
Perwujudan amal atau tajassum al-‘amal muncul dalam tiga bentuk. Pertama, amal-amal kita akan membentuk jati diri kita. Amal-amal buruk akan membentuk diri yang buruk. Mendendam, membunuh, menganiaya adalah perbuatan kebinatangan. Perbuatan kita itu akan mengubah jati diri kita dari manusia menjadi binatang. Pada Hari Akhir, kita akan dibangkitkan dalam bentuk jati diri kita. Betapa banyak di antara kita yang tampil sebagai manusia yang tampan, tetapi secara hakiki kita adalah binatang buas yang haus darah. Boleh jadi tubuh kita menebarkan harum parfum yang segar di alam lahir, tetapi menebarkan bau bangkai di alam batin. Boleh jadi juga badan kita tegap dan utuh menurut penglihatan lahir, tetapi kerangka yang buruk dan tercabik-cabik dalam penglihatan batin. Diri kita secara batiniah adalah perwujudan amal yang pertama.
Kedua, amal-amal kita akan diciptakan Tuhan dalam wujud makhluk yang menyertai kita; sejak alam kubur sampai dibangkitkan pada hari kiamat nanti. Amal saleh akan menjadi makhluk yang indah dan harum. Kehadirannya saja sudah membuat kita bahagia. Amal buruk kita akan menjadi monster yang menakutkan dan berbau busuk. Kehadirannya saja sudah membuat kita ketakutan. Kita semua akan disambut di pintu kubur nanti dengan dua macam makhluk ini. Mereka akan berebutan mendampingi kita. Jika makhluk yang buruk yang lebih banyak, merekalah yang menyertai kita dan mengusir makhlukmakhluk indah dari dekat kita. Sebaliknya, jika makhluk yang baik yang lebih kuat, merekalah yang akan membela kita dalam mengusir makhluk-makhluk buruk dari sekitar kita. Tuhan berfirman, Sesungguhnya kebaikan akan mengusir keburukan (QS Hûd [11]: 114). Amal baik menjadi makhluk indah yang memberikan kebahagiaan kepada kita; amal buruk menjadi makhluk menakutkan yang membuat kita menderita.
Ketiga, amal-amal yang kita lakukan akan berwujud dalam bentuk dampak atau akibat. Amal baik akan muncul dalam akibat-akibat yang baik, dan sebaliknya. Pertama-tama, dampak amal itu akan mengenai kita yang melakukannya.
Amal adalah benih yang kita tanam. Apa yang kita tuai sangat bergantung pada apa yang kita tanam. Anda akan menuai permusuhan jika yang Anda tanam kebencian. Anda akan memanen cinta, jika yang Anda semai kasih sayang. Alam semesta ini bergerak dalam satu kesatuan wujud. Kita adalah bagian yang tak terpisahkan dari makhluk Allah lainnya. Bersama-sama dengan makhluk-makhluk lainnya, kita adalah anggota-anggota dari satu badan alam semesta. Maka jika kita melukai salah satu di antara mereka, kita melukai diri kita sendiri. Karena itu, Al-Quran menyebut perbuatan dosa sebagai menganiaya diri kita sendiri. “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menganiaya diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan tidak mengasihi kami, tentulah kami termasuk orang-orang yang merugi” (QS Al-A’raf [7]: 23).
Lemparkan sampah dan polusi ke sekitar kita, maka alam akan membalas kita dengan penyakit dan bencana. Berikan penghormatan dan perhatian pada lingkungan, maka “mereka” akan membalas kita dengan udara segar dan buah-buahan. Lepaskan kemarahan Anda, maka makhluk-makhluk di sekitar setiap saat akan menyerang Anda. Gunakan kekuatan untuk menindas orang-orang di bawah kita, maka suatu saat mereka akan bangkit untuk menghancurkan kita. Orang bijak sepanjang sejarah memberikan pesan yang sama: Kekerasan akan melahirkan kekerasan lagi.
Dendam akan melahirkan dendam lagi. Karena lingkaran keburukan hanya bisa diputuskan dengan kebajikan. Seperti kisah keris Mpu Gandring, pengkhianatan yang satu akan disusul dengan pengkhianatan lainnya.
Berulang-ulang Al-Quran menegaskan perwujudan amal dalam bentuk akibat amal. Telah muncul kerusakan di daratan dan di lautan karena perbuatan tangan-tangan manusia, agar Tuhan membuat mereka merasakan sebagian dari apa yang mereka lakukan, supaya mereka kembali (ke jalan yang benar) (QS Al-Rûm [30]: 41). Maka mereka ditimpa oleh akibat kejahatan perbuatan mereka dan mereka diliputi oleh azab yang mereka perolok-olokan itu (QS Al-Nahl [16]: 34).
Lebih dari itu, Al-Quran juga menjelaskan bahwa akibat amal itu tidak hanya akan menimpa pelakunya, tetapi juga orang-orang yang tidak bersalah. Mereka mungkin saja anak-anak, masyarakat sekitar, bangsa, dan negara kita: Dan Allah membuat perumpamaan sebuah negeri yang dahulunya aman tenteram dan rezekinya datang berlimpah dari segala penjuru. Lalu penduduk negeri itu kafir kepada anugerah Allah. Maka Allah membuat mereka merasakan pakaian kelaparan dan kehausan karena apa-apa yang sudah mereka lakukan (QS Al-Nahl [16]: 112); Dan jika Kami bermaksud untuk menghancurkan suatu negeri, kami perintahkan orang-orang yang hidup mewahnya (supaya bertakwa). Kemudian mereka berbuat dosa di dalamnya. Maka sudah pastilah firman Kami dan kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya (QS Al-Isra’ [17]: 16).
Orang yang berbuat jahat dalam suatu negeri itu mungkin hanya sebagian kecil. Tetapi kehancuran akan diderita oleh seluruh bangsa. Penderitaan kita sekarang adalah perwujudan dari amal buruk sebagian dari bangsa kita. Beberapa orang di antara kita mengambil kekayaan negara, dan jutaan orang harus membayar utang. Segelintir kecil merusak hutan, tetapi semua makhluk menderita. Ada ibu yang minum obat penenang thalidomide, lalu anak-anaknya menderita cacat tubuh yang mengenaskan.
Al-Quran menuturkan kisah dua orang nabi yang membangun dinding yang sudah roboh. Adapun dinding itu adalah milik dua orang anak yatim di kota itu. Dan di bawahnya ada perbendaharaan milik keduanya. Dan kedua orangtuanya adalah orangtua yang saleh. Maka Tuhan kamu bermaksud untuk mengantarkan keduanya sampai dewasa dan mengeluarkan perbendaharaan itu bagi keduanya sebagai kasih sayang Tuhanmu (QS Al-Kahfi (18): 82). Menurut hadis, “Sesungguhnya Allah memelihara anak Mukmin sampai seribu tahun. Kedua anak yatim itu mempunyai jarak waktu dengan kedua orangtuanya itu tujuh ratus tahun.” (Bihar Al-Anwar 71: 236)
Di dalam riwayat lain dikisahkan tentang kemarau panjang pada zaman Bani Israil. Seorang perempuan bermaksud untuk memasukkan sesuap makanan ke mulutnya, ketika dia melihat seseorang berteriak: “Saya lapar, wahai hamba Allah.” Perempuan itu segera menyerahkan roti yang akan dimakannya kepadanya. Ia mengeluarkan roti itu dari mulutnya. Pada tempat lain, anak perempuan itu sedang mencari kayu bakar di padang pasir. Seekor serigala menerkamnya dan membawanya pergi. Ibunya berusaha mengikuti jejaknya. Allah Swt. mengutus Jibril untuk mengeluarkan anak itu dari mulut serigala dalam keadaan selamat. Jibril berkata kepadanya, “Wahai hamba Allah. Bahagiakah kamu ketika satu suapan yang engkau berikan dibalas dengan satu suapan lagi. Luqmah billuqmah.”(Bihar Al-Anwar 73: 96)
Jadi, jagalah anak-anakmu dengan amal salehmu. Jangan celakakan mereka dengan perbuatan burukmu. Sampai di sini, mungkin ada yang merenung apakah yang kita perbincangkan hari ini bertentangan dengan prinsip keadilan Ilahi. Seseorang berbuat salah, tetapi orang lain menanggung akibatnya. Bukankah Tuhan berkata, “Tidaklah seseorang akan menanggung dosa yang lain.” Jawaban kita singkat saja. Yang tidak akan ditanggung adalah dosa. Dampak atau akibat akan mengenai bukan hanya kepada yang berbuat dosa. Tuhan berfirman, Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaannya (QS Al-Anfal (8): 25). Seperti seorang bapak yang membakar rumahnya. Di rumah itu ada anaknya yang sedang tidur pulas, anak itu mati terbakar. Bapak yang membakar tentu saja masih hidup. Anak itu dikenal dampak dosa bapaknya, tetapi dia tidak menanggung dosa apa pun. Dia bahkan mendapat pahala mati syahid, karena menjadi korban kekejaman bapaknya. Si bapak menanggung dosa berlipat ganda sesuai dengan jumlah korban yang menderita karena dampak dosanya.
Penderitaan mereka semua adalah perwujudan amal dari si bapak itu. Itulah tajassum ‘amal dalam makna yang ketiga. JR—wa mā taufīqī illā billāh, ‘alaihi tawakkaltu wa ilaihi unīb.
Allâhumma shalli ‘alâ Sayyiidina Muhammad wa Âli Sayyiidina Muhammad wa ajjil farajahum warzuqna fiddunya ziyâratahum wa fil âkhirati syafâ’atahum.
***
KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari www.scmbandung.sch.id, SMP Plus Muthahhari www.smpplusmuthahhari.sch.id, SMP Bahtera www.smpbahtera.sch.id, dan SMA Plus Muthahhari www.smaplusmuthahhari.sch.id).