WAJAH RASULULLAH BERCAHAYA DAN HARUM TUBUHNYA

Pada saat kelahiran Nabi berdasarkan riwayat riwayat yang sampai kepada kita diriwayatkan dengan sanad yang bermacam-macam bahwa Sayyidah Aminah binti Wahab, ibu Rasulullah, berkata, “Ketika aku dalam proses melahirkan Rasulullah, aku tidak mendapatkan rasa sakit sedikit pun sampai aku melahirkannya. Ketika Rasulullah sudah lahir, keluarlah cahaya yang menyinari antara timur dan barat.” Beliau lahir jatuh ke bumi”, begitu dalam hadisnya dengan bertelungkup dengan kedua tangannya. Dalam riwayat lain disebutkan, beliau lahir dalam keadaan duduk dengan lututnya (seperti tahiyat awal) sambil mengangkat kepalanya ke langit dan bersamaan dengannya, keluarlah cahaya yang menyinari istana Syam dan pasar-pasarnya. “Sampai aku melihat leher-leher unta di bumi.” Itu menurut kisah Aminah binti Wahab.

Saya pernah membaca, dalam Al-Barzanji, kisah lahirnya Rasulullah. Ketika sampai pada kisah yang menceritakan bahwa ketika Rasulullah lahir, keluar cahaya meliputi timur dan barat, saya berkata, “Itu berlebih-lebihan! Itu dongeng, tidak ada hadisnya. Itu hanya untuk mendramatiskan peristiwa kelahiran Nabi saja. Ternyata, yang saya kira tidak ada hadisnya itu karena waktu itu saya belum tahu hadisnya. Kebetulan dalam Al-Barzanji tidak disebutkan sanad-sanad hadisnya. Saat itu, saya merasa sangat rasional: “Mana mungkin dari bayi keluar cahaya yang meliputi timur dan barat?”

Di perpustakaan SMA Plus Muthahhari, ada sebuah buku hasil riset seorang Barat selama 20 tahun lebih yang berisi kumpulan hal-hal yang berkaitan dengan paranormal di seluruh dunia.

Michael Murphy, setelah melakukan penelitian berpuluh tahun tentang apa yang disebutnya sebagai “extraordinary life”, menulis tentang keberadaan manusia yang memancarkan cahaya. Ia menyebutnya “perceptions of extraordinary luminosities”. persepsi berkenaan dengan cahaya yang luar biasa:

“Persepsi tentang aura atau halo di sekitar binatang, tanaman, dan manusia; tentang bentuk-bentuk cahaya yang dihubungkan dengan pikiran dan emosi tertentu; tentang bercak-bercak cahaya yang tampaknya memancar dari ruang kosong: tentang cahaya yang tak bisa dijelaskan yang meliputi ruangan atau lokasi lainnya telah banyak dijelaskan oleh shaman, medium, dan pertapa. Pada zaman modem, persepsi demikian telah dianggap penting oleh Carl Jung. Wilhelm Reich, dan para pengikutnya. Jung, sebagai misal, menemukan rujukan tentang itu dalam opintheres, pada naskah alkimia, la menghubungkannya dengan pemikiran Kabalistik (semacam tarekat Yahudi) tentang cahaya ruh yang memenuhi dunia, dengan ajaran Gnostik mengenai ‘atom Cahaya’, dengan pandangan Heraclitus dan Democritus mengenai ‘pancaran esensi gemintang’ (The Future of Human Body: Explorations into the Further Evolution of Human Nature, h. 73).”

Henri Corbin, peneliti Prancis tentang tasawuf dan filsafat Islam di Iran, menjelaskan bahwa tingkat cahaya itu bergantung pada macam spiritual dari sumber cahayanya. Makin tinggi tingkat ruhaniahnya, makin berkilau cahayanya. Menurut Corbin, “Pada awalnya, cahaya itu hanya tampak sekilas. Makin sempurna perkembangan ruhani orang, makin tinggi derajatnya, makin lama cahaya itu bertahan, makin beragam bentuknya, sehingga akhirnya menampakkan diri dalam bentuk wujud samawi. Pendeknya, secara umum, sumber yang membentuk cahaya ini adalah wujud spiritual dari sang Sufi.”

Kalau mereka saja sebagaimana dilaporkan para peneliti bisa menampakkan cahaya, apalagi Rasulullah, yang tingkat ruhaniahnya mencapai kedudukan Nurul Anwar, cahaya segala cahaya!

Saya tidak bisa menolak omongan itu dengan berkata, “Wah, itu tidak masuk akal. Masak dari tubuh keluar cahaya?” Sebetulnya saya tidak boleh mengatakan tidak masuk akal, hanya karena saya belum pernah melihat ada orang yang dari tubuhnya keluar cahaya. Sebab, dari beberapa sahabat yang lain memang dilaporkan tentang keluarnya cahaya dari tubuh Rasulullah.

Dalam Shahih Bukhari disebutkan tentang sifat Nabi: “Aku mendengar Al-Barra’ berkata, ‘Nabi adalah orang yang paling bagus wajahnya, yang paling indah akhlaknya. Rasulullah tidak terlalu jangkung dan tidak terlalu pendek.’ Masih dalam Shahih Bukhari disebutkan juga bahwa “rambut Rasulullah itu mencapai ujung telinganya”. “Aku pernah melihat wajah Rasulullah itu kemerah-merahan. Belum pemah aku melihat wajah seindah itu.” Ketika Rasulullah meninggal dunia, ditanyakan kepada Al-Barra’, “Apakah wajah Nabi itu seperti pedang?” (maksudnya menakutkan), “Ketahuilah, kalau seseorang berada dalam majelis Rasulullah, karena wibawa beliau, orang itu menundukkan kepalanya.”

Karena itu, majelis Rasulullah bisa diketahui oleh majelis lain, karena di majelis Rasulullah, orang-orang menundukkan kepala mereka seakan-akan burung bertengger di atas kuduk-kuduk mereka. Ada sahabat yang berkata, “Aku punya pertanyaan yang bertahun-tahun tidak sanggup aku sampaikan karena wibawa Rasulullah. Karena cerita-cerita tentang wibawa Rasulullah itu, ada orang bertanya kepada Al-Barra’. “Apakah wajah itu seperti pedang sehingga orang yang melihatnya ketakutan?” “Tidak. Wajahnya seperti bulan.”

Ka’ab bin Malik menceritakan, “Ketika mengucapkan salam kepada Rasulullah, aku melihat wajah beliau berseri-seri karena kebahagiaan. Jika merasa bahagia, wajah Rasulullah itu berseri-seri seperti bulan.” Karena itu, dalam shalawat, Anda sering mendengar bait berikut:

Anta syamsun

anta badrun

anta nurun faugan nüri

anta iksiru wa ghali

anta mishbihush shuduri

kau surya

kau candra

kau cahaya di atas cahaya

kaulah kesturi

kaulah wewangian

kaulah pelita hati

Menurut bait-bait itu, wajah Rasulullah seperti bulan bersinar, atau bisa juga hanya metafora; seperti orang jatuh cinta memuja-muja orang yang dicintainya. Menurut saya, wajah Rasulullah itu bersinar dalam arti yang sebenarnya, bukan hanya dalam arti kiasan. Kita sering menemukan wajah berseri, tetapi dalam arti kiasan; misalnya, berserinya wajah seseorang ketika ia memperoleh uang jutaan.

Bagaimana membedakan antara arti kiasan dan arti sebenarnya, apabila kita menemukan hadis seperti itu? Kita harus mencari keterangan yang lain. Dan dalam hal ini, ada keterangan dari Aisyah, Kanz Al-Ummal 6: 207. Kata Aisyah, “Aku meminjam jarum dari Habsah binti Rawahab untuk menjahit. Jarum itu jatuh. Aku mencari-carinya, tetapi tidak menemukannya. Maka ketika Rasulullah masuk, kelihatan jelaslah jarum yang hilang itu karena pancaran sinar wajahnya. Aku pun tertawa. Rasulullah bertanya, “Hai Humaira, mengapa engkau tertawa?” Aku berkata, “Begini dan begini, ya Rasulullah;’ kuceritakanlah peristiwa itu. Kemudian Rasulullah berkata dengan suara yang keras, “Hai Aisyah, malanglah orang yang tidak diberi kesempatan memandang wajahku karena tidaklah seorang Mukmin atau kafir kecuali mengharapkan melihat wajahku”. Insya Allah, pada Hari Akhir nanti kita akan diberikan kesempatan melihat wajah Rasulullah.

Jadi, Rasulullah bersinar-sinar wajahnya bukan saja secara kiasan, melainkan juga arti yang sebenarnya. Karena itu, ketika beliau dilahirkan, seseorang yang pernah melihat kelahirannya, yaitu ibu Utsman bin Abdash, berkata, “Aku menyaksikan ketika Aminah melahirkan Rasulullah, keluar cahaya yang menyinari seluruh rumah. Saat itu aku sedang berada di rumahnya. Ke mana pun kami melihat, yang terlihat adalah cahaya.” Hadis ini diriwayatkan oleh Al-Thabrani, juga oleh Al-Haitami dalam kitab Majma’ 2: 220.

Banyak penjelasan tentang cahaya yang keluar dari orang-orang tertentu; cahaya dalam arti yang sebenarnya. Hal itu sudah dibuktikan dalam penelitian-penelitian empiris dunia modern. Masalahnya, kita belum pernah melihat adanya orang yang bercahaya. Tetapi, kepercayaan tentang adanya orang yang wajahnya bercahaya merata di seluruh bangsa, termasuk di Indonesia. Sehingga, ada orang yang menipu orang lain dengan teknik tertentu agar perutnya memancarkan cahaya, padahal padanya diletakkan baterai. Orang-orang berdatangan meminta berkah kepadanya.

Dalam psikologi bahkan ada cahaya-cahaya tertentu yang menunjukkan aura seseorang. Ada cahaya yang terang sehingga mata telanjang orang awam seperti kita pun dapat melihatnya. Itulah cahaya Rasulullah. Ada juga orang yang cahayanya tidak begitu terang dan hanya bisa dilihat oleh orang-orang tertentu. Selain itu, bahkan ada orang yang diberi kemampuan melihat cahaya yang ada pada orang lain. Dia tahu seseorang sedang marah atau jengkel dari perbedaan cahaya di wajahnya; atau kalau sedang bahagia dengan keluarnya cahaya tertentu. Bukti-bukti itu saya tunjukkan untuk menegaskan bahwa laporan yang menyatakan Rasulullah bercahaya bukanlah laporan yang dibuat-buat.

Rasulullah Harum

Para sahabat juga melaporkan bahwa tubuh Rasulullah itu harum dan tangannya halus. Dalam Shahih Bukhari, seorang sahabat, Abi Zuhaifah bercerita,

“Rasulullah keluar bersama-sama para sahabat sampai ke Hajarah, dan dari Hajarah sampai ke Badhah. Rasulullah berwudhu, kemudian shalat zuhur dua rakaat dan asar dua rakaat. Jarak kedua tempat itu tidak terlalu jauh dari Madinah, kira-kira 20 kilometer. Rasulullah meng-qashar shalatnya. Pada tangannya, Rasulullah memegang tongkat. Orang-orang berdiri dan beramai-ramai bertabaruk memegang tangan Rasulullah untuk diusapkan ke wajah mereka. Aku juga memegang tangan Nabi dan aku simpan tangan Nabi ke wajahku. Tiba-tiba, terasa tangan Nabi lebih sejuk daripada salju dan lebih harum daripada kesturi. Dalam riwayat lain disebutkan: “Ketika menyentuh tangannya, aku tidak pernah menemukan sesuatu yang lebih lembut daripada sutra seperti tangan Rasulullah.”

Berkenaan dengan harumnya tubuh Rasulullah, kita bisa menirunya, yaitu dengan memakai wangi-wangian. Tetapi mengenai bersinarnya wajah Rasulullah, itu bukanlah Sunnah, karena tidak ada yang mampu menirunya. Kita tidak akan bisa menirukan wajah kita agar bersinar seperti Rasulullah, kecuali menggunakan baterai. Anda boleh mencobanya. Letakkan baterai di balik baju Anda, kemudian sorotkan ke atas, nanti wajah Anda malah tampak menakutkan. Begitu juga, tangan Rasulullah yang lembut merupakan karakteristik beliau. Jangan sampai Anda menganggap tangan yang lembut karena tidak pernah bekerja sebagai tangan yang sesuai dengan Sunnah, dan sebaliknya tangan yang kasar karena bekerja keras sebagai tangan yang tidak sesuai dengan Sunnah Justru tangan yang kasarlah yang pernah dicium Rasulullah, yaitu tangan Sa’ad Al-Anshari. Ketika Sa’ad menunjukkan tangannya yang kasar dan melepuh kepada Rasulullah, Rasulullah bertanya, “Mengapa?” “Ya Rasulullah, saya memecah batu untuk membiayai keluarga saya,” jawab Sa’ad, Nabi kemudian mengambil tangan Sa’ad dan menciumnya seraya berkata, “Inilah tangan yang tidak akan disentuh api neraka selama-lamanya.”

Jadi, keutamaan kita bukanlah pada lembut atau kasarnya tangan, melainkan karena apa tangan itu lembut dan karena apa tangan itu kasar. Ada tangan yang lembut karena tidak pernah ada orang disakiti dengan tangan itu. Ada juga tangan yang lembut karena sering memberikan bantuan kepada kaum Muslim yang kesusahan. Tangan seperti itu termasuk tangan yang utama. Begitu juga, ada tangan yang kasar karena bekerja keras untuk menghidupi keluarga, seperti tangan Sa’ad AlAnshari. Tangan seperti itu termasuk juga tangan yang utama.

Karakteristik Fisik Nabi

Dari Ibn Syahr Asyub dalam Al-Manaqib, Al-Tirmidzi dalam Al-Syama’il Al-Thabari dalam Al-Tarikh, Al-Zamakhsyari dalam Al-Fa’iq, dan Al-Fattal dalam Al-Raudhah, menceritakan Nabi yang mulia dengan berbagai hadis. Salah satu di antaranya adalah hadis yang sanadnya bersambung kepada Imam Ali, Ibn ‘Abbas, Abu Hurairah, Jabir Al-Samarah, dan Hind bin Abi Halah:

Nabi sangat dihormati dan dimuliakan, dihormati dalam pandangan umatnya dan dimuliakan dalam hati mereka. Wajahnya bersinar seperti purnama: terang, putih, dan kemerah-merahan. Ia tidak terlalu kurus dan tidak terlalu gemuk. Dahinya putih dan mukanya menyenangkan. Bagian putih matanya sangat putih, dan bagian hitam matanya sangat hitam. Tepian kelopak matanya hitam legam. Alisnya panjang dan tebal. Kepalanya proporsional dengan tubuh yang tegap.

Dahinya lebar. Hidungnya mancung. Ada noktah merah terlihat dalam putih matanya. Alisnya hampir-hampir bertemu. Pipinya halus dan lembut. Lengannya panjang dan gempal. Bahunya lebar dengan tangan yang kekar dan kaki yang kokoh.

Dadanya tidak berbulu. Telapak kakinya melengkung di tengahnya. Bulu matanya panjang, kumisnya tebal, janggutnya penuh bercampur antara rambut hitam dan putih.

Satu garis bulu yang sangat tipis memanjang dari tengahtengah dada sampai pusamya. Perutnya sejajar dengan dadanya. Dadanya bidang Lehemya begitu indah seperti terbuat dari perak murni. Jari jemarinya panjang. Tumitnya bertulang tidak berdaging. Dagunya pendek. Dahinya agak menonjol ke depan. Pahanya berisi dan berotot. Ada sedikit tonjolan pada panggulnya. Anggota-anggota tubuhnya kokoh dan kekar. Tingginya sedang, tidak jangkung dan tidak pendek. Rambutnya ikal. Wajahnya tidak gemuk dan tidak kunis. Warna wajahnya tidak seputih matanya. Tulangtulang sendinya besar. Tidak ada bulu pada perut dan dadanya, kecuali satu garis bulu yang sangat tipis yang memanjang dari dada sampai perutnya. Rambut putihnya terlihat pada samping kepala dekat telinganya.

Tangannya seperti penjual wewangian. Selalu semerbak dengan wewangian. Telapak tangannya lebar. Ketika ia bahagia, wajahnya bersinar seperti cermin yang mengilat. la berjalan dengan tegap, tetapi dengan kesan rendah hati. Ia akan berlari lebih dahulu dari orang banyak untuk melakukan kebaikan. Ia berjalan cepat seakan-akan menuruni bukit. Ketika ia tersenyum, ada kilatan sinar dari giginya sebelum ia mengatupkan mulutnya. Ia tampan, sopan, necis, dan ramah. Ketika ia menghadapkan wajahnya kepada orang banyak, mereka merasa seakanakan wajahnya itu pelita yang terang: tetes-tetes keringat pada wajahnya seperti mutiara. Harum keringatnya lebih baik daripada harum kesturi. Ia punya tanda kenabian di antara belahan bahunya. JRwa mā taufīqī illā billāh, ‘alaihi tawakkaltu wa ilaihi unīb

Allâhumma shalli ‘alâ Sayyiidina Muhammad wa Âli Sayyiidina Muhammad wa ajjil farajahum warzuqna fiddunya ziyâratahum wa fil âkhirati syafâ’atahum

***

KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari www.scmbandung.sch.id, SMP Plus Muthahhari www.smpplusmuthahhari.sch.id, SMP Bahtera www.smpbahtera.sch.id, dan SMA Plus Muthahhari www.smaplusmuthahhari.sch.id).

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *