top of page
  • Writer's pictureAkhi

WASIAT NABI SAW. DI MINA


Pagi ini, ketika kita berkumpul di sini, saudara-saudara kita yang melaksanakan haji sekarang sedang berkumpul di Mina. Seandainya Allah membukakan kepada kita pemandangan di Mina, kita akan menyaksikan jutaan kaum Muslim sedang berdesakan di sekitar Jumrah Al-'Aqabah. Kita akan mendengar gemuruh takbir mereka ketika tangan-tangan mereka menghujani lingkaran kecil Jumrah dengan bebatuan. Kita akan melihat sebagian jamaah yang kita kenal melepaskan diri dari impitan manusia. Selesai melempar, kemudian berpelukan dengan pipi yang basah oleh air mata. Rombongan demi rombongan kita saksikan datang dan pergi. Sebagian ada yang meneruskan perjalanan ke Makkah untuk melakukan thawaf ifâdhah; sebagian ada yang beristirahat di kemah mereka; sebagian ada yang pergi ke tempat penyembelihan; dan sebagian lagi ada yang ziarah ke Masjid Al-Khaif.


Seribu empat ratus tahun yang lalu, pada hari yang sama, jamaah Muslim yang pertama kumpul juga di situ. Bila Allah Swt. mengembalikan kita ke zaman itu, kita akan melihat Sayyid Al-Anâm, Junjungan Alam, Muhammad Saw. berada di atas untanya, Al-Qashwa. Bilal dan Usamah memegang kendalinya. Unta itu berjalan perlahan-lahan menuju Jamarat. Setelah melempar, para sahabat berdesakan menemui Nabi Saw. "Ya Rasulullah, saya akan melempar dulu, baru kemudian menyembelih," kata seorang sahabat. Dengan senyum dan keramahan yang tidak pernah lepas dari wajahnya, Nabi menjawab, " La haraj-Tidak apa-apa!" Yang lain berkata, "Ya Rasulullah, saya a akan menyembelih dulu, baru kemudian melempar Jumrah." "Lâ haraj," jawab Nabi. Yang lain menyela, "Ya Rasulullah, saya bercukur dulu, baru melempar." Puluhan orang mengajukan cara yang mudah mereka lakukan, dan Nabi selalu menjawab, "Lâ haraj."


Kita akan melihat Nabi yang mulia mencukur rambutnya. Para sahabat berdesakan untuk memperebutkan lembar demi lembar dari rambut yang suci. Kita menyaksikan Abu Thalhah Al-Anshari membagikan rambut Nabi, sehelai demi sehelai. Setelah berimpitan dan berjuang, Khalid bin Walid berhasil memperoleh selembar dan menyimpannya di pecinya.


Sesudah itu, kita melihat Rasulullah Saw. menuju Masjid Al-Khaif. Dia memandang ribuan jamaah yang mengitarinya. Bibirnya yang kudus bergerak menyebutkan pujian kepada Allah. Dia menyampaikan khutbah, "Wahai manusia, dengarkan penjelasanku baik-baik, karena aku tidak tahu apakah aku masih berjumpa lagi dengan kalian di tempat ini pada tahun yang akan datang." Suaranya bergetar. Para sahabat mencoba menahan tangisan yang mulai tertahan di tenggorokan mereka.


"Apakah aku sudah menyampaikan risalah Tuhanku kepada kalian?" serentak terdengar gemuruh jawaban yang sama, "Benar. Engkau sudah menyampaikannya kepada kami."


"Allâhumma isyhad. Ya Allah, saksikanlah!" Sebagian sahabat sudah tidak sanggup lagi menahan tangisan mereka. Mereka mengetahui bahwa tugas Nabi sudah berakhir. Ini berarti, sebentar lagi manusia yang paling mereka cintai akan meninggalkan mereka; sebentar lagi wajah agung itu akan hilang dari pandangan mereka; sebentar lagi sorot mata yang penuh kasih sayang itu akan tertutup.


"Wahai manusia," begitu kata Nabi selanjutnya, "hendaknya yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir. Tahukah kalian hari apakah sekarang ini (Ayyu yaumin hâdzâ)?"

"Hari yang suci (Yaumun haram)."

"Negeri apakah ini (Ayyu baladin hâdzâ)?"

"Negeri yang suci (Baladun haram)."

"Bulan apakah ini (Fa ayyu syahrin hâdzâ)?"

"Bulan yang suci (Syahrun haram)."

"Sesungguhnya darah kalian, harta kalian, kehormatan kalian sama sucinya seperti hari ini, di negeri ini, pada bulan ini. Sesungguh nya kaum mukmin itu bersaudara. Tidak boleh ditumpahkan darahnya. Tuhan kalian satu. Bapak kalian semua Adam dan Adam dari tanah. Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah ialah yang paling takwa. Tidak ada kelebihan orang Arab di atas orang asing kecuali karena takwanya. Apakah aku sudah menyampaikan kepada kalian (Hal ballaghtu)?"


Suara gemuruh terdengar lagi, "Na'am (Benar)." Begitulah setiap kali Nabi menyampaikan satu bagian (maqtha) nasihatnya, beliau mengakhirinya dengan "hal ballaghtu", dan sahabat-sahabatnya menjawab serentak "na'am". Setiap beliau memulai bagian nasihatnya, beliau berkata, "Simaklah pembicaraanku, kalian akan memperoleh manfaat sesudah aku tiada. Pahamilah baik-baik supaya kalian memperoleh kemenangan (Ihfazhû qauli tantafi'u bihî ba'di, wafhamûh, tanasyu)."


Dalam sejarah Islam, khutbah Nabi di Masjid Al-Khaif sering disebut sebagai khutbah haji wada' (khutbah haji perpisahan). Seperti yang dijelaskan oleh Rasulullah Saw., setelah khutbah itu, bahwa beberapa hari kemudian beliau berangkat menemui Allah. Nabi tidak pernah haji lagi setelah itu. Beliau pergi untuk selama-lamanya.


Pada hari Mina sekarang ini, marilah kita merenungkan sebagian khutbah Nabi pada haji wada itu. Pertama, Rasulullah mengingatkan kita untuk menjaga persaudaraan sesama Muslim. Darah, harta, dan kehormatan kaum Muslim tidak boleh diganggu. Kita dilarang melukai sesama Muslim, dilarang mengambil hartanya dengan cara yang haram, dan dilarang menghina, memfitnah, mencemoohkan, dan hal-hal lain yang meruntuhkan kehormatannya. "Memaki seorang Muslim itu durhaka dan membunuhnya kafir," kata Rasulullah Saw. Lalu siapakah orang Islam yang sebenarnya? "Orang Islam," kata Rasulullah Saw., "ialah orang yang menyelamatkan orang Islam yang lain dari gangguan lidah dan tangannya."


Kedua, Nabi Saw. memperingatkan kaum Muslim untuk memelihara akidahnya. Karena kalau akidah sudah rusak, mereka akan saling membunuh. Kemudian dia berwasiat agar kita tetap berpegang teguh pada Al-Quran dan Ahli Baitnya. "Janganlah kalian kembali kufur, sehingga sebagian di antara kamu menyerang sebagian yang lain. Aku tinggalkan untuk kalian dua hal yang apabila kalian pegang teguh, kalian tidak akan sesat selama-lamanya: Kitab Allah dan keluargaku. Allah Yang Mahakasih dan Mahatahu telah memberitahukan kepadaku bahwa keduanya tidak akan berpisah sampai keduanya datang kepadaku di telaga pada Hari Kiamat. Maka, barang siapa berpegang teguh pada keduanya, mereka akan selamat; barang siapa menyalahi keduanya, mereka akan ditimpa celaka."


Ketiga, Rasulullah Saw. meriwayatkan kepada setiap suami yang Muslim untuk berlaku baik terhadap istrinya.


"Wahai manusia, sesungguhnya istri kalian mempunyai hak atas kalian sebagaimana kalian mempunyai hak atas mereka. Hak kalian atas mereka ialah mereka (para istri) tidak boleh mengizinkan orang yang tidak kalian senangi masuk ke rumah kalian kecuali dengan izin kalian. Terlarang bagi mereka melakukan kekejian. Jika mereka berbuat keji, bolehlah kalian menahan mereka dan menjauhi tempat tidur mereka, serta memukul mereka dengan pukulan yang tidak melukai mereka. Jika mereka taat, maka kewajiban kalian adalah menjamin rezeki dan pakaian mereka sebaik-baiknya. Ketahuilah, kalian mengambil wanita itu sebagai amanah dari Allah, dan kalian menghalalkan kehormatan mereka dengan Kitab Allah. Takutlah kepada Allah dalam mengurus istri kalian. Aku wasiatkan kalian untuk selalu berbuat baik kepada mereka."


Perhatikan, bagaimana pada saat-saat terakhir dari kehidupan beliau, Rasulullah mewasiatkan kepada para suami untuk membahagiakan istri-istri mereka. "Tidak akan memuliakan istri kecuali laki-laki yang mulia, dan tidak akan menghinakannya kecuali laki-laki yang hina."


Itulah sebagian kecil dari khutbah Rasulullah di Mina. Sungguh, kita akan membahagiakan hati Rasulullah Saw. bila kita berhasil melaksanakan wasiatnya: memelihara persaudaraan di antara kaum Muslim, berpegang teguh pada Al-Quran dan Sunnah Rasulullah Saw. yang dibawa oleh keluarganya yang suci, serta menjaga kebahagiaan rumah tangga kita dengan sikap saling mencintai dan menghormati. JR wa mā taufīqī illā billāh, 'alaihi tawakkaltu wa ilaihi unīb.


Allâhumma shalli 'alâ Sayyiidina Muhammad wa Âli Sayyiidina Muhammad wa ajjil farajahum warzuqna fiddunya ziyâratahum wa fil âkhirati syafâ'atahum


***

KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari www.scmbandung.sch.id, SMP Plus Muthahhari www.smpplusmuthahhari.sch.id, SMP Bahtera www.smpbahtera.sch.id, dan SMA Plus Muthahhari www.smaplusmuthahhari.sch.id).

51 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page