Menanam Kurma di Surga

Pada zaman Nabi saw., posisi pohon kurma adalah seperti tanah pada zaman agrikultural, modal pada masyarakat kapitalis, dan informasi pada masa kini: makin banyak orang memiliki pohon kurma, makin kaya dia, makin tinggi statusnya di tengah- tengah masyarakat.

Di Madinah, ada sebatang pohon kurma yang bersejarah. Sehubungan dengan kurma itu, beberapa ayat Al-Quran turun dari langit. Ia tumbuh pada halaman milik orang kaya, tetapi batangnya condong ke rumah orang miskin yang banyak anaknya. Sekali-kali yang empunya memetik buah kurma itu. Sebagian jatuh ke halaman si fakir, dan anak-anak yang lapar memungut dan memakannya.

Ketika menyaksikan hal itu, yang empunya bergegas turun. Ia pungut butir-butir kurma yang jatuh, dan ia rebut butir-butir yang masih dipegang anak-anak itu. Kalau anak-anak itu telah mulai memakannya, ia masukkan jari-jarinya ke mulut mereka. Ia berusaha menyelamatkan setiap butir kurma yang ada.

Orang miskin itu datang mengadukan peristiwa itu kepada Rasulullah saw.. Nabi segera menemui pemilik pohon kurma. “Berikan padaku pohon kurma yang condong ke rumah Fulan.

Nanti Tuhan akan mengganti kamu dengan sebuah pohon kurma di surga.” bujuk Nabi.

Pemilik kurma berkata, “Aku punya banyak pohon kurma tetapi pohon ini memiliki buah yang paling menakjubkanku.” Setelah itu ia pergi. Abu Dahdah, salah seorang sahabat Nabi mendengar peristiwa itu, “Ya Rasul Allah, sekiranya aku mengambil pohon kurma itu dan memberikannya pada orang miskin itu, apakah kauberikan juga bagiku pohon kurma di surga?” ia bertanya. Rasul yang mulia mengangguk.

Abu Dahdah menemui pemilik kurma. Setelah berunding alot, pemilik kurma bersedia menyerahkan pohon kurma itu apabila ditukar dengan empat puluh batang kurma lagi. Dengan gembira, Abu Dahdah menemui Nabi, “Ya Rasul Allah, pohon kurma itu sekarang milikmu. Aku sudah membelinya.” Nabi kemudian menyerahkan pohon itu kepada orang miskin dan keluarganya. Tentu saja keluarga miskin itu sangat gembira. Tetapi, yang paling gembira adalah Abu Dahdah. Ia telah menanam pohon kurma di surga.

Hari itu turunlah surat Al-Lail (surat 92): Allah memuji Abu Dahdah dan mengecam pemilik kurma yang rakus. Tentang Abu Dahdah, Allah berfirman:

فَاَمَّا مَنۡ اَعۡطٰى وَاتَّقٰىۙ‏

وَصَدَّقَ بِالۡحُسۡنٰىۙ‏

فَسَنُيَسِّرُهٗ لِلۡيُسۡرٰىؕ

Sebab itu, siapa yang memberi dan bertakwa. Dan percaya akan berita gembira. Kami akan memudahkan kepadanya jalan kemudahan (QS. Al-Lail [92]: 5-7).

Tentang pemilik kurma, Tuhan bersabda,

وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْى

 وَكَذَبَ بِالْحُى

فَسَنُسَرُهُ لِلْعُسْرَى

وَمَا يُغْنِي عَنْهُ مَا لَهُ إِذَا تَرَدَى

Tetapi orang yang kikir dan merasa serba ada. Dan mendustakan berita gembira. Kami akan memudahkan kepadanya jalan kesulitan. Kekayaannya tiada berguna ketika ia jatuh dalam bencana.” (QS. Al-Lail [92]: 8-11).

Kemudian Tuhan memperingatkan dia dan orang-orang seperti dia dengan api neraka yang menyala. Dia menutup surat Al-Lail dengan memuji sekali lagi Abu Dahdah, “Akan menjauhi neraka itu orang yang takwa. Yang memberikan hartanya untuk membersihkan jiwa. Tidaklah seseorang memberikan nikmat yang ada padanya, kecuali karena ia mengharap rida Tuhannya. Sungguh, ia akan bahagia.” (Al-Durr al-Mantsur 8:533; Tafsir Ibn Katsir 4:518; Tafsir Fakhr al-Razi 31:199)

Surat Al-Lail mungkin sering kita dengar dalam shalat tarawih. Kita sering lupa bahwa surat itu juga bercerita tentang kita semua. Apakah kita seperti pemilik kurma yang dengan rakus kita selamatkan setiap butir harta kita, walaupun dengan merebut makanan orang-orang miskin dari mulut mereka. Ataukah kita seperti Abu Dahdah yang setiap saat siap mengeluarkan hartanya untuk menanam pohon kurma di surga. JRwa mā taufīqī illā billāh, ‘alaihi tawakkaltu wa ilaihi unīb.

Allâhumma shalli ‘alâ Sayyiidina Muhammad wa Âli Sayyiidina Muhammad wa ajjil farajahum warzuqna fiddunya ziyâratahum wa fil âkhirati syafâ’atahum.

***

KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari www.scmbandung.sch.id, SMP Plus Muthahhari www.smpplusmuthahhari.sch.id, SMP Bahtera www.smpbahtera.sch.id, dan SMA Plus Muthahhari www.smaplusmuthahhari.sch.id).

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *