top of page
  • Writer's pictureAkhi

WASIAT RASULULLAH KEPADA ABU DZAR


Saya akan menyampaikan sebagian wasiat Rasulullah kepada Abu Dzar Al-Ghifari. Abu Dzar adalah salah seorang sahabat Nabi yang hidup cukup lama setelah Rasulullah meninggal dunia. Abu Dzar meninggal dunia pada zaman Utsman bin 'Affan. Abu Dzar diasingkan ke suatu tempat bernama Rabazah, tempat yang tidak berpenduduk walaupun sekali-kali ada orang yang berkunjung ke situ dalam perjalanannya.


Wasiat ini dikisahkan oleh Abul Aswad Al-Duali. Abul Aswad adalah murid Imam Ali yang merumuskan ilmu Nahwu ̶ suatu ilmu yang berkaitan dengan gramatika bahasa Arab. Dialah pendiri ilmu Nahwu. Ada yang menyatakan, Abul Aswad pernah mengeluh kepada Imam Ali tentang banyaknya orang yang berbahasa Arab dengan salah. Imam Ali kemudian berkata, "Bagilah bahasa Arab ini ke dalam bagian ini: isim, fi'il, dan huruf." Sejak saat itu, ilmu tentang isim, fi'il, dan huruf disebut ilmu Nahwu.


Selanjutnya, mari kita simak cerita Abul Aswad sebagaimana tertulis dalam Madinat Al-Balaghah 1: 457: Suatu hari, aku datang ke Rabazah untuk mengunjungi Abu Dzar. Abu Dzar lalu bercerita kepadaku: "Suatu hari, aku memasuki masjid Nabi. Tepat pada siang hari. Aku tidak melihat manusia di masjid, kecuali Rasulullah dan Ali. Kemudian aku menggunakan kesempatan untuk melakukan khalwat di masjid. Aku berkata kepada Rasulullah. 'Ya Rasulullah, demi ayah dan ibuku ̶ orang Arab biasa bersumpah dengan kalimat 'Demi ayah dan ibuku', atau 'Biarlah diriku menjadi tebusanmu ̶ berilah aku wasiat yang dengan wasiat itu, Allah berikan manfaat bagiku.' 'Baik," kata Rasulullah, 'engkau mendapat kehormatan menerima wasiat ini.'"


Inilah wasiatnya:

"Ya Abu Dzar, engkau ini termasuk kami, Ahlul Bait. Aku wasiatkan kepadamu suatu wasiat. Peliharalah wasiat ini baik- baik. Sebab, wasiat ini mengumpulkan seluruh jalan kebaikan. Kalau engkau menjaga wasiat ini baik-baik, akan ada bagian dua pemelihara.


"Hai Abu Dzar, beribadahlah kepada Allah seakan-akan engkau melihat Dia, dan jika engkau tidak melihat Dia, sesungguhnya Allah Azza wa Jalla melihatmu. Ketahuilah, ibadah yang pertama ialah mengenal Allah. Dialah yang awal sebelum segala sesuatu dan tidak ada sebelum-Nya satu pun. Dialah yang tunggal, dan tidak ada yang kedua yang menyertai-Nya. Dialah yang tetap hidup kekal setelah musnah bumi dan apa yang ada di dalamnya. Dan Dialah yang Maha Pemurah dan Maha Mengetahui yang menguasai segala sesuatu. Ibadah yang kedua adalah iman dan meyakini bahwa Allah mengutusku kepada seluruh umat manusia, membawa kabar gembira dan peringatan, memanggil manusia kepada Allah dengan izin-Nya, dan menjadi pelita yang menerangi. Kemudian, ibadah yang ketiga adalah mencintai Ahlul Baitku yang sudah Allah hilangkan dari mereka segala dosa dan telah Allah sucikan mereka sesuci-sucinya. Ketahuilah, hai Abu Dzar, sesungguhnya Allah menjadikan Ahlul Baitku seperti perahu keselamatan kaum Nabi Nuh. Siapa yang menungganginya, selamat; dan siapa yang meninggalkannya, tenggelam. Dan perumpamaan Ahlul Bait ini seperti pintu gerbang tembok di kalangan Bani Israil; siapa yang memasukinya, akan aman. "Hai Abu Dzar, jagalah apa yang aku wasiatkan kepadamu; tentu engkau akan bahagia di dunia dan di akhirat.


"Hai Abu Dzar, jauhilah menangguh-nangguhkan amal karena sesungguhnya engkau diikat oleh harimu sekarang, bukan oleh hari yang akan datang. Kalau hari yang akan datang itu datang kepadamu, berlakulah hari yang akan datang itu seperti hari ini. Kalau tidak memiliki masa depan, tidak memiliki waktu yang akan datang, engkau tidak akan menye sal atas apa yang engkau hilangkan pada hari ini.


"Hai Abu Dzar, betapa banyak orang yang menghadapi hari ini, tetapi tidak mengisinya dengan sempurna. Dan betapa banyak orang yang menunggu hari esok, tetapi tidak pernah mencapainya.


"Hai Abu Dzar, seandainya engkau memerhatikan ajal dan kedatangannya kepadamu, tentu engkau akan membenci angan-angan dan tipuannya.


"Hai Abu Dzar, jadilah engkau di dunia ini seperti perantau, atau seperti orang yang hanya lewat di sebuah jalan. Dan hitunglah dirimu sekarang sebagai bagian dari ahli kubur.


"Hai Abu Dzar, apabila memasuki waktu pagi, janganlah engkau berkata tentang waktu soremu. Apabila memasuki waktu sore, janganlah engkau menghitung dirimu bisa sampai pada waktu pagi. Manfaatkanlah waktu sehatmu sebelum engkau sakit, dan waktu hidupmu sebelum engkau mati. Karena engkau tidak akan tahu apa sebutanmu esok hari.


"Hai Abu Dzar, aku tidak melihat keanehan seperti neraka, karena orang-orang yang lari darinya terlelap dalam tidur mereka. Dan tidak ada yang mengherankan seperti surga, karena orang-orang yang mengharapkannya, terlelap juga dalam tidur mereka.


"Ya Abu Dzar, hendaklah engkau lebih bakhil terhadap umurmu daripada engkau bakhil terhadap dirham dan dinarmu.


"Ya Abu Dzar, sesungguhnya tidak ada yang ditunggu manusia kecuali kekayaan yang akan membawanya durhaka, atau kefakiran yang membawanya lupa, atau kesakitan yang membawanya binasa, atau ketuaan yang akan melemahkan dirinya, atau maut yang akan membinasakannya, atau dajjal ̶ makhluk gaib dan paling jelek yang ditunggu manusia ̶ atau hari kiamat. Dan hari kiamat itu jauh lebih pahit lagi.


"Sesungguhnya, sejelek-jeleknya manusia di hadapan Allah pada hari kiamat adalah seorang yang berilmu yang tidak memberi manfaat dari ilmunya. Atau orang yang men cari ilmu supaya wajah manusia berpaling kepadanya. Maka dia tidak akan mencium bau surga sedikit pun.



"Ya Abu Dzar, siapa yang mencari ilmu untuk menipu manusia, dia tidak akan memperoleh bau surga.


"Ya Abu Dzar, apabila engkau ditanya tentang suatu ilmu dan engkau tidak tahu, ucapkanlah 'Aku tidak tahu'. Engkau selamat dari celaannya. Janganlah engkau memberi fatwa tentang sesuatu yang engkau tidak ada ilmunya; supaya engkau selamat dari azab Allah pada hari kiamat. Ya Abu Dzar, pada hari kiamat nanti, penghuni surga akan melihat penghuni neraka. Penghuni surga itu berkata, 'Mengapa kamu masuk neraka, padahal kami masuk surga karena pendidikan yang kami peroleh dari kamu, karena pengajaran yang kami peroleh dari kamu, karena pengajaran yang kami peroleh berkat kamu.' Maka berkatalah ahli neraka, 'Betul, kami dulu memerintah engkau untuk berbuat baik, tetapi kami sendiri tidak melakukannya."


"Ya Abu Dzar, sesungguhnya kewajibanmu kepada Allah lebih besar daripada yang dapat engkau lakukan, dan sesungguhnya nikmat Allah kepadamu jauh lebih banyak daripada apa yang dapat engkau hitung. Karena itu, bertobatlah engkau pada waktu pagi dan sore.


"Ya Abu Dzar, kalau engkau melewati malam dan siang, ketahuilah, sesungguhnya engkau sedang mengurangi umurmu dan sedang menjaga amal-amalmu, dan maut akan datang kepadamu secara tiba-tiba. Maka, barang siapa menanamkan kebaikan, hampir-hampir dia memetik kebaikan itu seperti yang dia inginkan. Barang siapa menanamkan kejahatan, hampir-hampir dia memetik penyesalan. Maka bagi setiap penanam, akan memperoleh apa yang ditanamnya.


"Ya Abu Dzar, seorang Mukmin itu jika melihat dosanya, akan merasa bahwa dia seakan berada di bawah batu, dan dia takut batu itu akan menimpa dirinya. Dan orang kafir jika melihat dosanya, seperti dia melihat nyamuk yang sedang lewat di hadapannya.


"Ya Abu Dzar, sesungguhnya apabila Allah Swt. menghendaki kebaikan seseorang, dijadikannya itu di hadapan matanya dan dia merasakan dosanya itu sebagai beban yang berat. Namun, apabila Allah menghendaki kejelekan seseorang, Allah menjadikan dia lupa terhadap dosa-dosanya.


"Ya Abu Dzar, sesungguhnya diri seorang Mukmin dipenuhi oleh rasa takut menghadapi dosa-dosanya: lebih takut daripada seekor burung kecil yang dilemparkan ke jaring yang menangkapnya.


"Ya Abu Dzar, nanti pada hari kiamat, ada orang yang masuk surga, kemudian Allah memberinya kemuliaan di atas orang lain di surga; sehingga apabila kaum yang lain melihat mereka, kaum tersebut mengenalnya dan berkata, "Tuhan kami, bukankah itu saudara-saudara kami dulu di dunia dan kami beramal juga seperti mereka. Lalu, karena apa Engkau memuliakan mereka di atas kami?' Kemudian dikatakan kepada mereka, 'Sebetulnya, mereka dari kamu. Karena sesungguhnya, mereka lapar ketika kamu kenyang, mereka haus ketika kamu terpuaskan, mereka berdiri shalat ketika kamu tertidur, mereka bangkit ketika kamu berbaring.


"Ya Abu Dzar, selama engkau shalat, maka selama itu pula engkau mengetuk pintu Allah Al-Jabbar. Dan barang siapa yang sering menyentuh pintu Allah, Allah akan membukakan pintu baginya.


"Ya Abu Dzar, sesungguhnya Allah Azza wa Jalla membanggakan tiga orang hamba-Nya di hadapan para malaikat. Pertama, seorang hamba yang berada pada waktu subuh di sebuah tempat terpencil; dalam kesendiriannya di situ, kemudian dia azan, qamat, dan shalat. Tuhan berkata kepada malaikat, 'Lihat hamba-Ku itu! Dia shalat sendirian; tidak seorang pun melihatnya shalat kecuali Aku. Lalu turunlah 70.000 malaikat. Mereka shalat di belakangnya, memohonkan ampunan kepada Allah untuknya sampai waktu siang hari. Kedua, seorang hamba yang bangun tengah malam, kemudian shalat sendirian, setelah itu dia sujud dan tertidur dalam keadaan sujud. Allah Swt. berkata, "Lihatlah hamba-Ku! Ruhnya berada dalam tangan-Ku, dan jasadnya sedang sujud taat kepada-Ku.' Dan ketiga, seorang hamba yang tetap teguh berada di medan perjuangan ketika sahabat-sahabatnya lari. Dia berjuang di sana sampai terbunuh.


"Hai Abu Dzar, apabila orang meletakkan dahinya di atas tanah, tanah itu akan menjadi saksi baginya pada hari kiamat nanti. Setiap tempat yang didatangi oleh satu kaum, tempat itu boleh jadi mengutuknya atau mendoakannya. Hai Abu Dzar, setiap pagi dan sore, bagian-bagian bumi itu berbicara satu sama lain. Satu bagian bumi berkata, 'Hai tetanggaku, apakah datang kepadamu seseorang yang berzikir kepada Allah Swt. atau yang meletakkan dahinya kepadamu untuk sujud kepada-Nya?" Tetangganya ada yang menjawab "Tidak, ada juga yang menjawab "Ya'.


"Apabila tetangganya menjawab 'Ya', berguncanglah bagian bumi yang lain dan berkata, 'Sungguh, engkau lebih utama daripada aku hari ini.'


"Hai Abu Dzar, sesungguhnya bumi menangisi kematian seorang Mukmin sampai empat puluh hari lamanya."


Itulah sebagian Wasiat Rasulullah kepada Abu Dzar. JR wa mā taufīqī illā billāh, 'alaihi tawakkaltu wa ilaihi unīb


Allâhumma shalli 'alâ Sayyiidina Muhammad wa Âli Sayyiidina Muhammad wa ajjil farajahum warzuqna fiddunya ziyâratahum wa fil âkhirati syafâ'atahum

***

KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari www.scmbandung.sch.id, SMP Plus Muthahhari www.smpplusmuthahhari.sch.id, SMP Bahtera www.smpbahtera.sch.id, dan SMA Plus Muthahhari www.smaplusmuthahhari.sch.id).

80 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page