Sa’ad bin Hisyam ingin sekali mati syahid. Ia menceraikan istrinya dan menjual kebunnya, la hendak membeli kuda dan senjata berperang melawan Romawi, dan mati syahid. Ketika berangkat ke Madinah, ia berjumpa dengan sekelompok kaumnya. Mereka bercerita bahwa pada zaman Nabi pernah sebagian mereka bermaksud yang sama, tetapi Nabi melarangnya. Bahkan, Nabi menyuruh mereka kembali.
Akhirnya, ia pergi juga ke Madinah, tetapi untuk berguru kepada Aisyah. Ia berhasil menemuinya. Inilah percakapan dengan Aisyah r.a. seperti yang diceritakan para perawi hadis:
Said : Ya Ummul Mukminin, ceritakanlah kepadaku akhlak Rasulullah saw..
Aisyah: Tidakkah kamu membaca Al-Quran?
Said : Tentu saja.
Aisyah: Akhlaq Rasulullah saw. itu Al-Quran.
Said : (Ia bermaksud untuk berdiri, tetapi teringat akan shalat malam Nabi saw.) Ya Ummul Mukminin. Ceritakanlah kepadaku shalat malam Nabi.
Aisyah: Pernahkah engkah membaca Surat Al-Muzammil (surat 73).
Said : Tentu saja.
Aisyah: Sesungguhnya Allah mula-mula mewajibkan shalat malam pada awal surat ini. Rasulullah saw. dan para sahabatnya melakukannya setahun penuh sehingga kaki-kaki mereka bengkak. Kemudian Allah menurun kan keringanan pada akhir surat ini. Shalat malam ditetapkan sebagai sunat se-telah difardukan sebelumnya (Tafsir Ibn Kafsir 4:435;
Tafsir al-Durr al-Mantsur 8:312; Tafsir Fakhr al- Razi 30:171).
Yang dimaksud dengan awal surat Al-Muzammil [73] adalah ayat 1-6:
يٰۤاَيُّهَا الۡمُزَّمِّلُ
قُمِ الَّيۡلَ اِلَّا قَلِيۡلًا
نِّصۡفَهٗۤ اَوِ انْقُصۡ مِنۡهُ قَلِيۡلًا
اَوۡ زِدۡ عَلَيۡهِ وَرَتِّلِ الۡقُرۡاٰنَ تَرۡتِيۡلًا
اِنَّا سَنُلۡقِىۡ عَلَيۡكَ قَوۡلًا ثَقِيۡلًا
اِنَّ نَاشِئَةَ الَّيۡلِ هِىَ اَشَدُّ وَطۡـاً وَّاَقۡوَمُ قِيۡلًا
Hai orang yang berselimut. Bangunlah di malam hari selain sedikit waktu. Seperduanya atau kurangkan sedikit dari itu. Aku lebihkan daripadanya, dan bacalah Al-Quran dengan tartil. Kami akan memberikan kepadamu perkataan yang berbobot. Sungguh, bangun di malam hari itu lebih memperkuat jiwa dan lebih benar bacaannya.
Walaupun ayat terakhir meringankan perintah shalat malam, Nabi dan para sahabatnya tetap melakukannya dengan teratur. Hudzaifah pernah shalat malam di belakang Nabi, waktu itu Nabi berdiri lama sekali. Pada rakaat pertama, misalnya beliau membaca surat Al-Baqarah sampai ayat keseratus.
Beliau ruku dan sujud dalam waktu yang hampir sama dengan berdirinya. Begitu panjangnya shalat malam Nabi sehingga Ibnu Mas’ud pernah berkata: “Aku mempunyai niat jelek. Aku duduk saja dan meninggalkan Nabi.”
Shalat malam menjadi syiar orang-orang saleh. Dengan salam malam, mereka melepaskan selimut yang menutup dirinya. Dalam shalat malam, mereka juga mengikat ayat-ayat Al-Quran dalam hatinya. Nabi sangat menganjurkan umatnya menghapal Al-Quran. Nabi mengecam orang yang pernah menghapal Al-Quran kemudian melupakannya.
Kelak pada hari akhir, seseorang melihat sesuatu yang menakjubkan di surga yang tinggi. Ia terpesona dan bertanya, “Siapakah Anda?”. Sesuatu yang indah itu menjawab, “Tidakkah engkau mengenalku. Aku adalah ayat-ayat Al-Quran yang pernah engkau hapal. Tetapi, kaulupakan daku. Sekiranya, engkau tetap mengikatku, engkau akan berada di tempat yang sama denganku.” Oleh karena itu, ikatlah Al-Quran dengan shalat malammu! JR—wa mā taufīqī illā billāh, ‘alaihi tawakkaltu wa ilaihi unīb.
Allâhumma shalli ‘alâ Sayyiidina Muhammad wa Âli Sayyiidina Muhammad wa ajjil farajahum warzuqna fiddunya ziyâratahum wa fil âkhirati syafâ’atahum.
***
KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari www.scmbandung.sch.id, SMP Plus Muthahhari www.smpplusmuthahhari.sch.id, SMP Bahtera www.smpbahtera.sch.id, dan SMA Plus Muthahhari www.smaplusmuthahhari.sch.id).