang lain, betapa pun kecilnya, Tuhan hanya menerima bantuan yang kita berikan dengan cinta.


Alkisah, seorang ibu dari salah seorang sultan dari Khilafah Utsmaniyah membaktikan hidupnya untuk kegiatan amal saleh. la membangun masjid, rumah sakit, dan sumur-sumur umum untuk daerah permukiman yang tidak punya air di Istanbul, Turki. Pada suatu hari, ia mengawasi pembangunan rumah sakit yang dibiayai sepenuhnya dari kekayaannya. Ia melihat ada semut kecil jatuh pada adukan beton yang masih basah. Ia memungut semut. itu dan menempatkannya pada tanah yang kering. Tidak lama setelah itu, ia meninggal dunia. Kepada banyak kawannya ia muncul dalam mimpi mereka. Ia tampak bersinar bahagia dan cantik.


Kawan-kawannya bertanya apakah ia masuk ke surga karena sedekah-sedekah yang dilakukannya ketika masih hidup. Ia menjawab, "Saya tidak masuk surga karena semua sumbangan yang sudah aku berikan. Saya masuk surga karena seekor semut." JR




***

KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari www.scmbandung.sch.id, SMP Plus Muthahhari www.smpplusmuthahhari.sch.id, SMP Bahtera www.smpbahtera.sch.id, dan SMA Plus Muthahhari www.smaplusmuthahhari.sch.id).

53 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page