
Saya tertarik untuk mengutip pembahasan kata cinta dari Ibn Al-Qayyim Al-Jauziyyah yang terdapat dalam kitab Madarij Al-Salikîn bain Manâzil lyyaka Na’budu wa Iyyaka Nastaîn. Kitab setebal tiga jilid ini hanya membahas ayat lyyāka na’budu wa iyyaka nastaîn. Pembahasannya itu, ia sebut sebagai madarij al-sâlikîn, tahapan-tahapan yang ditempuh oleh para musafir yang menuju Tuhan; bagaimana bergerak di antara manzilah-manzilah iyyaka na’budu wa iyyaka nastaîn. Ibn Al-Qayyim bercerita tentang manzilah al-mahabbah, stasiun-stasiun cinta, dan perjalanan menuju Allah Swt.
Ibn Al-Qayyim memulainya dengan berkata, “Tidak mungkin cinta didefinisikan secara lebih jelas kecuali dengan cinta lagi (La tuhadd al-mahabbah bi haddin awdhah minha).” Karena itu, menurutnya, definisi cinta adalah wujud cinta itu sendiri (fahadduha wujuduha). Dengan demikian, cinta tidak bisa digambarkan lebih jelas kecuali dengan cinta lagi (La tushaf al-mahabbah fi washfin azhhar min al-mahabbah).
Yang menarik, ia bercerita tentang asal-usul kata hubb dalam bahasa Arab. Dalam pandangannya, dengan meneliti asal-usul kata hubb, kita akan sampai kepada definisi cinta. Dalam bahasa Arab, setiap akar kata mempunyai hubungan satu sama lain.
Arti pertama kata hubb adalah al-shafa’ wa al-bayadh, yang bersih putih. Bagian gigi yang putih bersih disebut dengan habab al-asnân. Habba memiliki satu akar kata dengan kata habab.
Arti kedua adalah al-‘uluww wa al-zhuhur, menonjol, tampak. Orang Arab menyebut bagian air hujan yang paling tinggi dan paling atas dengan kata habab, habab al-ma, bagian air yang paling atas. Mereka juga menyebut kata yang sama untuk air yang melimpah di atas gelas. Kata habba-yahubbu- hubban dipakai juga untuk yang menelungkup dan tidak mau bangun-bangun. Mereka menyebut habb al-ba’ir kepada unta yang sedang menelungkup.
Jadi, arti ketiga adalah al-luzum wa al-tsubût, terus-menerus berada di suatu tempat.
Arti keempat, sesuatu yang merupakan inti sesuatu, dalam bahasa Arabnya disebut al-lubb. Hati nurani dalam bahasa Arab disebut habab al-qalb, jantung hati. Jadi, maknanya adalah asal segala sesuatu. Biji buah-buahan yang menjadi benih disebut habbah. Karena itu, dalam ayat Al-Quran, ada kata habbah yang artinya biji yang tumbuh. Atau seperti terdapat dalam hadis Nabi, “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada sebesar biji (habbah) sawi dari rasa takabur.” Pengertian “biji” dalam hadis ini memakai kata habba.
Yang kelima, habba berarti memelihara, menjaga, atau menahan (al-hifzh wa al-imsak). Al-imsak artinya menjaga dan menahan. Orang menyebut tutup botol air, yang menahan agar air itu tidak tumpah dan menjaganya agar tidak kotor dan tercemari, dengan hibb al-ma’.
Kata Ibn Al-Qayyim Al-Jauziyyah, cinta bisa kita definisikan dengan seluruh makna asal dari kata cinta itu. Dengan demikian, ada lima syarat cinta, yaitu sebagai berikut:
1. Al-shafa’ wa al-bayadh, yakni kemurnian, kebersihan, dan ketulusan. Seseorang yang mencintai (seseorang atau sesuatu), cintanya harus bersih dari kecintaan kepada selainnya. Kalau cintanya bercampur, itu bukan cinta.
2. Al-‘uluww wa al-zhuhur, yakni tinggi dan tampak. Dengan demikian, kecintaan kita harus tampak. Namun, Allah mempunyai hak prerogatif untuk menyembunyikan cinta- Nya kepada kita. Pada bagian berikutnya dari tulisan ini, saya akan mengantarkan cinta kepada Tuhan dengan cerita yang terkenal di kalangan sufi, yaitu cerita tentang Laila-Majnun. Cerita Laila-Majnun ditulis oleh seorang sufi bernama Hakim Nizhami, yang katanya sendiri belajar tasawuf langsung dari Nabi Khidir. Dalam konsep mistik Islam, Nabi Khidir memegang peranan yang sangat penting. Menurut riwayat, Doa Kumail juga disebut dengan Doa Nabi Khidir. Konsep Khidir, dalam tasawuf, agak istimewa. Sampai-sampai Henry Corbin menulis khusus tentang konsep Khidir dalam tasawuf Islam. Hakim Nizhami melahirkan enam karya besar dalam tasawuf. Tapi, seluruh kisah sufi itu digambarkan dengan cerita cinta. Antara lain, cerita tentang Laila-Majnun itu.
3. Al-luzum wa al-tsubût, yaitu keinginan untuk terus-menerus bersama dengan yang dicintai. Sebagaimana unta yang menelungkup dan tidak mau bangun-bangun, seperti itu pula seorang pencinta di hadapan kekasihnya.
4. Habab al-qalb, yaitu menyerahkan seluruh hidup, diri, dan hati kepada orang yang dicintai.
5. Al-hifzh wa al-imsak, yaitu berusaha memelihara cinta, menjaganya, dan merawatnya.
Sesudah itu, Ibn Al-Qayyim Al-Jauziyyah menyebutkan tiga puluh definisi tentang cinta. Saya hanya akan menyebutkan beberapa, di antaranya sebagai berikut:
a. Cinta adalah ketertarikan yang abadi dengan hati yang gelisah (Al-mahabbah al-ma’il al-da’im bi al-qalb al-ha’im). Itulah sebabnya, orang menyamakan cinta dengan api, seperti dalam ungkapan “Terbakar api cinta”. Salah satu doa para imam ada yang berbunyi: “Bakarlah hati kami dengan kecintaan kepada-Mu.”
b. Cinta adalah mendahulukan sang kekasih dari seluruh rekan yang lain (Al-mahabbah itsar al-mahbub ‘ala jami’ al-mashhub).
c. Cinta adalah menyertai sang kekasih, baik dalam terang- terangan maupun sembunyi-sembunyi (Al-mahabbah muwafaqah al-habib fi al-syahadah wa al-maghib).
d. Cinta adalah menganggap kecil sesuatu yang banyak yang berasal dari dirimu sendiri, dan menganggap banyak se suatu yang sedikit yang berasal dari kekasihmu (Al-mahabbah istiqlal al-katsir min nafsik wa istiktsar al-qalil min habibik). Jadi, kalau seorang pencinta saling mencintai dengan kekasihnya, maka cinta yang sebenarnya akan terjadi kalau masing-masing sudah memberi banyak, tetapi merasa apa yang diberikan masih sedikit. Sebaliknya, sesuatu yang sedikit dari kekasihnya dirasakan sangat banyak, sangat berharga, betapapun kecilnya. Hal ini diwujudkan dalam mahabbah kepada Allah dengan ungkapan lain: “Kau pandang banyak kejahatanmu yang sedikit, dan kau pandang sedikit ketaatanmu yang banyak (Istiktsar al-qalil min jinayatik wa istiqlal al-katsir min tha’atik)”.
Jadi, kalau Anda sudah mampu memandang banyak kejahatan Anda, walaupun masih sedikit, dan memandang sedikit ketaatan Anda, meskipun banyak, itu berarti Anda sudah mencapai cinta. Contoh konkretnya, apabila Anda sudah merasa banyak mengeluarkan infak, Anda belum mencintai Tuhan. Imam Ali Zainal Abidin sering dimintai bantuan oleh orang. Setiap kali orang datang meminta tolong kepadanya, Ali Zainal Abidin berkata, “Selamat datang sahabat yang akan menolong memikulkan bekalku di hari akhirat! (marhaban liman yahmil zâdi ilâl akhirah).” Beliau menganggap orang yang meminta bantuan itu sebagai kuli yang memikulkan beban perbekalannya di akhirat. Karena itu, setiap orang yang datang meminta tolong kepadanya, beliau sambut dengan wajah yang cerah.
Kita selalu mengernyit setiap kali ada orang yang meminta tolong. Sering kali kita merasa sudah terlalu banyak memberikan bantuan. Bahkan, dengan bangga kita mengeluarkan fatwa, “Sudah, jangan bantu dia. Saya sudah banyak membantunya.” Jika mencintai seseorang, kita akan merasa pemberian kita selalu kecil meskipun sudah memberinya macam-macam.
e. Cinta adalah api dalam hati, yang membakar apa saja selain kehendak sang kekasih (Al-mahabbah nar fi al-qalb tahriq mâ siwa murad al-mahbub). Kalau dalam hati seseorang muncul kehendak di luar kehendak kekasih, ia me nundukkan kehendak itu sehingga dalam hatinya hanya ada kehendak sang kekasih. JR Wa mā taufīqī illā billāh, ‘alaihi tawakkaltu wa ilaihi unīb
Allâhumma shalli ‘alâ Sayyiidina Muhammad wa Âli Sayyiidina Muhammad wa ajjil farajahum warzuqna fiddunya ziyâratahum wa fil âkhirati syafâ’atahum
***
KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari www.scmbandung.sch.id, SMP Plus Muthahhari www.smpplusmuthahhari.sch.id, SMP Bahtera www.smpbahtera.sch.id, dan SMA Plus Muthahhari www.smaplusmuthahhari.sch.id).