Akhi
Tanda-Tanda Penyakit Hati
Pertama, kehilangan cinta yang tulus. Orang yang mengidap penyakit hati tidak akan bisa mencintai orang lain dengan benar. Dia tidak mampu mencintai keluarganya dengan ikhlas. Orang seperti itu agak sulit untuk mencintai Nabi, apalagi mencintai Tuhan yang lebih abstrak. Karena ia tidak bisa mencintai dengan tulus, dia juga tidak akan mendapat kecintaan yang tulus dari orang lain. Sekiranya ada yang mencintainya dengan tulus, ia akan curiga akan kecintaan itu.
Dalam kitab Matsnawi, Rumi mengisahkan suatu negeri yang mengalami kekeringan yang panjang. Orang-orang saleh dan para ulama berkumpul untuk melakukan shalat istisqa, tetapi hujan tidak turun juga. Karena hujan tidak turun, akhirnya para pendosa pun turut berkumpul di tanah lapang. Sebagai ahli maksiat, mereka tidak tahu bagaimana cara shalat istisqa. Mereka hanya memukul genderang sambil mengucapkan puji-pujian dalam bahasa Persia yang terjemahannya berbunyi: Titik-titik hujan sangat indah untuk para pendosa. Begitu juga kasih sayang Tuhan sangat indah untuk orang-orang durhaka. Mereka hanya mengulang-ulang kata-kata itu. Tiba-tiba, tanpa diduga, hujan turun dengan lebat.
Hal ini terjadi karena orang-orang saleh berdoa dengan seluruh zikir dan tasbihnya, sementara para pendosa berdoa dengan seluruh penyesalannya, dengan segala perasaan rendah diri di hadapan keagungan Tuhan. Para pentasbih menyentuh kemahabesaran Tuhan, sementara para pendosa menyentuh kasih sayang Tuhan.
Kedua, kehilangan ketenteraman dan ketenangan batin.
Ketiga, memiliki hati dan mata yang keras. Pengidap penyakit hati mempunyai mata yang sukar terharu dan hati yang sulit tersentuh.
Keempat, kehilangan kekhusyukan dalam ibadah.
Kelima, malas beribadah atau beramal.
Keenam, senang melakukan dosa. Orang yang berpenyakit hati merasakan kebahagiaan dalam melakukan dosa. Tidak ada perasaan bersalah yang mengganggu dirinya sama sekali. Sebuah doa dari Nabi Saw. berbunyi, "Ya Allah, jadikanlah aku orang yang apabila berbuat baik aku berbahagia dan apabila aku berbuat dosa, aku cepat- cepat beristighfar."
Di antara tobat yang tidak diterima Allah ialah tobat orang yang tidak pernah merasa perlu untuk bertobat karena tak merasa berbuat dosa. Kali pertama seseorang melakukan dosa, ia akan merasa bersalah. Tetapi saat ia mengulanginya untuk kedua kali, rasa bersalah itu akan berkurang. Setelah ia berulang-ulang melakukan maksiat, ia akan mulai menyenangi kemaksiatan itu. Bahkan, ia menjadi ketagihan untuk berbuat maksiat terus-menerus. Ini menandakan orang tersebut sudah berada dalam kategori firman Allah, Dalam hatinya ada penyakit lalu Allah tambahkan penyakitnya (QS Al-Baqarah [2]: 10).
Dalam kitabnya Ihya 'Ulûmuddin, Al-Ghazali berbicara tentang tanda-tanda penyakit hati dan kiat-kiat untuk mengetahui penyakit hati tersebut. Ia menyebutkan sebuah doa yang isinya meminta agar kita diselamatkan dari berbagai jenis penyakit hati, "Ya Allah aku berlindung ke padamu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyuk, nafsu yang tidak kenyang, mata yang tidak menangis, dan doa yang tidak diangkat." Doa yang berasal dari hadis Nabi Saw. ini, menunjukkan tanda-tanda orang yang mempunyai penyakit hati.
Merujuk pada doa tersebut, kita bisa menyimpulkan ciri-ciri orang yang berpenyakit hati sebagai berikut: Pertama, memiliki ilmu yang tidak bermanfaat. Ilmunya tidak berguna baginya dan tidak menjadikannya lebih dekat kepada Allah Swt. Al-Quran menyebutkan orang yang betul-betul takut kepada Allah itu sebagai orang-orang memiliki ilmu: Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya ialah orang yang berilmu (QS Fathir [35]: 28). Jika ada orang yang berilmu, tapi tidak takut kepada Allah, berarti dia memiliki ilmu yang tidak bermanfaat.
Kedua, mempunyai hati yang tidak bisa khusyuk. Dalam menjalankan ibadah, ia tidak bisa mengkhusyukkan hatinya sehingga tidak bisa menikmati ibadahnya. Ibadah menjadi sebuah kegiatan rutin yang tidak memengaruhi perilakunya sama sekali. Tanda lahiriah dari orang yang hatinya tidak khusyuk adalah matanya sulit menangis. Nabi Saw. menyebutnya sebagai jumûd al-'ain (mata yang beku dan tidak bisa mencair). Di dalam Al-Quran, Allah menyebut manusia-manusia yang saleh sebagai mereka yang ... sering terempas dalam sujud dan menangis terisak-isak (QS Maryam [19]: 58).
Di antara sahabat-sahabat Nabi, terdapat sekelompok orang yang disebut al-bakâun (orang-orang yang selalu menangis) karena setiap kali Nabi berkhutbah, mereka tidak bisa menahan tangisannya. Dalam sebuah riwayat, para sahabat bercerita: Suatu hari, Nabi Saw. menyampaikan nasihat kepada kami. Berguncanglah hati kami dan berlinanglah air mata kami. Kami lalu meminta, "Ya Rasulullah, seakan-akan inilah khutbahmu yang terakhir, berilah kami tambahan wasiat." Kemudian Nabi Saw. bersabda, "Barang siapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku, kalian akan menyaksikan pertengkaran di antara kaum Muslim yang banyak...." Dalam riwayat lain, Nabi Saw. bersabda, "Hal pertama yang akan dicabut dari umat ini adalah tangisan karena kekhusyukan."
Ketiga, memiliki nafsu yang tidak pernah kenyang. la memendam ambisi yang tak pernah terpenuhi, keinginan yang terus-menerus, serta keserakahan yang takkan terpuaskan. Adapun ciri keempat dari orang yang berpenyakit hati adalah doanya tidak diangkat dan didengar oleh Tuhan.
KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari www.scmbandung.sch.id, SMP Plus Muthahhari www.smpplusmuthahhari.sch.id, SMP Bahtera www.smpbahtera.sch.id, dan SMA Plus Muthahhari www.smaplusmuthahhari.sch.id).