top of page
  • Writer's pictureAkhi

The Hedonic Treadmill


Pada hari ulang tahunku keluarga menghadiahkan kepadaku sebuah treadmill, Mereka tahu bahwa pada usiaku yang mulai lanjut ini aku memerlukan olah raga. Tetapi karena aku terlalu sibuk, treadmill dapat membantu aku untuk berolahraga di rumah. Setiap kali aku mengayun satu langkah ke depan, sabuk dasarnya akan mundur ke belakang. Aku terus melangkah, tetapi tetap berada di tempat yang sama.


Kawanku berusaha membeli mobil mewah. Begitu ia mendapatkannya, ia merasa senang. Kesenangannya tidak berlangsung lama. la ingin membeli yang baru lagi. Seperti kalau Anda gatal, Anda merasa senang dengan menggearuknya. Tetapi garukan Anda akan membuat kulit Anda lebih gatal lagi, dan begitulah selanjutnya. Atau seperti orang yang kehausan dan minum air laut. Setiap teguk minuman menambah kehausannya, la balik lagi kepada posisi semula.


Brickman dan Campbell menyebut kesenangan yang tidak pernah terpuaskan itu sebagai hedonic treadmill. Jika kita menaikkan standar hidup rakyat sampai tingkat tertentu, mereka akan merasa senang. Tetapi setelah itu mereka menyesuaikan dirinya, dan kembali menjadi tidak senang. Inilah yang menjelaskan mengapa kenaikan pendapatan di Amerika tidak menaikkan kebahagiaan Teori ini diterapkan lebih luas pada setiap kesenangan yang kita peroleh.


Jika kita menikmati kesenangan yang sama berulang-ulang, kita perlahan-lahan akan kehilangan kesenangan itu. Kita bisa tertawa terbahak-bahak ketika mendengar sebuah humor untuk pertama kalinya. Pada kali kedua, kita hanya tertawa terbahak saja. Pada kali ketiga, kita tertawa saja. Pada kali keempat tinggal kita saja. Pernahkah kita mendengarkan ceramah seorang mubalig yang membuat kita senang. Ketika mubalig itu mengulang hal yang sama pada waktu yang berbeda, kita tidak tertarik lagi untuk mendengarkannya.


Seperti itulah kesenangan indrawi. “Watak keinginan (untuk mendapatkan kesenangan indrawi) tidak terbatas,” kata Aristoteles. Hamiet menegaskan keinginan yang tak terpuaskan itu dengan berkata:

As if increase of appetite had grown

By whatit fed on


Seakan tambahan selera bertumbuh

dengan apa yang dinikmati


Jika Anda hanya mengejar kesenangan duniawi, Anda tidak akan mencapai rasa puas. Anda selalu merasa kurang. Ukuran kepuasan pun makin lama makin naik. Kesenangan makin lama makin sulit dicapai.


Ketika saya masih mahasiswa, saya tinggal di rumah kontrakan. Nasi dengan garam saja sudah terasa enak. Setelah saya bekerja, nasi dengan sop ayam di warteg terasa enak sekali, Menu yang lama tidak enak lagi. Sekarang, banyak sekali makanan —yang dahulu dianggap sangat sangat enak— tidak membangkitkan seleraku.


Perbandingkan pengalamanku dengan orang yang mencari kepuasan seksual dengan berganti-ganti pasangan. Setiap pasangan baru memuaskan dia secara sekilas, tetapi membuat dia kecewe agi. la mencari yang lebih baik. Standarnya ditingkatken, Makin lama standarnya makin tinggi sehingga ia kehilangan kesenangan itu sama sekali. Pada tingkat seperti itu, perasaannya menjadi tumpul, Tidak ada satu pun yang dapat membuatnya senang. Sampailah ia pada penyakit yang mengerikan dari para pengejar kesenangan indrawi - kejenuhan.


Bersambung pada pembahasan selanjutnya Hakikat Kejenuhan


KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari www.scmbandung.sch.id, SMP Plus Muthahhari www.smpplusmuthahhari.sch.id, SMP Bahtera www.smpbahtera.sch.id, dan SMA Plus Muthahhari www.smaplusmuthahhari.sch.id).

30 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page