![](https://www.jalanrahmat.id/wp-content/uploads/2024/11/Siapa-yang-Memotong-Hidungmu-1024x1024.png)
Anda masih ingat Perang Uhud. Pada perang itu, Rasul yang mulia terluka, Hamzah terbunuh, dan kaum Muslim mengalami kekalahan. Sebelum berlangsung Perang Uhud, Abdullah bin Jahasy berkata kepda kawannya, Sa’ad bin Abi Waqash, “Mengapa Anda tidak berdoa kepada Allah?”
Mereka memilih tempat sunyi. Sa’ad berdoa, “Tuhanku, jika nanti aku berjumpa dengan musuhku, berilah aku musuh yang sangat tangguh dan perkasa. Aku berusaha membunuh dia dan dia berusaha membunuhku. Engkau berikan kemenangan kepadaku sehingga aku berhasil membunuhnya dan mengambil miliknya.” Abdullah bin Jahasy mengaminkannya.
Abdullah juga berdoa, “Ya Allah, berilah aku musuh yang gagah perkasa. Aku berusaha membunuhnya. Ia berusaha membunuhku. Kemudian ia memotong hidungku dan telingaku. Kelak apabila aku berjumpa dengan Engkau, Engkau tentu akan bertanya: Siapa yang memotong hidung dan telingamu? Aku akan menjawab: Keduanya terpotong ketika aku berjuang di jalan-Mu dan di jalan Rasul-Mu. Engkau akan berkata: Kamu benar!”
Keduanya berangkat ke medan perang Uhud. Doanya dikabulkan oleh Tuhan. Bertahun-tahun kemudian, Sa’ad bercerita kepada anaknya, “Anakku, doa Abdullah lebih baik daripada doaku. Petang itu aku melihat hidung dan telinganya tergantung pada seutas tali” (Al-Isti’ab 2:274; Al-Baihaqi 6:207; Hayat al- Shahabah 1:525)
Tidak banyak orang yang sepakat dengan Sa’ad. Kebanyakan justru menganggap doa Saad lebih baik daripada doa Abdullah. Sa’ad memenangkan pertempuran, sedangkan Abdullah gugur. Sa’ad menilai doa Abdullah bukan dari ukuran menang dan kalah. Ia mengukurnya dengan ukuran cinta. Tuhan berfirman:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا
يُحِبُوهُمْ كَحُبِ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ
وَلَوْيَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ
أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَإِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ
Mereka mencintai pemimpin-pemimpin (berhala) mereka seperti mencintai Allah, tetapi kecintaan orang-orang beriman kepada Allah adalah lebih besar daripada kecintaan mereka kepada pemimpin-pemimpin mereka (Al-Baqarah [2]: 165; Lihat Tafsir Mizan 1:404).
Kecintaan kepada Allah ditunjukkan dengan keinginan untuk berjumpa dengan Dia, sambil membawa sesuatu yang dapat dibanggakan. Abdullah ingin menunjukkan bukti bahwa ia berjuang di jalan Allah dan Rasul-Nya. Ia ingin mempunyai kenang-kenangan ketika ia mematuhi perintah Allah dan Rasul- Nya. Doa Abdullah adalah doa cinta.
Pada suatu hari, seorang lelaki datang menemui Nabi, “Ya Rasul Allah, aku mencintaimu lebih daripada diriku sendiri. Aku mencintaimu lebih daripada anak-anakku. Kalau aku berada di rumah, dan teringat padamu, aku tidak sabar ingin segera melihatmu. Kalau kukenang kematianku dan wafatmu, segera aku sadar bahwa engkau berada di surga beserta para nabi. Aku khawatir aku tidak akan lagi melihatmu.”
Mendengar itu, Nabi saw. tidak berkata apa pun. Waktu itu turunlah ayat Al-Nisa [4]: 69:
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُوْلَ فَأُولَبِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ الله عَلَيْهِم
مِّنَ النَّبِيِّنَ وَالصِّدِيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّلِحِينَ وَحَسُنَ أُولَبِكَ رَفِيقًا
Barangsiapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka akan bergabung bersama orang-orang yang telah diberi nikmat, yakni Para nabi orang-orang benar, para syuhada, dan orang-orang saleh (Tafsir al-Durr al-Mantsur 2:588; Fakhr al-Razi 10:169). JR—wa mā taufīqī illā billāh, ‘alaihi tawakkaltu wa ilaihi unīb.
Allâhumma shalli ‘alâ Sayyiidina Muhammad wa Âli Sayyiidina Muhammad wa ajjil farajahum warzuqna fiddunya ziyâratahum wa fil âkhirati syafâ’atahum.
***
KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari www.scmbandung.sch.id, SMP Plus Muthahhari www.smpplusmuthahhari.sch.id, SMP Bahtera www.smpbahtera.sch.id, dan SMA Plus Muthahhari www.smaplusmuthahhari.sch.id).