top of page
  • Writer's pictureAkhi

Tanda-Tanda Shalat yang Diterima Allah Swt.


Apa tanda-tanda shalat yang diterima oleh Allah Swt.? Kalau Anda memiliki tanda-tanda yang disebutkan di dalam hadis qudsi ini, maka itu pertanda Anda sudah menemukan kenikmatan shalat. Allah Swt. berfirman: "Sesungguhnya Aku hanya akan menerima shalat orang-orang yang merendahkan dirinya karena kebesaran-Ku, menahan dirinya dari hawa nafsu karena Aku, yang mengisi sebagian waktu siangnya untuk berzikir kepada-Ku, yang melazimkan hatinya untuk takut kepada-Ku, yang tidak sombong terhadap makhluk-Ku, yang memberi makan kepada orang yang lapar, yang memberi pakaian kepada orang yang telanjang, yang menyayangi orang yang terkena musibah, yang memberikan perlindungan kepada orang yang terasing. Kelak cahaya orang itu akan bersinar seperti cahaya matahari. Aku akan berikan cahaya ketika dia kegelapan. Aku akan berikan ilmu ketika dia tidak tahu. Aku akan lindungi dia dengan kebesaran-Ku. Aku akan suruh malaikat menjaganya. Kalau dia berdoa kepada-Ku, Aku akan segera menjawabnya. Kalau dia meminta kepada-Ku, Aku akan segera memenuhi permintaannya. Perumpamaannya di hadapan-Ku seperti perumpamaan firdaus." (Kalimatullah Al-'Ulya, h. 264)


Tanda Pertama: Merendahkan Diri

Para ulama mengatakan: "Kalau Saudara sudah berdiri di atas sajadah, sudah mengangkat tangan untuk takbir, ketahuilah bahwa Saudara sudah meninggalkan dunia ini. Sudah meninggalkan Indonesia. Sudah meninggalkan planet bumi ini. Saudara sudah mi'raj menghadap Allah Swt. Seperti Rasulullah Saw., Anda berada di Sidratul Muntaha."


Seperti itulah Anda ketika melakukan shalat. Imam Al-Ghazali, di dalam salah satu bukunya, pada bab "Shalat", menceritakan kisah salah Seorang cucu Rasulullah Saw. yang bernama Imam Ali Zainal Abidin. Zayn Al-'Abidin artinya hiasan orang-orang yang ahli ibadah. Ayahnya adalah Husain putra Fatimah, dan Fatimah adalah putri Rasulullah. Imam Al-Ghazali bercerita bahwa pada suatu hari orang melihat Imam Ali Zainal Abidin sedang berwudhu dan wajahnya berubah menjadi wajah yang pucat pasi. Tubuhnya gemetar. Ketika dia ditanya: "Apa yang menimpa Anda?" Imam Ali Zainal Abidin menjawab: "Engkau tidak mengetahui di hadapan siapa sebentar lagi aku akan berdiri."


Ketika berwudhu, Imam Ali Zainal Abidin menyadari bahwa sebentar lagi beliau akan berdiri di hadapan Rabbul 'Alamin, Penguasa alam semesta ini. Karena itu, pada waktu wudhunya saja beliau sudah gemetar, sudah ketakutan, karena sebentar lagi akan menghadap Allah Swt.


Tanda Kedua: Menahan Nafsu

Orang yang diterima shalatnya oleh Allah Swt. mampu mengendalikan dirinya dari hawa nafsunya. Pada hari kiamat nanti, kata Rasulullah Saw.. ada orang-orang yang diistimewakan oleh Allah Swt.; dilindungi khusus sebagai orang-orang penting pada hari kiamat. Salah satu di antara orang yang mendapatkan perlindungan ialah orang yang diajak kencan oleh seorang perempuan yang cantik, yang mempunyai pangkat yang tinggi tapi dia melarikan diri dari ajakannya seraya berkata, "Aku takut kepada Allah Swt." Itulah contoh orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya karena takut kepada Allah Swt.


Tanda Ketiga: Banyak Berzikir

Tanda ketiga, mengisi sebagian siangnya atau memecah-mecah waktu siangnya untuk berzikir kepada Allah. Kita dianjurkan untuk berzikir. Dalam Al-Quran, kita tidak diperintahkan untuk banyak melakukan amal saleh, tetapi disuruh untuk melakukan amal sebaik-baiknya. Al-Quran Al-Karim mengatakan:


... Allah ingin menguji kamu siapa di antara kamu yang paling baik amalannya.... (QS 11: 8)


Allah akan menguji manusia, siapa yang paling baik amalannya (ahsanu amalan) dan bukan yang paling banyak amalannya (aktsaru amalan). Dalam Al-Quran, zikir ada yang diperintahkan untuk dilakukan sebanyak-banyaknya. Dan itu adalah "Berzikirlah kepada Allah sebanyak-banyaknya."



Tanda Lainnya: Solidaritas Sosial

Tanda-tanda yang lain ialah membiasakan hatinya takut kepada Allah. "Dia tidak sombong kepada makhluk-Ku. Dia memberi makan kepada orang yang lapar. Dia memberi pakaian kepada orang yang telanjang. Dia menyayangi orang yang terkena musibah. Dan dia memberi perlindungan kepada orang yang terasing."


Kalau Anda sudah dapat melakukan hal-hal yang disebutkan di atas, dari wajah Anda akan memancar cahaya yang bersinar seperti cahaya matahari. Cahaya yang menerangi kegelapan. Allah akan memberikan ilmu di saat Anda tidak tahu.


Dalam hadis yang lain, Rasulullah Saw. menyebutkan bahwa salah satu cara supaya kita dekat dengan Allah Swt. ialah bersifat dermawan, senang membantu. Rasulullah Saw. bersabda: "Orang yang dermawan dekat dengan Allah, dekat dengan manusia, dan dekat dengan surga." Kemudian, Rasulullah Saw. juga bersabda: "Orang yang bakhil jauh dari Allah Swt., jauh dari manusia, dan dekat dengan neraka. (Biharul Anwar, 73, h. 308). Dalam hadis qudsi yang lain, Allah Swt berfirman: "Aku haramkan surga kepada tiga orang orang yang bakhil, orang yang memberi kemudian menyusulnya dengan caci maki, dan orang yang suka mengadu domba, memecah belah umat Islam.


Selain hadis-hadis tersebut di atas, Rasulullah pernah bersabda: "Kalau shalat seseorang tidak mencegah dia dari kemungkaran, maka shalatnya tidak menambah sesuatu kecuali shalatnya hanya akan menjauhkannya dari Allah Swt."


Orang yang dermawan insya Allah akan menemukan kenikmatan di dalam shalatnya. Dia akan memperoleh kenikmatan di dalam shalatnya, karena dia akan dijaga oleh para malaikat, diberi cahaya dalam kegelapan, dan diberi ilmu secara langsung oleh Allah Swt.


Begitu mulianya orang-orang yang dermawan, sehingga walaupun ia berdosa besar, ia disukai Tuhan. Ketika Nabi Musa a.s. pergi ke Bukit Sinai meninggalkan Bani Israil, ia menitipkan Bani Israil kepada Nabi Harun a.s. Disebutkan bahwa tidak lama setelah kepergian Musa a.s., orang-orang Bani Israil melakukan kemusyrikan atas bujukan seorang yang bernama Samiri. Samiri datang membawa patung emas. Patung emas itu entah bagaimana caranya-bisa berbicara, dan dapat menjawab langsung permintaan orang. Kemudian Samiri mengajak orang untuk menyembah patung dari emas itu. Ketika Nabi Musa a.s. kembali, dipanggilnya Samiri dan harus dihukum karena telah menyesatkan Bani Israil. Semula Samiri akan dihukum mati oleh Nabi Musa, tapi kemudian malaikat Jibril a.s. turun dan memberitahukan kepada Nabi Musa supaya Samiri tidak dihukum mati. Dia malah diberi usia yang panjang. Allah Swt berfirman: "Lepaskan dia dari hukuman mati karena walaupun dia memurtadkan banyak orang tetapi dia orang yang dermawan." Lantaran kedermawanannya, Allah mengistimewakan Samiri untuk tidak dihukum mati pada waktu itu.


Pada suatu peperangan, banyak orang Yahudi yang dihukum mati. Ketika satu tawanan mau dihukum mati, tiba-tiba Malaikat Jibril datang memberitahukan kepada Rasulullah Saw. supaya orang Yahudi itu dibebaskan. Diberitahukan bahwa orang Yahudi yang satu ini suka memberikan makanan, menjamu tamu, dan suka menolong fakir miskin. Ketika Rasulullah datang memberitahukan kepada orang Yahudi itu bahwa dia dibebaskan, dia bertanya: "Mengapa?" Nabi menjawab: "Allah baru saja memberitahukan padaku bahwa kamu suka membantu orang miskin, suka menjamu tamu, suka memikul beban orang lain." Kemudian Yahudi itu berkata: "Apakah Tuhanmu menyukai perilaku seperti itu?" Nabi menjawab: "Betul, Tuhanku menyukai hal itu." Waktu itu juga orang Yahudi itu memeluk Islam. Dia masuk Islam karena sifat kedermawanannya dicintai oleh Allah Swt.


Orang-orang yang suka memberikan pertolongan seperti itu insya Allah akan memperoleh kenikmatan shalat, selain pada tangisan.


Saya ingin mengakhiri pembicaraan saya sekarang ini dengan menceritakan seorang pejabat tinggi, direktur sebuah bank di Jakarta, (Sekiranya ia membaca tulisan ini, saya mohon maaf.) Ia bercerita dalam sebuah pertemuan bahwa dia ingin sekali merasakan kenikmatan dalam shalat atau kenikmatan membaca Al-Quran. Bukankah Al-Quran mengatakan bahwa orang yang beriman itu ialah orang yang apabila dibacakan Al-Quran akan bergetar hatinya. Dia telah membeli kaset-kaset Al-Quran yang bagus-bagus dari Mesir, dan dari tempat-tempat yang lain di dunia. Dia dengarkan kaset-kaset itu. Dia tidak tergetar dan terguncang hatinya.


Sampai suatu saat, la memulai satu kebiasaan yang sangat bagus. Senang membantu fakir miskin, senang mendatangi kampung-kampung kumuh, dan yang sejenisnya. Rumahnya besar dan dipecah-pecah menjadi beberapa kamar yang diisi oleh anak-anak yatim yang dipungut dari tempat-tempat kumuh. Mereka diperlakukan seperti anaknya sendiri; diurus, diberi makan, dan disekolahkan. Beberapa orang di antaranya berhasil. Suatu saat ia berkunjung ke daerah kumuh. Di situ ada surau kecil. Ke surau itu, masuklah anak-anak miskin. Mereka bersama-sama membaca Al-Fatihah. Entah bagaimana ayat Al-Quran itu menggetarkan jauh dalam lubuk hatinya. Dia berlinang air mata. Dia berkata, "Ketika kita membantu orang-orang miskin, janganlah berpikir bahwa kita membantu. Pada hakikatnya kitalah yang dibantu mereka. Antara lain kita dibawa lebih dekat kepada Allah Swt."


Rasulullah Saw. menyenangi tempat-tempat yang di situ kita menyantuni fakir-miskin. Kepada Aisyah, Rasulullah Saw. berpesan, "Wahai Aisyah, dekatilah orang-orang miskin. Cintai mereka, nanti Allah akan dekat dengan kamu."


Tempat-tempat ketika kita membantu orang-orang yang teraniaya, orang-orang yang menderita, orang-orang yang miskin adalah tempat tempat yang membawa kita lebih dekat dengan Allah Swt. Insya Allah, apabila sesudah shalat, kita susul dengan perbuatan-perbuatan tersebut, terutama menyantuni orang-orang yang menderita dan orang-orang miskin, maka kita akan memperoleh kenikmatan yang lain dari shalat itu. []



KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari www.scmbandung.sch.id, SMP Plus Muthahhari www.smpplusmuthahhari.sch.id, SMP Bahtera www.smpbahtera.sch.id, dan SMA Plus Muthahhari www.smaplusmuthahhari.sch.id).

97 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page