top of page
  • Writer's pictureAkhi

Tangan Muhammad Rasulullah


Di tengah sahara yang terhampar sangar Dalam terik matahari siang yang membakar Sepasang tangan suci menyapu lahan di bawah pepohonan Ia menghadap Ka’bah dan mengangkat kedua tangan “Allahu Akbar” Kedua tangan itu tangan Muhammad Rasulullah Di atas tumpukan pelana kuda dan unta Di depan pandangan ratusan ribu mata Ia memandang jauh ke depan Dengan air mata yang mengelegak dalam genangan Tangan kanannya mengangkat tangan kiri anak muda yang berdiri di sampingnya Tangan kanan itu tangan Muhammad Rasulullah Menakjubkan, dari bibir yang suci kalimat lembut memancar Menyebar di sahara yang terhampar Bergulung-gulung membentuk awan Meledakkan gelegar halilintar Dalam genggaman tangan suci, suara indah terdengar “Man kuntu mawlah fa ‘Aliyyun mawlah.” Tangan yang menggengam itu tangan Muhammad Rasulullah Mereka berjalan di pinggiran kota Madinah Di sekitar kota, seperti pagar hidup, ada taman-taman indah “Taman kamu di surga lebih indah lagi” Tiba-tiba kedua tangan Nabi memagut Ali dan dari wajahnya mengalir airmata ke pundak Ali “Aku menangis karena kedengkian orang banyak kepadamu Segera setelah aku meninggalkan kamu” Kedua tangan yang memagut itu tangan Muhammad Rasulullah Di masjid, Ali tertidur dengan tubuh kelabu tertutup debu “Biarkan ia tidur, karena sepeninggalku nanti Ia tak kan sempat beristirahat lagi” Dengan penuh kasih, tangan itu membersihkan debu-debu di punggungnya “Duduklah Ya Aba Turab, wahai Sang Bertabur Debu” Ali terbangun dan kedua pasang mata saling menatap mesra “Engkaulah pemimpin orang miskin dan orang miskin membanggakan kamu sebagai pemimpin mereka” Tangan yang menyapu debu itu tangan Muhammad Rasulullah Di atas pangkuannya, diiringi senyum syahdu roh suci itu terbang lepas menuju Kekasih Sejati kedua tangan itu menyapu muka Sang Nabi Dan mengusapkannya ke mukanya yang sendu “Kau tetap indah, semasa ada dan setelah tiada” Air mata melimpah keluar dari sela-sela jari tangannya Kedua tangan itu tangan Ali Amirul Mukminin Di pinggir jalan, ia menemukan anak kecil menangis sendirian Ia mendekatinya, mendekapnya dan mengusap airmatanya “Kenapa kau menangis, sayang?” “Tadi aku datang ke sini untuk bermain bersama, Teman-teman mengusirku dan berkata: Kau tak punya bapak!” Tangan yang kekar mencecar musuh di Badar sekarang bergetar Tangan yang kuat memegang pedang di medan perang sekarang berguncang Dengan gelegak air mata yang tak tertahan Kedua tangannya memeluknya erat-erat “Bawa uang ini. Bermainlah dengan mereka. Jika mereka bertanya siapa bapakmu? " Katakan: Ayahku Ali bin Abi Thalib! Kedua tangan itu tangan Ali Amirul Mukminin Imam Hasan membagikan makanan Pada barisan orang yang kelaparan Setiap orang memperoleh jatah satu bungkusan “Bolehkah aku meminta satu bungkus tambahan Buat seorang kakek yang berbalut peluh Pekerja kasar di ladang perkebunan.” “Boleh saja,” kata Imam Hasan pembagi makanan “Tidakkah kamu lihat tangan buruh itu Kalau tidak berkeringat basah ia bersimbah darah Dari aliran keringatnya kami bagikan makanan Dari simbahan darahnya kami tegakkan keadilan Tangan orang tua itu tangan ayahku Ali Amirul Mukminin”


KH Jalaluddin Rakhmat Pendiri Yayasan Muthahhari Bandung

9 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page