Akhi
Syafaat : Buah Cinta Kepada Ahlul Bait

Dalam Al-Quran surah Al-Syura, Allah Swt berfirman: Barang siapa yang menginginkan keuntungan akhirat, akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menginginkan keuntungan dunia, Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia. Dan tidak ada baginya suatu bagian pun dari akhirat.
Apakah mereka mempunyai sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang pedih.
Kamu lihat orang-orang yang zalim sangat ketakutan karena kejahatan-kejahatan yang telah mereka kerjakan, sedang siksaan menimpa mereka. Dan orang-orang yang saleh (berada) di dalam taman-taman surga, mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki di sisi Tuhan mereka. Yang demikian itu adalah karunia yang besar.
Demikianlah karunia yang dengan itu Allah menggembirakan hamba-hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal saleh. Katakanlah: "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku kecuali kecintaan kepada Al-Qurba." Siapa yang melakukan kebaikan (dengan mencintai keluarga Rasulullah Saw). akan kami tambahkan baginya kebaikan itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha Pembalas kebaikan dengan kebaikan.
Apakah mereka sudah berkata bahwa Muhammad ini sudah berbohong mengatasnamakan Allah (padahal hanya untuk kepentingan keluarganya). Kalau Allah kehendaki Dia dapat mengunci mati hatinya; dan Allah menghapuskan yang batil dan membenarkan yang hak dengan kalimat-kalimat-Nya (Al- Quran). Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati (QS Al-Syura: 20-24).
Dalam kitab tafsir Mizân, mufasir Sayyid 'Allamah Thabathaba'i menerangkan ayat-ayat ini sebagai berikut: Ketika Allah menjelaskan bahwa Dia menurunkan Al-Kitab dengan kebenaran dan untuk menegakkan keadilan, Al- Quran menggambarkan adanya orang-orang yang tidak mau menerima kitab ini sebagai pedoman hidup mereka sehingga mereka berada dalam kesesatan. Setelah itu Allah menyuruh Rasulullah untuk menyampaikan kepada umatnya agar selain berpegang kepada Al-Kitab, mereka juga harus berpegang kepada kecintaan kepada keluarga Nabi Saw.
Dalam ayat 22 surah Al-Syura di atas. disebutkan bahwa orang-orang yang zalim akan ketakutan melihat amal kejahatan yang mereka lakukan. Menurut Allamah Thabathaba'i, inilah dalil yang menyatakan bahwa amal-amal yang kita lakukan di dunia akan dapat kita lihat di akhirat.
Cinta yang Mendatangkan Syafa'at
Para ahli tafsir menerangkan satu konsep yang disebut dengan nama Berwujudnya Amal-Amal Kita. Konsep ini berarti bahwa amal-amal yang kita lakukan di dunia akan diberikan wujud oleh Allah Swt sehingga dapat kita lihat di akhirat. Al-Quran menyebutkan hal ini dalam surah Al- Kahfi ayat 49:... Mereka menemukan apa yang mereka amalkan itu hadir di depam mereka. Juga dalam surah Al-Zalzalah ayat 6: Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka.
Sebuah hadis Nabi Saw, yang diriwayatkan Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam kitabnya Al- Rüh, menceritakan apa yang terjadi ketika kita meninggal dunia. Waktu itu para sahabat sedang berada di sekitar pemakaman. Rasulullah Saw datang menemui mereka. Lalu Rasulullah bercerita: Apabila seorang mukmin meninggal dunia, sejauh-jauh penglihatan akan terdapat para malaikat (yang menjemput jenazah mukmin itu). Para malaikat itu berbaris sementara malaikat maut duduk dekat kepala si mukmin dan berkata, "Hai ruh yang indah. keluarlah menuju ampunan Allah dan keridhaan-Nya."
Ruh itu keluar dari jasadnya dengan amat mudah seperti keluarnya tetesan air dari wadahnya. Malaikat maut mengambil ruh itu dan tidak melepaskan dari tangannya sekejap mata pun. Dari ruh itu keluar bau semerbak yang memenuhi seluruh alam malakut.
Ketika jenazah itu lewat, para malaikat bertanya, "Siapakah ruh ini?" Malaikat maut menjawab. "Inilah ruh Fulan bin Fulan." Dibawalah ia ke langit untuk menghadap Allah Swt dan diterima oleh Allah dengan segala keridhaan-Nya. Kemudian ia dikembalikan lagi ke alam barzakh.
Suatu saat datang malaikat yang bertanya, "Siapa Tuhanmu dan siapa yang diutus untuk datang kepadamu?" la menjawab, "Tuhanku adalah Allah dan utusan yang datang kepadaku adalah Rasulullah." Malaikat melanjutkan pertanyannya, "Dari mana kau tahu tentang Rasulullah?" la menjawab. "Aku mengetahuinya dari Al-Kitab, aku beriman dan mencintainya." Mendengar jawab hamba yang saleh itu terdengarlah suara keras dari langit.
Rasulullah melanjutkan ceritanya: Namun apabila seorang kafir atau ahli maksiat meninggal dunia, turunlah malaikat ke bumi dengan wajah yang menakutkan. Malaikat maut duduk di samping kepalanya dan berkata, "Hai jiwa yang kotor, keluarlah kamu menuju kemurkaan Allah dan azab-Nya."
Betapa susah ruh itu keluar dari jasadnya. sampai-sampai seluruh tubuhnya seakan-akan pecah berkeping-keping. Ketika malaikat memegang ruh orang kafir itu, bau menyengat seperti bangkai keluar dari ruh itu memenuhi seluruh alam malakut.
Para malaikat bertanya, "Siapakah ruh yang busuk itu?" Disebutlah ia dengan nama yang paling jelek yang ia peroleh di dunia ini. la dibawa ke langit tetapi pintu-pintu langit tertutup rapat baginya. Jenazahnya dilemparkan ke bumi.
Ketika malaikat mengajukan beberapa pertanyaan kepadanya, ia tak sanggup menjawab pertanyaan itu dengan baik. Maka sempitkanlah kuburannya sesempit-sempitnya. Setelah itu datanglah makhluk yang wajahnya sangat menakutkan dan sangat menjijikkan. Ruh kafir itu bertanya, "Siapakah engkau?" Makhluk itu menjawab, "Akulah amal burukmu dan aku akan menemanimu sejak barzakh sampai mahsyar nanti."
Selain hadis Nabi di atas, sebuah kisah sufi juga menceritakan tentang berwujudnya amal saleh dan amal buruk di akhirat kelak. Alkisah. seorang tokoh sufi bernama Malik bin Dinar pada mulanya adalah seorang ahli maksiat. Waktu itu pekerjaannya setiap hari ialah mabuk minuman keras.
Suatu saat ia ditanya oleh seseorang. "Apa yang menyebabkan kamu kembali kepada jalan yang benar?" Malik bin Dinar menjawab dengan cerita."Dahulu aku mempunyai anak perempuan yang amat aku sayangi. Setiap hari pekerjaanku meminum arak. Dan setiap saat aku hendak meminum arak, tangan anakku selalu menepiskan minuman itu; seolah-olah ia melarang aku untuk meminumnya. Sampai suatu saat anakku meninggal dunia.
"Aku berduka luar biasa. Dalam keadaan duka aku tertidur dan bermimpi seakan akan aku berada di padang Mahsyar. Aku seperti berada di tengah orang-orang yang kebingungan. Dalam keadaan bingung itu aku melihat sosok seekor ular yang sangat besar. Ular itu bergerak dan mengejarku. Aku lari menghindar. Di tengah jalan aku berjumpa dengan seorang tua yang berwajah amat jernih. Aku berhenti di samping orang tua itu dan meminta perlindungan kepadanya.
"Orang tua itu jatuh iba kepadaku, sambil menangis ia berkata, "Aku ingin sekali menolongmu tetapi aku terlalu lemah." Karena rasa takut yang mencekam segera aku pergi dari sisi orang tua itu dan sampailah aku pada tepian neraka jahanam. Hampir saja aku melompat ke dalamnya karena ketakutan. Tetapi saat itu aku mendengar suara, tempatmu bukan di sana. Dalam keadaan lemah aku berlari mendekati orang tua tadi untuk meminta pertolongannya lagi, tapi ia hanya menjawab. "Aku tak bisa menolongmu karena aku terlalu lemah. Berangkatlah ke Bukit Amanah, mungkin di sana ada titipan buatmu."
"Aku berangkat menuju tempat itu, di sana aku bertemu dengan banyak anak kecil ber- wajah sangat indah. Tiba-tiba aku melihat anakku sendiri, ia mendekatiku dan seraya berkata, "Inilah Bapakku," Lalu dengan tangannya yang lain dia mengusir ular besar itu.
"Kemudian anak itu berkata, "Apakah belum datang kepada orang beriman untuk takut kepada Allah?" Aku bertanya kepadanya "Apakah kamu bisa membaca Al-Quran?" Anakku menjawab, "Pengetahuanku tentang Al- Quran di sini lebih baik daripada pengetahuan Bapak." Aku menanyakan padanya perihal orang tua yang berwajah jernih. Ia menjawab, "Dia adalah amal saleh yang setiap hari Bapak lakukan. Karena amal saleh Bapak sedikit, amal itu menjadi lemah dan tidak sanggup membantu Bapak." Aku bertanya lagi. "Lalu siapakah ular itu?" Anakku menjawab, "Itulah maksiat yang setiap hari Bapak perkuat tenaganya karena dosa yang Bapak lakukan."
"Sejak itu, kalau aku berbuat maksiat aku selalu ingat bahwa hal itu akan memperkuat ular berbisa yang menakutkan dan setiap kali aku lelah dalam beramal saleh, aku ingat bahwa hal itu akan memperlemah amal salehku."
Cerita Malik bin Dinar itu sesuai dengan hadis yang menunjukkan bahwa amal-amal kita akan hadir di hadapan kita. Percayalah, kita akan ditemani dua makhluk, makhluk yang baik dan buruk. Keduanya akan bertarung di alam barzakh. Kalau makhluk yang baik itu menang. terusirlah makhluk yang buruk dan kita akan ditemani di alam barzakh oleh makhluk yang baik. Sebaliknya, amal jelek pun bisa mengusir amal yang baik.
Kita semua percaya bahwa amal saleh yang kita lakukan jauh lebih sedikit daripada amal salah yang sering kita perbuat. Oleh sebab itu, kita bisa menduga bahwa di alam barzakh nanti yang paling banyak menemani kita adalah amal buruk kita. Malang betul kita semua, bila di alam barzakh itu kita hanya mengandalkan amal saleh yang kita lakukan. Oleh karena itu, karena kasih-Nya kepada kita, Allah Swt memberi wewenang kepada Rasulullah Saw untuk memberi syafa'at. Alangkah bahagianya kita di alam barzakh nanti ketika makhluk yang menakutkan berdesakan mengelilingi kita dan amal baik sudah terusir dari kita, lalu datanglah syafa'at Rasulullah Saw. Dan makhluk jelek itu pun tersingkir sehingga kita hanya ditemani oleh amal saleh kita sampai hari akhir.
Tidak ada kebahagiaan yang paling besar selain memperoleh syafa'at Rasulullah Saw. Lalu kepada siapakah syafa'at Rasulullah diberikan? Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda, "Syafa'at aku khususkan kepada dia yang mencintai keluargaku di antara umatku." Mudah-mudahan kita memperoleh syafa'at Rasulullah Saw dengan wasilah kecintaan kita kepada keluarganya (lihat kitab Tarikh Bakdad Al-Khatib Al-Baghdadi juz II).
Siapa saja keluarga Nabi Saw yang harus kita cintai? Al-Zamakhsyari meriwayatkan sebuah hadis tentang ini; ketika Rasulullah Saw membaca ayat. Aku tidak meminta upah darimu kecuali kecintaan kepada Al-Qurba. Para sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, siapa Al- Qurba yang harus kita cintai itu? Rasulullah bersabda, "Ali, Fathimah, dan kedua anaknya."
Orang tua kita terdahulu tahu bahwa kecintaan kepada Ali. Fatimah, dan kedua putranya bisa memadamkan bencana; terutama bencana di alam kubur. Mereka juga percaya bahwa hal itu bisa memadamkan bencana yang terjadi pada saat sekarang. Oleh karena itu. kalau ada bala bencana di sebuah kampung. mereka sering membaca syair:
Li khamsatun uthfi bihå
haral wabâ il khimah
Al-Musthafâ wal Murtadha
wabnahuma wal Fathima
Aku persembahkan yang lima kepada Allah
Untuk padamkan panasnya bencana yang mengerikan
Yaitu Al-Musthafa (Rasulullah Saw). Al- Murtadha (Sayidina Ali)
Kedua putranya (Hasan dan Husain), serta Fathimah
Al-Fakhrurrazi, dalam kitabnya Mafâtihul Ghaib, menyebutkan. "Sudah teguhlah dalil bahwa yang empat orang itu adalah keluarga Nabi Saw. Dan apabila sudah teguh dalil itu, sudah pastilah mereka yang dikhususkan untuk kita muliakan dengan kemuliaan yang lebih dari manusia yang biasa."
Ada beberapa dalil mengapa kita harus mencintai ahlul bait Nabi. Pertama, adalah dalil ayat mawaddah lil qurbâ di atas (QS Al-Syura: 23). Kedua, tidak diragukan lagi bahwa Nabi Saw sangat mencintai keluarganya. Rasulullah Saw bersabda, "Fathimah adalah belahan jiwaku, sebagian dari diriku, siapa yang menyakiti Fathimah, ia menyakitiku." Rasulullah juga mencintai Ali dan kedua cucunya; Hasan dan Husain. Karena sudah teguh keadaannya. wajiblah bagi umatnya untuk meniru Rasulullah Saw. Artinya, karena Rasulullah mencintai mereka. wajiblah kita mencintai mereka. Allah berfirman. Katakanlah: Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi: tidak ada Tuhan selain Dia. Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya. Nabi yang ummi beriman kepada Allah dan kalimat-kalimat-Nya. Dan ikutilah dia supaya kamu mendapat petunjuk (QS Al-Araf: 158).
Ketiga, dalam tasyahud, ketika shalat, kita harus membaca shalawat kepada Muhammad dan keluarganya. Hal ini merupakan suatu kehormatan yang tidak diberikan selain kepada keluarga Nabi Muhammad Saw. Semuanya itu, menurut Fakhrurrazi, menunjukkan bahwa kecintaan kepada Muhammad dan keluarganya adalah sesuatu yang wajib bagi kita semua.
Al-Fakhrurrazi mengutip ucapan Imam Syafi'i. "Jika rafidhi itu berarti mencintai keluarga Muhammad, maka hendaklah seluruh jin dan manusia menyaksikan bahwa aku ini adalah rafidhi."
Shalawat Cinta kepada Nabi Saw dan Keluarganya
Bentuk kecintaan kepada Nabi Saw dan keluarganya di antaranya diwujudkan dengan membaca shalawat kepadanya. Berikut hadis tentang fadilah shalawat kepada Nabi Saw dan keluarganya.
Seseorang bertanya kepada Aba Abdillah tentang firman Allah Swt. Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS Al-Ahzab: 56). Aba Abdillah berkata, "Shalawat dari Allah Swt kepada Nabi adalah rahmat-Nya, dari malaikat adalah pensuciannya, dan dari manusia adalah doanya." Orang bertanya lagi. "Bagaimana kami mengucapkan salam penghormatan kepada Nabi dan keluarganya?" Aba Abdillah berkata, "Katakanlah: Shalawâtullâhi wa shalawatu mala'ikatihi wa an biyâihi wa rasûlihi wa jami'i khalqihi ala Muhammadin wa âli Muhammad wasallamu 'alaihi wa âlihi wa rahmatulâhi wa rahmatulâhi wa barakatuh." Orang itu bertanya lagi. "Apa balasan orang yang membacakan shalawat kepada Nabi Saw?" Iman yang mulia menjawab, "Dikeluarkan dari dosa-dosanya, demi Allah, sama seperti ketika ibunya melahirkan dia."
Imam Ja'far Al-Shadiq berkata, "Barang siapa membaca shalawat kepada Muhammad dan keluarganya sepuluh kali, Allah akan mengirimkan rahmat dan para malaikat akan mengucapkan doa kepadanya seratus kali.
Dalam hadis lain Imam Ja'far Al-Shadiq berkata, "Barang siapa membaca shalawat kepada Muhammad dan keluarganya seratus kali, Allah akan kirimkan kesejahteraan kepadanya, para malaikat akan mendoakannya seribu kali. Bukankah kamu mendengar perintah Allah Swt. lalah Allah yang mengirimkan rahmat-Nya kepada kamu dan malaikat-Nya untuk mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya, dan Dia sangat penyayang kepada kaum mukmin." (QS Al-Ahzab: 43).
Masih dari Imam Ja'far. "Semua kata yang dibacakan orang untuk menyeru Allah Swt tertutup dari langit, sampai dia membaca shalawat kepada Muhammad dan keluarganya. Nanti pada hari kiamat, tidak ada yang lebih berat dalam timbangan selain shalawat kepada Muhammad dan keluarganya."
Imam Ali Ridha berkata. "Barang siapa yang tidak mampu menghapuskan seluruh dosanya. perbanyaklah bacaan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya, karena itu akan menghapuskan dosa. Orang yang paling dekat kedudukannya dengan Nabi Muhammad Saw pada hari kiamat nanti adalah yang paling banyak membaca shalawat kepada Muhammad dan keluarganya."
Itulah fadilah membaca shalawat. Shalawat adalah ungkapan kecintaan kita kepada Rasulullah dan keluarganya. Kalau orang banyak membaca shalawat, insya Allah kecintaan kepada Rasulullah akan bertambah.
Dalam teori komunikasi, ada teori yang disebut dengan mere exposure theory; teori terpaan semata-mata. Sebuah penelitian ilmu komunikasi menunjukkan hal ini: Suatu saat kepada mahasiswa diperlihatkan beberapa transparansi foto. Ada beberapa foto yang sering tampak dan ada beberapa foto yang jarang tampak. Foto itu ada yang ditampakkan sepuluh kali, delapan kali, dan lima kali. Setelah itu kepada mahasiswa diberikan seluruh foto yang tadi diperlihatkan di layar. Ada hal yang menarik dalam kejadian itu; mereka diperintah untuk memilih foto mana yang paling mereka sukai. Ternyata mereka menyukai foto yang paling sering muncul.
Hal ini bisa dianalogikan, jika ada orang yang sering mucul di hadapan kita, lama-kelamaan kita akan menyukai orang tersebut. Begitu pula dengan shalawat. Dengan seringnya kita membaca shalawat, kita selalu menghadirkan nama Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari. Karenanya akan tumbuh dengan sendirinya kecintaan kepada orang-orang yang sering kita sebut.
Hal ini juga dikenal dalam teknik iklan atau propaganda. Agar sesuatu disukai orang. lakukanlah iklan tentang sesuatu itu berkali-kali. Seorang propagandis Hitler pernah berkata, "Kebohongan pun akan dipercaya menjadi keimanan kalau kita mengulanginya terus menerus. Kebenaran adalah kebohongan yang dikalikan seribu."
Kalau kebohongan saja bisa menjadi kebenaran, apalagi kata-kata suci seperti shalawat yang sering kita bacakan. Shalawat. insya Allah, akan menumbuhkan kecintaan kepada Rasulullah Saw. Lewat kecintaan itulah kita akan meniru perilaku orang yang kita cintai.
Kecintaan kita kepada keluarga Rasulullah Saw merupakan ungkapan cinta kepada Rasulullah juga. Al-Zamakhsyari dalam kitabnya Al-Kasyaf, menulis: Rasulullah Saw bersabda: "Barang siapa yang mati dengan kecintaan kepada keluarga Muhammad, dia mati syahid.. Ketahuilah, barang siapa yang mati dalam kecintaan kepada keluarga Muhammad Saw. dia mati dengan ampunan-Nya. Ketahuilah barang siapa yang mati dalam kecintaan kepada keluarga Nabi Saw, dia mati dalam. keadaan Malaikat Maut akan menggembirakannya dengan surga, kemudian. Munkar dan Nakir akan menghiburnya.
"Ketahuilah, barang siapa yang mati dengan membawa kecintaan kepada keluarga Muhammad, dia akan diiringkan masuk ke surga seperti diiringkannya pengantin ke rumah suaminya. Ketahuilah, barang siapa yang mati dengan membawa kecintaan kepada keluarga Muhammad Saw. Allah akan bukakan pintu surga pada kuburannya. Ketahuilah, barang siapa yang mati dengan membawa kecintaan kepada keluarga Muhammad Saw, Allah akan jadikan kuburannya tempat berkunjung malaikat rahmat. Ketahuilah, barang siapa yang mati dengan kecintaan kepada keluarga Muhammad, dia mati sebagai ahlus sunnah wal jama'ah.
"Dan barang siapa yang mati dalam kebencian kepada keluarga Muhammad Saw. dia akan datang pada hari kiamat dengan tulisan pada kedua matanya; Inilah orang yang putus asa dari rahmat Allah." Na'udzubillâhi min dzalik. Kita berlindung kepada Allah dari hal seperti itu. JR
***
KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari www.scmbandung.sch.id, SMP Plus Muthahhari www.smpplusmuthahhari.sch.id, SMP Bahtera www.smpbahtera.sch.id, dan SMA Plus Muthahhari www.smaplusmuthahhari.sch.id).