top of page
  • Writer's pictureAkhi

Sindrom Sukses Toksik


Perempuan pemain bola basket itu sudah mengaku menderita Sindrom Sukses Toksik, SST. Saya senang dengan singkatan SST, yang biasanya kita ucapkan untuk memberi peringatan kepada orang agar menaruh perhatian kepada apa yang terjadi dan menghentikan omongan yang tidak relevan. SST...! Apakah Anda, pembaca yang tercinta, tidak menderita SST? Jawablah pertanyaan berikut ini dengan "ya" atau "tidak"


Tes Sindrom Sukses Toksik

Apakah orang yang sangat dekat dengan Anda akan mengatakan bahwa:

  1. Perasaan Anda berubah-ubah dari pagi sampai malam dari semangat tinggi sampai lelah sekali.

  2. Anda sangat kritis dan tidak toleran terhadap orang lain.

  3. Anda bermuka masam dan tidak mudah tertawa.

  4. Mereka takut mengganggu Anda ketika Anda sibuk.

  5. Anda biasanya melakukan beberapa hal dalam waktu yang

  6. Sukses Anda telah mengakibatkan Anda tidak peka pada perasaan orang lain dan tidak hirau pada kebutuhan orang lain.

  7. Anda telah mengikuti tempo kehidupan modern yang penuh stres dan melihatnya sebagai syarat yang tak terhindarkan untuk mencapai sukses.

  8. Mereka kesulitan untuk mendapat perhatian Anda.

  9. Anda sering kelihatan lelah atau kecapaian.

  10. Anda berpikir bahwa waktu adalah uang.

  11. Anda jarang menyentuh dan memeluk.

  12. Anda jarang berbicara tentang hal-hal rohaniah.

  13. Anda orang yang senang mengatur orang lain.

  14. Anda punya program kesehatan dan perbaikan diri yang tidak melibatkan mereka.

  15. Karena cara Anda mengejar sukses, Anda menghadapi resiko sakit keras seperti jantung atau kanker.

JUMLAH JAWABAN "YA"


Tes ini adalah karya Dr Pearsall untuk mengetahui 15 tanda orang yang menderita sukses yang beracun. Makin banyak Anda menjawab "ya" pada pertanyaan-pertanyaan itu, makin tinggi tingkat SST Anda, makin rendah kebahagiaan Anda. Di bawah ini adalah penjelasan tentang satu demi satu dari gejala SST:


1. Self-sightedness, terpusat pada diri. Begitu keasyikan dengan apa yang dipikirkan, sehingga tidak dapat melihat dan merasakan kebutuhan orang lain. Para psikolog menyebutnya inattentive blindness. Pengusaha yang siang malam memikirkan bisnisnya tidak sempat memberikan perhatian khusus kepada anak istrinya. la tidak merasakan betapa istrinya telah lama kehausan akan kasih sayangnya, betapa anaknya telah kelaparan akan perhatiannya, betapa ibunya yang sakit telah lama diabaikannya.


2. Stress surrender, menyerah pada stres. Penderita SST tidak lagi dapat memilih perilaku yang dikehendaki. Ia jatuh dalam pusaran sistem. Kalau ia tidak berbuat seperti "mereka", ia pun akan gagal. Semuanya harus ikut arus. "Memang zamannya sudah begitu," kata salah seorang di antara yang sukses. "Kita tidak bisa melepaskan diri dari sistem. Kalau kita melawannya, kita akan tergilas. Aku juga ingin mengurangi tempo kerjaku. Tapi kalau aku tidak memenuhi janjiku dengan Bapak Anu, atau menggagalkan proyek Ibu Ani, atau tidak memberikan pelajaran pada si Ano, semuanya akan berantakan" Kalau Anda masih bisa melakukan apa yang ingin Anda lakukan, Anda mengendalikan diri Anda dari dalam. Tempat kendali berada di dalam diri Anda. Inilah internal locus of control. Tapi banyak orang sukses dikendalikan oleh situasi di luar dirinya - external locus of control.


3. Ups and downs, naik turunnya perasaan. Perasaan mereka naik turun. Sekali waktu mereka bergerak dengan semangat yang menggebu-gebu, dan pada waktu yang lain merasa kehilangan tenaga sama sekali. Di tempat kerja mereka mencurahkan seluruh perhatiannya; tubuh mereka pulang ke rumah, tetapi jiwanya tidak. Seorang perempuan sukses mengadu kepada pacarnya lewat sms di malam hari: "Aku lemes sekali nih. Aku teler. Aku tidak sanggup menggerakkan tangan sekalipun. Tadi siang acaraku padat betul. Aku mau tidur dan hp mau aku matiin". Perempuan ini bisa bicara tanpa henti pada dua jam pertama, dan diam membisu sendirian pada dua jam berikutnya.


4. Chronic cynicism, sinisme kronis. Mereka senang mengritik, menyalahkan, dan memusuhi hampir semua orang. Dr Pearsall memberikan contoh tentang seorang dokter yang sukses, seperti diceritakan istrinya, "Aku kira aku tidak pernah mendengar perkataan yang baik keluar dari mulutnya. Menonton TV, mendengarkan kuliah, menonton film, di lapang tenis, mengemudi apa pun yang kami lakukan selalu saja ada ruang untuk dikecam atau disalahkan. Ketika ia sedang mengemudi, ia menggerutu, menganggap semua pengemudi selain dia salah melulu. la berpikir ia satu-satunya orang jenius yang hidup di dunia yang dipenuhi orang-orang brengsek, yang lebih rendah dari dia.”


5. Grouchiness, kerjanya bersungut-sungut melulu. Mereka tidak mampu, atau tidak bersedia, atau tidak mau menikmati hal-hal kecil dalam kehidupan. Mereka sukar menertawakan dirinya dan orang lain. Apakah Anda pernah mendengar bagaimana seorang bintang pelajar diceritakan kawannya: "la memang pintar, jenius, tetapi dia bukan kawan yang enak diajak bicara. la hanya memikirkan bagaimana menjadi orang yang nomor satu di kelasnya. Ia memperlakukan setiap orang dengan serius, termasuk dirinya sendiri. Ia menganggap orang yang suka melawak sebagai orang bodoh. Kami jarang melihatnya tersenyum. Kalaupun ia tertawa, ia hanya membuka mulutnya sedikit saja; itu pun seperti terpaksa Gambaran seperti itu bukan hanya kita lihat di lingkungan akademis juga di lingkungan bisnis dan lain-lainnya.


6. Feeling pestered, merasa terganggu, atau mudah tersinggung, kalau ada orang-orang di sekitarnya yang meminta perhatiannya.

Gadis berusia sebela tahun anak pengembang software komputer berkata, "Kadang-kadang kami semua takut mendekati dia. Banyak orang mengira karena Bapak bekerja di rumah pastilah kami sangat senang; tetapi kami jarang melihatnya. Kalau kami berjalan perlahanlahan untuk berbicara dengan dia, kami membuatnya ketakutan dan dia terkejut, meloncat melihat kami. Dia begitu tenggelam dalam pikirannya dan matanya begitu terpusat pada komputer sehingga jika kami mengganggunya, ia mengeluh dan membentak dengan kata-kata keras, "Yah, ada apa?!" Tampaknya kami hanyalah gangguan saja baginya. Ketika dia siap untuk bersama kami, kami pun lebih baik bersiap-siap untuknya. Mama bilang dia bekerja keras untuk kami semua. Tapi aku ingin dia tidak bekerja terlalu keras supaya lebih banyak waktunya bersama kami. Sekarang dia hanya ingin kami bersamanya kalau lagi ingin saja."


7. Polyphasia, "multitasking", mengerjakan banyak tugas pada waktu yang sama.

Seorang eksekutif penjualan yang berusia 44 tahun berkata, "Bagiku, melakukan satu hal dalam satu waktu adalah penghamburan waktu yang terbesar. Mudah saja aku memikirkan satu hal dan melakukan hal yang lain. Aku bisa bicara pada ponselku, sambil membaca sesuatu yang penting, dan merencanakan pertemuan rapat berikutnya. Memang, setiap orang yang sukses harus berbuat seperti itu. Jika kamu tidak terbiasa mengerjakan banyak tugas pada saat bersamaan, kamu tidak bakal bisa bersaing lagi. Kamu harus sanggup menyebarkan perhatian kamu."


8. Psychological absenteeism, berpikir banyak. Berpikir ke belakang tentang apa yang belum dikerjakan (menimbulkan depresi) dan/atau berpikir ke depan tentang apa yang harus dikerjakan, menimbulkan kecemasan. Membawa "kantor" ke rumah dan membawa "rumah" ke kantor.

Seorang pasien leukemia yang berusia 47 tahun berkata, "Yang sangat aku sesali ialah aku tidak pernah menaruh perhatian pada apa yang aku alami sekarang. Sekarang ini aku terpaksa memperhatikan kanker yang aku derita. Penyakit ini memaksa aku berada di sini sekarang. Sakit tidak berada di belakang atau di depan. Sakit itu sekarang. Saat ini. Itulah barangkali salah satu ironi besar tentang sakit. Kamu tidak merasa betul-betul hidup, kecuali ketika kamu sedang menderita. Dan kamu. tidak pernah berada pada masa kini kecuali ketika kamu membasahi tempat tidur kamu dengan keringat karena menahan rasa sakit. Tidak ada tempat sembunyi dari rasa sakit yang menghempaskan kamu pada situasi sekarang.


Sebelum aku sakit, aku selalu menyesali apa yang tidak pernah aku kerjakan atau mencemaskan apa yang harus aku kerjakan. Kurasa aku telah menyia-nyiakan hidupku. Sekarang aku berdoa setiap malam supaya bisa memperoleh kesempatan untuk hidup pada masa kini. Aku ingin bersama istri dan anak-anakku-benar-benar bersama mereka. Ketika mereka mengunjungiku, aku ingin menghirup mereka sedalam-dalamnya, memeluknya dan tidak membiarkannya pergi. Mengapa dahulu aku tidak melakukannya ketika dulu aku masih sehat? Kamu ingin tahu apakah sukses itu? Inilah dia: sukses adalah menyadari kehadiran orang-orang yang paling bermakna. Sukses adalah mencurahkan seluruh perhatianmu kepada mereka sekarang, pada waktu ini, bukan memikirkan bagaimana kamu membuat hidup mereka lebih baik pada masa nanti."


9. Weariness, kelelahan tanpa henti, pola tidur yang terganggu, dan mengantuk ketika sedang duduk.

Seorang dokter gigi berusia 59 tahun, single mother berkata, "Aku tidak ingat kapan aku tidak kecapaian. Sebenarnya sekalipun aku tidak capai, aku selalu memastikan apakah itu karena aku gagal melakukan sesuatu yang seharusnya aku kerjakan atau tidak bekerja cukup keras. Kalau aku pergi ke kota untuk bermain atau berusaha untuk membaca di malam hari, aku segera jatuh tertidur. Jangan sebut meditasi. Jika aku mencobanya, aku langsung teler. Sekarang inipun ketika aku berbicara kepadamu, aku merasa mengantuk. Duduk saja telah menjadi obat tidur kuat bagiku. Aku terhipnotis."


10. Chrono-Currency, memandang waktu sebagai uang dan setiap waktu yang tidak menghasilkan uang, dianggap penghamburan.

Seorang ahli optik berusia 49 tahun, berkata, "Tentu saja waktu adalah uang. Setiap waktu yang kamu habiskan tanpa menghasilkan uang adalah waktu yang sia-sia. Kita boleh menyia-nyiakan waktu yang sedikit, tetapi jangan banyak. Aku bisa gila kalau ada orang menghambur-hamburkan waktuku, atau aku terpaksa menyia-nyiakannya karena seseorang atau karena situasi tertentu. Aku tidak tahan berhadapan dengan orang yang berbicaranya lambat atau mengemudi lambat. Mereka adalah para penyamun kehidupan. Mereka merampok uang kami dariku dan keluargaku."


11. Relationship-Exploitation, mengabaikan, tidak menghiraukan, dan melecehkan hubungan kita yang paling intim dengan sekadar menggunakannya untuk perlindungan sesaat dari stres, sebagai tekhnik mengurangi stres.


12. Spiritual Deficit Disorder (SDD), perasaan kekosongan rohaniah dan kehilangan makna, yang sering kali diikuti dengan saat-saat kerinduan spiritual dan keinginan untuk mempertanyakan "makna semuanya"

Seorang mantan pengusaha berusia 77 tahun, berkata, "aku sudah mengosongkan seluruh rekening spiritualku. Aku telah melakukan investasi jutaan dolar, tetapi aku takut karena aku tidak menabung yang banyak untuk jiwaku. Aku suka mencemoohkan orang-orang yang berbicara tentang hal-hal spiritual. Aku selalu menjadi seorang ateis. Dengan terus terang aku berkata bahwa kebanyakan orang yang berbicara tentang hal-hal spiritual adalah orang-orang yang tidak terlalu cerdas."


13. Inhibited Power Motive (IPM), keinginan yang tinggi untuk berkuasa, frustasi karena tidak punya cukup kekuasaan dan kendali, serta menurunnya tingkat kesadaran dan pengabaian akan kebutuhan kasih sayang.

Istri seorang eksekutif tinggi pada perusahaan asuransi dan investasi internasional berkata, "la selalu frustasi karena katanya ia punya begitu banyak tanggung jawab dan begitu sedikit kekuasaan atau kendali. Ia merindukan kekuasaan. Aku kira ia melakukan kompensasi dengan mengendalikan apapun yang ada dalam kehidupan keluarga kami atau paling tidak duduk dan mengritik cara mengurus rumah tangga. La merencanakan dan mengendalikan liburan kami, keuangan keluarga kami, sekolah anak-anak, dan bahkan bercinta. la merencanakannya, tetapi ia tidak menjadi bagian daripadanya... la cerdas tetapi keinginannya untuk mengendalikan telah menghancurkan kami dan jika ia tidak menyadarinya, mungkin juga menghancurkan dia."


14. Self Health and Help. Perhatian pada olahraga, diet, seminar-seminar untuk meningkatkan kepribadian, dan berbagai teknik mengurangi stres yang mudah dan cepat. Untuk "mengelola" dan bukan "mengatasi" stres.

Istri seorang eksekutif perusahaan ponsel berkata, "ia benar-benar sehat. Ia melakukan jogging setiap hari, mengurus berat badannya tiga kali seminggu dan menempelkan kutipan motivasi diri di mana-mana di rumah. Aku dan anak-anak biasanya menunggu di rumah selesai la jogging. Tapi kemudian ia berkata ia harus melakukan meditasi dan mengikuti program rekaman yang diajarkan gurunya. Ia melakukan semuanya, tapi ia tetap menderita stres... kadang-kadang aku pikir mungkin lebih baik baginya berhenti jogging dan meditasi, lalu duduk tenang bersama kami dan menonton acara televisi yang lucu. Secara pribadi aku pikir program pengelolaan stresnya adalah penyebab ia stres.


15. Success Sickness. Sejumlah penyakit peradaban modern, sejak asma dan infeksi kronis sampai kanker dan penyakit jantung yang kita kenal sekarang sebagai efek samping dari SST, cara hidup bercinta dan bekerja yang diakibatkan oleh sindrom sukses.

"aku tahu memang bodoh untuk mengatakan bahwa kita tahu apa penyebab kankernya. Tidak seorang pun tahu. Tapi aku kira perjuangannya yang terus menerus untuk meraih sukses ada pengaruhnya. Kita tidak bisa hidup dengan cara begitu setiap hari tanpa mengambil korban pada kita sendiri. Ia selalu terlibat dalam kegiatan untuk mengembangkan diri. Aku senang membaca buku-buku kebahagiaan dan kesehatan. Aku kira terlalu banyak perkembangan dapat menjadi seperti kanker. Aku pikir semua kanker dan penyakit jantung yang kita lihat bukan hanya disebabkan makanan, keturunan, atau lingkungan. Kupikir penyakit ini lebih banyak diakibatkan oleh cara kita menjalani kehidupan sehari-hari dan apa yang kita pikirkan untuk mencapai hidup sukses.


Kalau melihat daftar tersebut, jelaslah keliru jika kita berusaha meraih kebahagiaan dengan mengejar sukses. Sukses telah mengubah kita dari homo sapiens (manusia yang cerdas) menjadi "homo stressiens". Dengan melihat ciri terakhir SST, sukses dapat menimbulkan berbagai penyakit. Sekiranya semua orang tahu bahwa sukses hanya membuatnya menderita, mungkinkah dunia berhenti, karena tidak ada lagi orang bekerja keras untuk mencapai keinginannya? Tidak juga. Banyak orang memilih hidup menderita dengan sukses ketimbang bahagia tanpa sukses. Lagi pula, tidak semua orang sukses menderita SST. Apa yang jadi sumber derita?


Bersambung pada pembahasan penyebab sukses membuat sakit.


KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari www.scmbandung.sch.id, SMP Plus Muthahhari www.smpplusmuthahhari.sch.id, SMP Bahtera www.smpbahtera.sch.id, dan SMA Plus Muthahhari www.smaplusmuthahhari.sch.id).

93 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page