Jangan Mengurai Setelah Merajut

Seorang lelaki mengadu kepada orang saleh dari keluarga Nabi Saw, Ali Zainal Abidin. “Aku mudah tergoda sama perempuan,” kata lelaki itu. “Aku berzina satu hari dan esoknya aku berpuasa. Bisakah yang ini (puasa) menebus yang ini (zina).”

Imam Ali Zainal Abidin menariknya ke dekatnya dan memegang tangannya, lalu berkata, “Kamu lakukan amal ahli neraka dan kamu berharap masuk surga.”

Pada salah satu bulan puasa di Madinah, seorang pejabat bertanya padaku, “Ustad, betulkah barangsiapa yang melakukan puasa dan salat tarawihnya dengan iman dan ikhlas, Allah akan ampuni dosa-dosanya yang lalu dan yang kemudian? Jadi, saya lakukan korupsi. Sebagian hasil korupsi itu, aku sumbangkan untuk membangun masjid. Sebagian lagi aku pakai untuk berfoya-foya dalam kenikmatan yang haram. Lalu, di bulan Ramadhan, aku berpuasa penuh dan melakukan salat tarawih lengkap, ditambah umrah lagi. Benar kan Ustad, orang yang umrah dan haji akan kembali ke tanah airnya seperti bayi yang dilahirkan dari perut ibunya?”

Bapak pejabat itu berbicara di depan Ka’bah, di sekitar maqam Ibrahim, sementara matahari berangsur-angsur turun di ufuk barat. Menjelang azan Magrib, alam bertambah gelap dan lampu-lampu masjid tambah benderang.

Aku tidak bisa menjawab. Hadis-hadis yang di bacakan bapak pejabat itu aku ketahui. Cara bapak pejabat mengambil kesimpulan itu benar. Hadis-hadis tentang pahala puasa banyak dibacakan di majelis dan masjid dan sekarang … media sosial. Hadis tentang haji yang “mengembalikan seorang haji (atau hajjah) pada posisi bayi yang baru dilahirkan” juga banyak dikutip, terutama oleh para penyelenggara haji dan umrah.

Tapi hatiku galau. Semudah itukah dosa-dosa diselesaikan? Segampang itukah kesalahan dihapuskan? Puasa cukup untuk menebus dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang. Satu kali umrah cukup untuk meng hapus dosa seumur hidup. Tasbih 33 kali, tahmid 33 kali, takbir 33 kali bisa membereskan semua dosa walaupun besarnya sebanyak buih di lautan. Sekali istighfar, dosa 70 tahun, bahkan seumur hidupku, diampuni. Begitu kata Ustad Fulan yang ceramahnya aku dengar di Youtube. Wow!

Waktu itu aku belum membaca riwayat Ali Zainal Abidin di atas. Sekarang, kalau aku ketemu lagi dengan beliau, sang pejabat itu, aku akan berkata, “Kau lakukan pekerjaan ahli neraka sambil berharap masuk surga!”

Jadi, apa yang terjadi kalau kita berbuat baik sambil juga berbuat buruk. Dengan ibadah, kita berharap masuk surga, tapi dengan maksiat, kita lakukan pekerjaan ahli neraka. Bagaimana kalau kita campurkan setetes racun dalam sirop? Bagaimana kalau kita masukkan setitik nila pada susu sebelangga? Bagaimana kalau kita jatuhkan setitik tinta hitam pada segelas air putih?

Allah berirman, Kami hadapi amal yang mereka kerjakan dan kami jadikan ia debu yang berterbangan (Qs al-Furqân [25]: 23). Karena, amal tersebut mencampurkan jasa dan dosa. Dan dengarkan pesan Allah Swt, Janganlah kamu menjadi seorang perempuan tua yang mengurai tenunannya setelah merajutnya dengan kuat dan erat (Qs an-Nahl [16]: 92).

Upaya untuk menghindari dosa disebut warak. Menurut Ali bin Abi Thalib, “Warak adalah menjauhi dosa dan membersihkan diri dari apa pun yang haram.” jangan remehkan racun walaupun setetes. Jangan remehkan dosa sekecil apa pun. JRwa mā taufīqī illā billāh, ‘alaihi tawakkaltu wa ilaihi unīb.

Allâhumma shalli ‘alâ Sayyiidina Muhammad wa Âli Sayyiidina Muhammad wa ajjil farajahum warzuqna fiddunya ziyâratahum wa fil âkhirati syafâ’atahum.

***

KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari (Untuk Pencerahan Pemikiran Islam) dan Sekolah Para Juara (SD Cerdas Muthahhari www.scmbandung.sch.id, SMP Plus Muthahhari www.smpplusmuthahhari.sch.id, SMP Bahtera www.smpbahtera.sch.id, dan SMA Plus Muthahhari www.smaplusmuthahhari.sch.id).

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *