top of page
  • Writer's pictureAkhi

Terorisme


Sore itu jam berdentang empat kali. Orang-orang bergegas masuk ke rumah. Matahari musim semi masih tinggi di atas ufuk. Tetapi desa-desa kumuh dan miskin itu sudah mulai sepi. Gerakan manusia hanya terlihat pada titik-titik yang bertebaran. Mereka menyebutnya check-point. Di situ berkumpul orang-orang yang berseragam militer Israel. Kalau malam sudah menutupkan tirainya, deru mesin perang dan bunyi tembakan menyebarkan teror ke seluruh pelosok. Tentara bisa saja masuk ke rumah, menggiring penghuninya dengan senapan, dan mengumpulkannya di halaman. Semua penghuni menahan napas, anak-anak sekalipun. Banyak orang ditangkap, dilemparkan ke truk militer, dan diangkut entah ke mana.


Yang ditahan itulah yang keluar rumah. Selain mereka, siapa saja yang keluar setelah pukul empat sore akan ditangkap atau digeledah. Pada 13 Maret yang lalu, tentara Israel menemukan lima orang lelaki dari desa Qalgiya di luar kampung mereka. Mereka digeledah. Bajunya dilucuti. Kelimanya disuruh pulang jalan kaki dan tanpa busana. Pada waktu yang hampir bersamaan, seorang perempuan yang tengah melahirkan ditahan di check-point desa Hossan. Di seberang check-point ambulans sudah menunggu, siap mengantarkannya ke unit perawatan darurat. Ia mengalami banyak pendarahan. Tentara tanpa ampun menggeledahnya dan para pengantarnya. Anak pertama dari kembar wanita itu lahir dan meninggal seketika. Ia lahir tanpa bantuan medis. Raungan ibu yang melahirkan tak membuat tentara mengizinkan pasien lewat. Setelah dua jam, ia diizinkan keluar. Di atas ambulans, anak kedua kembar itu lahir. Sebelum mencapai rumah sakit, dia pun meninggal.


Dr. Munzer ash-Shareet, Deputi Menteri Kesehatan Palestina, membuat daftar panjang para pasien yang tidak bisa ke rumah sakit karena ditahan di check-point. Setelah pengeboman bis yang menewaskan 62 orang Israel, seluruh daerah otonomi di Tepi Barat dan Jalur Gaza berada di bawah kekuasaan militer Israel. Ezer Weizman, Presiden Israel, mengatakan, "Jika kita tidak bisa menemukan jarum dalam tumpukan jerami, kita harus membakar seluruh tumpukan jerami itu." Maksudnya, jika orang Hamas tidak dapat ditemukan di perkampungan Palestina, semua orang Palestina harus menderita.


Segera setelah serangan hari Senin, Israel menetapkan jam malam di 465 desa dan kota di Tepi Barat. Tujuh daerah otonomi di Tepi Barat dinyatakan sebagai zona militer. Transportasi ditutup. Suplai barang dari dan ke daerah-daerah itu dihentikan. Kekurangan makanan dan berbagai kebutuhan pokok sudah sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan. Orang-orang tidak dapat pergi ke tempat kerja atau ke sekolah dan universitas. Sekitar dua juta penduduk dikenakan tahanan kota. Tentara Israel telah menahan lebih dari 175 orang. Dan pemerintah Palestina pimpinan Yasser Arafat menangkap 400 hingga 600 orang lagi.


"Sebanyak tujuh rumah kepunyaan keluarga yang mengebom telah disita dan dua lagi dihancurkan. Pada suatu kejadian, ketika terjadi penghancuran rumah di desa Burga, rumah tetangganya pun diruntuhkan juga. Anggota keluarga pengebom telah ditahan. Penting untuk dicatat, jenis penghukuman kolektif ini ꟷyakni, seluruh anggota keluarga pengebom ditahan, rumah-rumahnya dihancurkan, dan seluruh desanya dibinasakan ꟷ secara selektif diterapkan untuk orang Palestina saja. Rumah keluarga Baruch Goldstein, Yahudi pelaku pembantaian di Mesjid Ibrahim di Hebron pada 1994, yang membunuh 29 orang Palestina, masih berdiri. Malah tak ada tindakan apa pun atas keluarga itu."


Inilah laporan pelanggaran hak asasi yang dikeluarkan oleh Land and Water Establishment, sebuah LSM yang berkedudukan di Jerussalem. Laporan ini tak pernah muncul di media massa. Jeritan dan sakratul maut rakyat Palestina jarang terdengar jelas. Darah dan air mata mereka jarang terlihat.


Apa yang kita saksikan di media massa? Darah 62 orang Israel dan air mata banyak orang Yahudi beserta simpatisan mereka. Bill Clinton, dengan suara parau penuh haru, mengutuk pengeboman itu. Boris Yeltsin mengutuk orang-orang Hamas dan menyebut mereka teroris seperti juga orang-orang Chechnya. Arafat segera menyerukan pertemuan puncak untuk menghancurkan terorisme. Presiden Hosni Mubarak menyediakan tempat dengan suka-cita. Maka di Sharm ash-Shaikh, para presiden, pemimpin negara, perdana menteri dari berbagai negara berkumpul. Clinton menyediakan dana 100 juta dolar AS berikut bantuan intelegensia. Di belakangnya, sebagian besar negara Arab mengikutinya dengan setia.


Clinton tidak pernah memberikan perhatian sebesar itu ketika rata-rata 900 orang Amerika ditembak di Amerika dalam satu minggu. Perhatian dunia juga tidak sebesar itu ketika ratusan orang Chechnya dibantai Rusia, ratusan orang Kasymir ditembaki tentara India, atau ratusan ribu orang Bosnia dibunuh Serbia. Karena kita juga warga dunia, pengikut-pengikut media yang patuh, kita pun tidak meneteskan air mata buat mereka. Ketika kita membicarakan terorisme, selalu saja yang muncul di benak kita adalah puluhan orang yang terbunuh karena serangan beberapa orang yang tertindas. Terorisme adalah pembunuhan cicilan karena terpaksa. Pembunuhan besar-besaran dengan dukungan tentara dan dilakukan dengan kesengajaan untuk membalas dendam adalah "peacemaker" (pemelihara perdamaian). JR wa mā taufīqī illā billāh, 'alaihi tawakkaltu wa ilaihi unīb


Allâhumma shalli 'alâ Sayyiidina Muhammad wa Âli Sayyiidina Muhammad wa ajjil farajahum warzuqna fiddunya ziyâratahum wa fil âkhirati syafâ'atahum

***

KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari www.scmbandung.sch.id, SMP Plus Muthahhari www.smpplusmuthahhari.sch.id, SMP Bahtera www.smpbahtera.sch.id, dan SMA Plus Muthahhari www.smaplusmuthahhari.sch.id).

18 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page