Sungguh, Hari Itu Kamu Akan Ditanya

Tengah hari di Madinah. Karena panas yang menyengat, semua makhluk berlindung di tempat-tempat yang teduh. Penduduk Madinah umumnya memilih tidur siang (qailulah). Jalan-jalan lenggang. Tidak ada yang bergerak, kecuali debu- debu dan daun-daun yang diterbangkan angin. Tiba-tiba muncul seorang lelaki, terhuyung-huyung menuju mesjid. Setelah itu, datang laki-laki lain.

“Apa yang menyebabkan engkau keluar pada jam seperti ini, hai Abu Bakar,” tanya Umar, laki-laki yang datang belakangan. “Aku keluar karena desakan lapar,” kata Abu Bakar. Kata Umar, “Demi Allah, yang diriku ada di tangan-Nya, aku pun terpaksa keluar karena lapar.”

Ketika keduanya duduk di mesjid, Rasulullah saw. datang. “Mengapa kalian keluar pada jam seperti ini?” tanya beliau. “Rasa lapar yang memilin perut kami, ya Rasul Allah,” keduanya menjawab. “Demi yang mengutusku dengan kebenaran, aku pun keluar karena sebab yang sama. Bangunlah, marilah pergi ke rumah Abu Ayyub Al-Anshari.”

Ketiganya sampai di rumah Abu Ayyub. Istrinya menyambut mereka, “Marhaban bi Nahiyyillah wa biman ma’an” (Selamat datang, Nabi Allah. Selamat datang juga orang-orang yang besertanya). “Ke mana Abu Ayyub?” tanya Nabi. “Ia sedang ke luar, tetapi sebentar lagi datang, ya Nabi Allah,” jawab istri Abu Ayyub.

Memang, tidak lama kemudian Abu Ayyub datang. Ia sangat senang karena mendapat kunjungan tamu-tamu mulia. Ia segera memotong satu tangkai kurma. Nabi menegurnya, “Mengapa ia memotong satu tangkai, padahal yang mau diambil hanya buahnya.” Abu Ayyub berkata, “Saya ingin sekali engkau makan kurma, baik yang masih muda maupun yang sudah matang.”

Untuk menjamu Rasulullah dan kedua sahabatnya, Abu Ayyub menyembelih kambing muda. Setengahnya dimasak dan setengahnya lagi dipanggang. Ketika hidangan disajikan di hadapan Rasulullah saw., beliau berkata: “Ya Abu Ayyub, berikanlah potongan ini kepada Fatimah. Sudah beberapa hari ini ia tidak memperoleh makanan seperti ini.” Abu Ayyub segera mengantarkan makanan ini ke rumah Fatimah.

Nabi dan kedua sahabatnya makan sampai kenyang. Nabi bersabda, “Roti, daging, kurma matang, kurma segar, kurma muda.” Nabi menyebut makanan yang terhidang, sedangkan airmatanya tergenang di pelupuk matanya. Beliau berkata lagi, “Demi yang diriku ada di tangan-Nya, inilah nikmat diminta pertanggungjawaban di hadapan Allah nanti pada hari yang akan kiamat.

Lalu beliau membawa ayat terakhir surat At-Takatsur (QS [102]: 8):

ثُمَّ لَتُسْلُنَّ يَوْمَيذِ عَنِ النَّعِيمِ

Kemudian, sungguh, kamu akan ditanya pada hari itu tentang nikmat (yang kamu peroleh hari ini) (Tafsir al-Durr al-Mantsur 8:609-611).

Nabi dan kedua sahabatnya meninggalkan rumah dalam keadaan lapar, dan mereka kembali dalam keadaan kenyang. Peristiwa seperti itu lazim terjadi. Kita juga sering mengalaminya. Bukankah kita dahulu berangkat dari kampung dengan perut lapar dan kini kita mudik dengan perut kenyang? Bukankah masa-masa lalu kita sarat dengan penderitaan dan masa kini penuh dengan kebahagiaan?. Bukankah kemarin kita mencemaskan makanan kita, padahal hari ini makanan itu terhidang di depan kita?

Peristiwa seperti itu terjadi setiap hari. Kita semua adalah burung-burung yang terbang di pagi hari dengan perut kosong dan pulang sore hari dengan perut penuh. Perbedaan kita dengan Rasulullah dan para sahabatnya sedikit saja: kita sering lupa bahwa kita akan mempertanggungjawabkan nikmat yang kita terima.

اَلْهٰىكُمُ التَّكَاثُرُۙ

حَتّٰى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَۗ

كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُوْنَۙ

ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُوْنَ

كَلَّا لَوْ تَعْلَمُوْنَ عِلْمَ الْيَقِيْنِۗ

لَتَرَوُنَّ الْجَحِيْمَۙ

ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِيْنِۙ

ثُمَّ لَتُسْـَٔلُنَّ يَوْمَىِٕذٍ عَنِ النَّعِيْمِࣖ

Telah melupakan kamu

Upaya menumpuk kekayaan

Hingga kalian menjenguk kuburan

Nah, kamu akan segera mengetahuinya

Pasti kamu akan segera mengetahuinya

Nah, kamu akan mengetahuinya dengan ilmu yakin

Pasti kamu akan melihat renaka jahim

Sungguh, kamu akan melihatnya dengan ‘ainal yaqin

Kemudia, sungguh, pada hari itu kamu akan ditanya

Tentang nikmat yang kamu peroleh hari ini

 JRwa mā taufīqī illā billāh, ‘alaihi tawakkaltu wa ilaihi unīb.

Allâhumma shalli ‘alâ Sayyiidina Muhammad wa Âli Sayyiidina Muhammad wa ajjil farajahum warzuqna fiddunya ziyâratahum wa fil âkhirati syafâ’atahum.

***

KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari www.scmbandung.sch.id, SMP Plus Muthahhari www.smpplusmuthahhari.sch.id, SMP Bahtera www.smpbahtera.sch.id, dan SMA Plus Muthahhari www.smaplusmuthahhari.sch.id).

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *